5
B. Identifikasi Masalah
1. Siswa sebagai peserta pendidik kurang berpartisipasi karena pembelajaran
bersifat teacher centered, sehingga pembelajaran kurang efektif. 2.
Peran guru sebagai fasilitator kurang optimal sehingga kemampuan siswa kurang berkembang.
3. Strategi pembelajaran yang monoton menyebabkan siswa kurang minat
belajar.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah tugas utama seorang guru adalah memfasilitasi agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan proses
akomodasi, karena setiap anak memiliki kecendrungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan. Kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang
dianggap aneh dan baru. Belajar bagi mereka adalah mencoba memecahkan setiap persoalan yang menantang. Dengan demikian, guru berperan dalam memilih
bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari siswa. Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang
sedang berkembang. Kemapuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilkinya. Anak bukanlah orang
dewasa dalam bentuk kecil, melainkan organisme yang sedang berada dalam tahap-tahap perkembangan dan pengalaman mereka. Dengan demikian, peran
guru bukanlah sebagai instruktur atau penguasa yang memaksakan kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka bisa belajar sesuai dengan
tahap perkembangannya. Permalahan dalam judul di atas sangatlah luas maka dari itu, penulis
membatasi penulisan skripsi ini pada masalah: “Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kontekstual CTL di kelas VII
dan hasil belajar yang di ukur adalah aspek kognitif ”.
6
2. Perumusan Masalah
Cara belajar yang dimiliki siswa dalam buku Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan karya Wina Sanjaya oleh Bobbi Deporter
dinamakan unsur modalitas belajar. Menurutnya ada tiga tipe gaya belajar siswa, yaitu visual, auditorial, dan kinestetik.
3
Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap guru perlu memahami tipe belajar siswa, artinya setiap guru harus
menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya belajar siswa dan dalam pembelajaran konvensional hal ini sering terlupakan.
Kemudian dari pada itu supaya ilmu agama lebih mudah dipahami dan dimengerti siswa, maka guru harus dapat membantu setiap siswa agar mampu
menemukan keterkaitan
antara pengalaman-pengalaman
baru dengan
pengalaman-pengalaman sebelumnya. Dimana dalam proses pembelajaran siswa dapat menghubungkan antara materi pelajaran dengan fenomena yang sedang
terjadi di masyarakat, sehingga siswa dapat mengaitkan keduanya. Karena dalam pembelajaran kontektual siswa dituntut untuk aktif maka akan semakin banyak
pengetahuan yang di dapat siswa. Dari pembatasan masalah, penulis merumuskan masalah pada penulisan skripsi ini
pada dua pokok masalah yaitu: 1
Apa perbedaan dan kelebihan pembelajaran kontekstual CTL dengan pembelajaran konvensional?
2 Apakah terdapat pengaruh penggunaan pembelajaran kontekstual terhadap
hasil belajar pendidikan agama Islam?
D. Tujuan dan Manfaat Penulisan