Pelaksanaan Praktik Sunat Perempuan pada Masyarakat Alas

terutama penduduk kelompok usia sekolah. Pada tahun 2011 jumlah sekolah Taman Kanak-Kanak TK sebanyak 39 sekolah, Sekolah Dasar SD 175 unit, Sekolah Menengah Pertama SMP 53 unit, Sekolah Menengah Atas SMA 24 unit dan Sekolah Menengah Kejuruan SMK 10 unit, dan 3 unit Perguruan Tinggi. Jumlah rumah ibadah pada tahun 2011, terdapat 633 unit tempat ibadah, terdiri dari 364 unit Masjid, MeunasahMushalla 207 unit, dan Gereja 62 unit. Untuk fasilitas kesehatan yang banyak dikunjungi adalah Puskesmas yaitu mencapai 46,72, hal ini mengindikasikan bahwa fasilitas tersebut cukup mudah dijangkau oleh penduduk dan biaya berobat yang dikeluarkan relatif murah. Pada tahun 2011 persentase tertinggi penolong kelahiran bayi dilakukan oleh Bidan mencapai 83,31, sedangkan angka penolong kelahiran oleh Dukun sebesar 12,49 meningkat dari angka sebelumnya yaitu sebesar 7,44 BPS, 2012.

4.2 Pelaksanaan Praktik Sunat Perempuan pada Masyarakat Alas

Untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan praktik sunat perempuan, peneliti melakukan wawancara dengan seorang dukun sunat perempuan Alas : mudim de bekhu. Awalnya, mudim ini menolak kedatangan peneliti untuk bercerita masalah sunat perempuan, namun dengan penjelasan dan pendekatan secara persaudaraan akhirnya mudim tersebut mau menjadi informan dalam penelitian ini. Mudim de bekhu itu bernama Ratiah umur 90 tahun, mudim de bekhu ini tinggal di Desa Biakmuli Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara bersama anak tertuanya, nenek tersebut terlihat masih sehat dan kuat 54 Universitas Sumatera Utara dalam menjalankan aktifitas sehari-harinya dengan usia yang sudah tua. Walaupun mudim ini tinggal di Kecamatan Bambel, namun beliau sering di panggil oleh warga di Kecamatan lain untuk menyunat anak perempuan mereka. Nama Ratiah alias Ninik Khong sudah tidak asing lagi oleh warga sekitar, bukan hanya di desa tempat Ninik Khong tinggal, namun desa di kecamatan sekitanya pun mengenal Ninik Khong sebagai mudim de bekhu. Kebenaran informasi ini didapatkan dari seorang warga yang bernama samaran Patimah Indah umur 29 tahun. Patimah bertempat tinggal di Desa Tetinggi Kecamatan Badar pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga, menurut informan bahwa beliau Ninik Khong adalah mudim de bekhu sudah lama dikenalnya dan yang paling sering di panggil oleh warga sekitar desanya untuk menyunat anak perempuan mereka. Ini disebabkan karena, Ninik Khong memiliki karismatik dan mempunyai keahlian tertentu, yang tidak sama seperti mudim-mudim lain yang mereka ketahui. Dari informan mudim de bekhu ini peneliti mendapatkan informasi bahwa, sunat perempuan pada orang Alas dahulunya semua dilakukan oleh seorang mudim de bekhu. Selanjutnya peneliti dengan sikap yang lugu dan tenang, bertanya bagaimana proses pelaksanaan sunat perempuan yang Ninik Khong lakukan selama ini. Secara berlahan dan bertahap Ninik Khong menjelaskan bahwa, praktik sunat perempuan pada masyarakat Alas dapat dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu : 55 Universitas Sumatera Utara Sebelum informan berangkat ke rumah tujuan, yaitu tempat anak perempuan yang akan disunat. Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan mudim de bekhu dari rumahnya, seperti pisau silet yang digunakan untuk menyayat bagian alat kelamin, pisau silet ini terlebihdahulu dibersihkan dengan menggunakan spiritus alkokoh. Selain pisau silet, alat yang dipakai adalah kunyit Alas : kuning, kunyit ini digunakan sebagai telanan Alas : petagel, telanan di sini berguna pada saat melakukan penyayatan. Informan juga mengatakan bahwa, selain kunyit yang digunakan sebagai telanan, ada juga mudim de bekhu lainnya menggunakan kapas ataupun emas, ini sangat tergantung dari kepercayaan dan keahlian sang mudim. Informan juga mengaku bahwa, dulunya ia menggunakan emas sebagai telanan, emas itu ia dapat dari peninggalan neneknya