Pola Pelaksanaan Sunat Perempuan

5.3 Pola Pelaksanaan Sunat Perempuan

Pelaksanaan sunat perempuan pada masyarakat Alas umunya dilakukan oleh seorang dukun sunat perempuanmudim de bekhu, waktu pelaksanaanya biasanya dilakukan pada saat anak usia 1-2 tahun. Pada usia ini, seorang anak perempuan akan mudah untuk dibujuk dan lukanya cepat sembuh, dan pada usia ini anak belum tau rasa malu dengan praktik ini. Pelaksanaan sunat perempuan oleh Mudim ini, dipercaya lebih baik daripada dilaksanakan oleh seorang Bidan ataupun Dokter, karena mudim itu sendiri dipercayai memiliki keahlian dan kekuatan supranatural yang dapat mengusir roh-roh jahat pada diri anak tersebut. Namun pada saat ini, pemahaman masyarakat setempat terhadap mudim adalah sebuah profesi non-medis yang memiliki keahlian dari turun-temurun, untuk dapat menyembuhkan penyakit seseorang, sedangkan Dokter dan Bidan memiliki keahlian menyembuhkan penyakit secara medis. Berkaitan dengan prosedur pelaksanaan sunat perempuan, pelaksanaan sunat perempuan pada masyarakat Alas dilakukan dengan cara penyayatan pada bagian penutup klitoris. Penyayatan ini dilakukan dengan pisau silet, yang sebelumnya di rumah mudim telah direndam dalam cairan spiritus, berserta tagelannya yaitu kunyit. Tidak ada pengobatan khusus yang diberikan kepada anak perempuan yang disunat, malainkan keahliah-keahlian khusus yang dimiliki sang mudim untuk mengobati luka anak yang disunat. Pelaksanaan sunat perempuan yang dilakukan oleh mudim de bekhu ini, dapat dihubungkan dengan pernyataan Andrews 2009 yang menyebutkan bahwa, “operasi” ini biasanya dilakukan dalam kondisi aseptik 85 Universitas Sumatera Utara yang buruk, yang cendrung tidak higienis sehingga resiko infeksi cukup tinggi. Sembilan puluh lima persen mutilasi genetalia wanita dilakukan pada anak perempuan berusia antara 1 hari dan 16 tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gajah Mada dalam Irianto, 2006 bahwa terdapat dua prosedur praktik sunat perempuan di Indonesia yaitu, tindakan pemotongan atau penggoresan pada alat kelamin wanita. Sedangkan praktik sunat perempuan yang dilakukan tenaga kesehatan, seperti Bidan di Kabupaten Aceh Tenggara, telah sesuai dengan Permenkes Nomor 1636 Tahun 2010 tentang Sunat Perempuan pasal 4 Ayat 2, yang menetapkan pelaksanaan sunat perempuan dilakukan dengan prosedur tindakan sebagai berikut : a. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir selama 10 sepuluh menit. b. Gunakan sarung tangan steril. c. Pasien terbaling terlentang, kaki direntangkan secara hati-hati. d. Fiksasi lutut dengan tangan, vulva ditampakkan. e. Cuci vulva dengan povidon iodine 10, menggunakan kain kasa. f. Bersihkan kotoran smegma yang ada diantara preputium klitoris dan gland klitoris sampai bersih. g. Lakukan goresan pada kulit yang menutupi bagian depan klitoris preputium klitoris dengan menggunakan ujung jarum steril sekali 86 Universitas Sumatera Utara pakai berukuran 20G-22G dari sisi mukosa ke arah kulit, tanpa melukai klitoris. h. Cuci ulang daerah tindakan dengan povidon iodine 10. i. Lepas sarung tangan. dan j. Cuci tangan dengan sabun dengan air bersih yang mengalir. 87 Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Sunat perempuan pada dasarnya merupakan cermin bangunan sosial seksualitas suatu masyarakat. Pada konteks masyarakat Alas, praktik ini terbentuk atas dasar kepentingan agama dan tradisi yang telah ada dari turun-temurun dan tabu untuk di bicarakan, terutama kaum laki-laki. Peran dominan orang tua, tokoh agama dan tokoh adat memberikan sumbangan bagi berkembangnya praktik sunat perempuan. Meski demikian, makna ritual dan mitos-mitos pada praktik sunat perempuan masih terus melekat di kalangan masyarakat Alas, sebagai sebuah tradisi adat Alas yang tetap terus dipertahankan. Sunat perempuan pada masyarakat Alas dilakukan pada saat usia anak 1 atau 2 tahun, praktik ini biasanya dilakukan masyarakat setempat pada bulan Idul Adhabulan Haji. Sampai saat ini, sunat perempuan pada masyarakat Alas di Kabupaten Aceh Tenggara, masih dilakukan oleh seorang dukun sunat perempuan Alas : mudim de bekhu. Pelaksanaan praktik ini dilakukan dengan cara membuang sedikit dengan cara menyayat pada bagian permukaan klitoris, yaitu sebesar biji beras, tindakan ini dilakukan dengan menggunakan pisau silet dan kunyit sebagai telanan tanpa ada pengobatan medis. Namun, praktik yang dilakukan mudim de bekhu belum dapat dikatakan aman secara kesehatan. Karena 88 Universitas Sumatera Utara