12
mencari kemampuan untuk bisa hidup dari apa yang dipelajarinya. Dengan demikian belajar akan lebih bermakna.
4. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang menunjukkan kondisi alamiah dari
pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas, suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih
relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup.
Banyak manfaat yang dapat diambil oleh siswa dalam pembelajaran kontekstual yaitu terciptanya ruang kelas yang di dalamnya
siswa akan menjadi peserta aktif bukan hanya pengamat yang pasif, dan mereka akan lebih bertanggung jawab dengan apa yang mereka pelajari.
Pembelajaran akan menjadilebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran, mereka menggunakan
pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk membangun pengetahuan baru.
Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL, diantaranya:
8
1 Pembelajaran dengan model CTL merupakan proses pengaktifan
pengetahuan yang sudah ada Activiting knowledge. Artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari.
2 Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka
memperoleh dan menambah pengetahuan Acquiring knowledge. 3
Pemahaman pengetahuan artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini Understanding
knowledge.
8
Ibid, h. 254
13
4 Mempraktikkan pengetahuan dan pengalama tersebut, artinya
pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh harus diaplikasikan dalam kehidupan siswa Applying knowledge.
5 Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan
Reflecting knowledge.
5. Komponen Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual pada prinsipnya menerapkan tujuh komponen
utama pembelajaran
efektif, diantaranya
yaitu 1
kontruktivisme contructivisme, 2 menemukan inquiry, 3 bertanya questioning, 4 masyarakat belajar learning community, 5 pemodelan
modeling, 6 refleksi reflection, dan 7 penilaian sebenarnya authentic assessement.
1 Kontruktivisme Contuctivisme
Kontuktivisme merupakan landasan berfikir filosofi dalam pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.
2 Menemukan Inquiry
Menemukan merupakan kegiatan inti dari pendekatan CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa
pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat
fakta-fakta tetapi merupakan hasil menemukan sendiri. 3
Questioning Unsur lain yang menjadi karakteristik utama CTL adalah
kemampuan dan kebiasaan umtuk bertanya. Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya.Oleh karena itu
bertanya merupakan strategi uatama dalam pendekatan CTL. Penerapan unsur bertanya dalam pendekatan CTL harus difasilitasi
oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru
14
dalam menggunakan pertanyaan yang baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran.
4 Learning Community
Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-
teman belajarnya. Seperti yang disarankan dalam learning community, bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain
melalui berbagai pengalaman sharing. 5
Modeling Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, rumitnya
permasalahan hidup yang dihadapi, tuntutan siswa yang semakin berkembang dan beraneka ragam, telah berdampak pada kemampuan
guru yang memiliki kemampuan lengakap, dan ini yang sulit dipenuhi. Oleh karena itu, maka kini guru bukan lagi satu-satunya sumber
belajar bagi siswa, karena dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang dimilki oleh guru akan mengalami hambatan untuk memberikan
pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen.
Oleh karena itu tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa dapat memenuhi
siswa secara menyeluruh, dan menyatu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru.
6 Reflection
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang bari terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain, refleksi adalah berfikir kebelakang
tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur
pengetahuan baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
15
Pada saat refleksi, siswa diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi
dengan dirinya sendiri learning to be. 7
Penilaian Sebenarnya Authentic Assesment Tahap terakhir pendekatan CTL adalah melakukan penilaian.
Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran memilki fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses
dan hasil pembelajaran melalui penerapan CTL. Penilaian adalah hasil pengumpulan berbagai data dan informasi
yang bias memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Dengan terkumpulnya berbagai data dan informasi yang
lengkap sebagai perwujudan dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula pemahaman guru terhadap proses dan hasil
pengalaman belajar setiap siswa.
9
Penilaian nyata authentic assesment adalah proses yang dilakukan
guru untuk
mengumpulkan informasi
tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian yang autentik
dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran.
10
Secara umum terdapat empat jenis penilaian otentik, yaitu portofolio, proyek, penilaian kinerja, dan jawaban tertulis secara
lengkap. Adapun prosedur umum untuk perancanganya adalah:
11
Jelaskan dengan tepat apa yang harus diketahui dan bisa dikerjakan oleh para siswa. Beritahukan kepada mereka
standar yang dipenuhi. Hubungkan pelajaran akademik dengan konteks dunia yang
nyata dengan cara yang penuh makna dan nilai, atau
9
Asep, Asra, dan Laksmi, Belajar dan Pembelajaran SD, Bandung: UPI Press, 2007, h. 157-160
10
Wina Sanjaya, Starategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, h. 268- 269
11
Ellaine B. Johnson, PH.D., Contextual Teaching Teaching : menjadikan kegiatan belajar mengajar mengasyikkan dan bermakna, h. 290-291
16
dilakukan simulasi dengan konteks dunia nyata yang penuh makna.
Tugaskan para siswa untuk menunjukkan apa yang bisa mereka lakukan dengan apa yang mereka ketahui, untuk
memperlihatkan keterampilan dan kedalaman pengetahuan mereka dengan memproduksi hasil, contohnya : presentasi,
koleksi hasil tugas. Putuskan tingkat penguasaan tersebut dalam sebuah rubrik,
yaitu bentuk pedoman penilaian yang dilengkapi dengan kriteria yang digunakan untuk menilai.
Ajak para siswa untuk terus-menerus melakukan penilaian diri saat mereka menilai kerja mereka sendiri.
Libatkan sekelompok orang selain guru untuk menanggapi penilaian ini.
6. Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual