tingkat pendidikan dasar Tidak sekolah, SD dan SLTP. Sedangkan dari 11 penderita HIVAIDS dengan faktor risiko penularan yang berasal dari lain-lain transfusi darah dan
perinatal, 7 penderita 63,6 terdapat pada tingkat pendidikan dasar Tidak sekolah, SD dan SLTP, 3 penderita 27,3 terdapat pada tingkat pendidikan menengah SLTA, dan
1 penderita 9,1 pada tingkat pendidikan tinggi AkademiPT. Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh bahwa ada perbedaan yang
bermakna antara tingkat pendidikan berdasarkan faktor risiko penularan. Hal ini berarti bahwa penderita HIVAIDS pada faktor risiko penularan seksual dan IDU , masing-
masing proporsi pada tingkat pendidikan menengah secara bermakna lebih besar dibandingkan pada tingkat pendidikan tinggi dan pendidikan dasar 87,1 vs 7,6 vs
35,3; 85,0 vs 11,2 vs 3,8 ; χ2 = 52,927; p = 0,000. Penderita HIVAIDS pada faktor risiko lain-lain transfusi darah dan perinatal, proporsi yang berpendidikan dasar
secara bermakna lebih besar dibandingkan pada tingkat pendidikan menengah dan pendidikan tinggi 63,6 vs 27,3 vs 9,1; χ2 = 52,927; p = 0,000.
5.10. Proporsi Status Perkawinan Berdasarkan Faktor Risiko Penularan
Hasil penelitian tentang karakteristik penderita HIVAIDS di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006-2007, diperoleh distribusi status
perkawinan penderita berdasarkan faktor risiko penularan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Status Perkawinan Berdasarkan Faktor Risiko Penularan Pada Penderita HIVAIDS Di Pusyansus Klinik VCT RSUP
H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007
No. Status Perkawinan
Faktor Risiko Penularan Seksual
IDU Lain-lain
f f
f
1. Kawin
68 62,4
25 36,8
1 9,1
2. Belum kawin
41 37,6
43 63,2
10 90,9
Total 109
100 68
100 11
100 χ
2
= 18,816 df = 2
p = 0,000
Dari tabel 5.10. dapat dilihat bahwa dari 109 penderita HIVAIDS dengan faktor risiko penularan yang berasal dari hubungan seksual heteroseksual dan homoseksual, 68
penderita 62,4 terdapat pada yang berstatus kawin dan 41 penderita 37,6 pada yang berstatus belum kawin. Demikian halnya dari 68 penderita HIVAIDS dengan faktor
risiko penularan yang berasal dari IDU, 43 penderita 63,2 terdapat pada status belum kawin dan 25 penderita 36,8 terdapat pada yang berstatus kawin, sedangkan dari 11
penderita HIVAIDS dengan faktor risiko penularan yang berasal dari lain-lain transfusi darah dan perinatal, 10 penderita 90,9 terdapat pada yang berstatus belum kawin dan
1 penderita 9,1 terdapat pada yang berstatus kawin. Hasil analisis statistik hanya berdasarkan data penderita yang tercatat statusnya
baik yang kawin dan belum kawin, sedangkan yang tidak tecatat tidak ikut diolah secara statistik, demikian halnya pada faktor risiko penularan yang tidak diketahui. Dari 226
penderita hanya 190 orang yang tercatat status penderita yang kawin dan belum kawin, sedangkan dari 3 penderita dengan faktor risiko tidak diketahui, terdapat 2 orang yang
berstatus kawin, maka analisis statistik berjumlah 188 penderita. Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh bahwa ada perbedaan yang
bermakna antara status perkawinan berdasarkan faktor risiko penularan. Hal ini berarti
Universitas Sumatera Utara
bahwa penderita HIVAIDS pada faktor risiko penularan melalui seksual, proporsi yang berstatus kawin secara bermakna lebih besar dibandingkan dengan yang berstatus belum
kawin 62,4 vs 37,6;χ2 = 18,816; p = 0,000. Penderita HIVAIDS pada faktor penularan melalui IDU dan Lain-lain transfusi darah dan perinatal, proporsi yang
berstatus belum kawin secara bermakna lebih besar dibandingkan dengan yang berstatus kawin 63,2 vs 36,8; 90,9 vs 9,1 ; χ2 = 18,816; p = 0,000.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1. Penderita HIVAIDS Dari Jumlah Kunjungan Di Pusyansus Klinik VCT