Hal ini sesuai dengan laporan dari Dirjen PP PL 2005 bahwa proporsi kasus HIVAIDS berdasarkan jenis kelamin terbanyak ada pada jenis kelamin laki-laki yaitu
sebesar 82,3.
7
Hal ini bukan menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih rentan untuk terinfeksi HIVAIDS, tetapi karena memang jumlah penderita yang datang berkunjung
adalah kebanyakan laki-laki daripada perempuan. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 226 penderita, terdapat 183 penderita 81,0 yang berjenis kelamin laki-laki.
6.2.3. Suku
Proporsi penderita HIVAIDS di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006-2007 berdasarkan suku dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Suku P enderita HIVAIDS
42 .5
8.8 2.2
1.3 0.9
15 .5 4 .0
24.8
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Batak Jaw a
Me la yu Mina ng
N ias Tio ngh oa
Lain-lain Tida k
Te rca ta t
P o
rp o
rs i
Gambar 6.4. Diagram Bar Proporsi Penderita HIVAIDS Berdasarkan Suku Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-
2007
Dari gambar 6.4. di atas dapat dilihat bahwa penderita HIVAIDS berdasarkan suku yang tertinggi adalah suku Batak yaitu 42,5 dan terendah adalah suku Nias yaitu
Universitas Sumatera Utara
sebesar 0,9. Hal ini menunjukkan bukan karena suku Batak berisiko untuk menderita HIVAIDS, tetapi hal ini berhubungan dengan jumlah pengunjung yang datang di
Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan paling banyak adalah suku Batak, dimana berdasarkan laporan bulanan tercatat bahwa dari 226 penderita yang datang, ada
sebanyak 96 penderita yang bersuku Batak termasuk di dalamnya Toba, Karo, Mandailing dan Simalungun.
Dari gambar di atas juga dapat dilihat bahwa penderita HIVAIDS pada etnis Tionghoa yaitu sebesar 15,5. Hal ini juga menunjukkan bahwa bukan karena etnis
Tionghoa berisiko untuk menderita HIVAIDS, tetapi hal ini juga berhubungan dengan RSUP H. Adam Malik Medan yang merupakan rumah sakit rujukan baik dari rumah sakit
lain, klinik penyakit kulit dan kelamin, Puskesmas serta sebagai salah satu pusat pelayanan kesehatan khusus HIVAIDS di Sumatera Utara yang memungkinkan setiap
orang dapat dirujuk tidak terkecuali etnis Tionghoa.
6.2.4. Tingkat Pendidikan
Proporsi penderita HIVAIDS di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006-2007 berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Tingkat Pendidikan Penderita HIVAIDS
83.6 8.8
3.1 2.7
1.8
SLTA AkademiPT
SLTP Tidak sekolah
SD
Gambar 6.5. Diagram Pie Proporsi Penderita HIVAIDS Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan
Tahun 2006-2007 Dari gambar 6.5. di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita HIVAIDS yang
tertinggi adalah penderita dengan tingkat pendidikan SLTA yaitu sebesar 83,6 dan yang terendah adalah tingkat pendidikan SD yaitu sebesar 1,8.
Penelitian Nurviana data 2005-2007 di Klinik VCT RSU Dr. Pirngadi Medan juga menemukan bahwa penderita HIVAIDS terbanyak ada pada tingkat pendidikan
SLTA yaitu sebesar 75,6.
13
Dari gambar diatas juga dapat dilihat bahwa penderita HIVAIDS juga terdapat di semua tingkat pendidikan bahkan juga pada tingkat pendidikan akademiPT yaitu sebesar
8,8. Hal ini dapat disebabkan karena pendidikan yang tinggi walaupun telah memiliki pengetahuan yang benar tentang HIVAIDS, tidak dengan sendirinya akan diikuti dengan
tindakan positif berupa upaya konkrit mencegah HIVAIDS.
18
Hal ini juga dapat disebabkan karena seks tidak mengenal tingkat pendidikan melainkan berpengaruh terhadap perilaku seseorang yaitu apabila ada kesemapatan, ada
uang, dan ada kemauan.
Universitas Sumatera Utara
6.2.5. Pekerjaan