yang berprofesi sebagai mudim juga. Namun sekarang sudah hilang dibuat cucu, sehingga sekarang saya menggunakan kunyit sebagai telanannya karena memiliki makna yang sama, informan menjelaskan sambil tertawa kecil. Untuk mengetahui mengapa informan harus menggunakan kunyit, lalu peneliti bertanya. Mengapa nenek harus mengunakan kunyit sebagai telanannya ? “Kuning e niguneken kane anak ulang slambele. Kunyit digunakan agar anak tidak didatangi roh-roh jahat.” Jawaban informan. Selanjutnya dalam pelaksanaan sunat perempuan, informan menjelaskan bahwa setelah mudim sampai ke rumah tujuan, biasanya tuan rumah sudah mempersiapkan air tawar. Air tawar ini digunakan mudim untuk merendam alat- 56 Universitas Sumatera Utara alat yang digunakan dalam pelaksanaan sunat pada anak perempuani. “Air tawar ini juga dimaknai sebagai media untuk membunuh bisa dan racun yang ada pada pisau silet dan kunyit” Tutur informan. Karena bisa yang ada pada pisau silet itu dapat memperlambat penyembuhan luka pada anak, maka bisa dan racun itu harus dihilangkan. Seperti pengakuan informan sebagai berikut : “Ni piso silet e, kotoh kin ? Adi lot bisene khut khacunne, jadi bise si lot ni piso e hakhus kite beneken kane khugah anak si ni senat segekhe njuah khugahne. Di pisau silet itu, kau tau ? di pisau ada bisa dan racunnya, jadi bisa yang ada di pisau itu harus kita hilangkan supaya luka pada anak yang di sunat cepat sembuh lukanya.” Jadi, sebelum mudim ini menyunat si anak, terlebih dahulu anak tersebut di tepung tawar Alas : nipangekhi dengan menggunakan air tawar Alas : lawe tawakh. Air tawar ini terdiri dari berbagai macam daun-daunan seperti dalam bahasa Alas : bulung bebesi, sempilit, dedingin, khaje penawakh dan batang galuh setabankh. Sedangkan makna anak nipangekhi ini, informan mengatakan sebagai berikut : “Edi untuk mendapetken berkah khut membokhsihken khoh-khor jahat si lot ni badan anak e. De nipangekhi iye, waktu ni senati pe ndak mesui su kap ne. Itu untuk mendapatkan berkah dan membersihkan tubuh dari roh- roh jahat yang ada di badan si anak. Jika sudah di tepung tawar, pada saat di sunat tidak terlalu sakit.” Selanjutnya selain nipangekhi, mudim de bekhu sebelum melakukan penyunatan juga mudim mengambil wudhuk terlebihdahulu. Menurut informan bahwa, “Wuduk ini dilakukan dengan tujuan, agar semua proses praktik ini jauh dari jin dan roh-roh jahat, karena bagi mudim yang menyunat dan anak yang di sunat harus sama-sama dalam keadaan bersih dan suci.” Sunat perempuan pada 57 Universitas Sumatera Utara masyarakat Alas, dulunya dilakukan di tepi sungaikali Alas : tapinen desa, sungai yang sering digunakan oleh warga sebagai tempat untuk mandi atau mencuci pakaian. Menurut keterangan informan, alasan orang Alas melakukan sunat perempuan di tepi sungai, yaitu kotoran pada anak yang disunat dapat segera di buang ke aliran sungai yang mengalir. Namun sekarang, bagi warga yang memiliki kamar mandi di rumah, lebih memilih pelaksanaan sunat dilakukan di rumah saja. Hal ini disebabkan karena lokasi sungai jauh dari rumah, dan alasan lainnya bahwa di rumah tidak diketahui oleh orang banyak pada saat pelaksanaan sunat. Walaupun demikian, praktik sunat perempuan oleh masyarakat Alas masih sering dilakukan di tepi sungai desa, karena alasan tradisi dan kepuasan orang tua si anak terhadap proses pelaksanaan sunat pada anak perempuan mereka, seperti yang dilakukan orang-orang sebelum mereka. Tahap berikutnya yaitu, mudim de bekhu dibantu oleh 2 orang perempuan, biasanya ibu, nenek atau saudara perempuan dari anak yang akan disunat. Kedua orang ini mempunyai tugas yaitu, orang yang pertama bertugas untuk menggendong anak yang akan di sunat, dengan posisi anak membelakangi sembari menjempit tubuh si anak, sedangkan satu orang lainnya bertugas merenggangkan paha si anak, sehingga mudim dengan mudah melakukan penyayatan pada bagian permukaan klitoris. Selanjutnya setelah anak dapat dikendalikan oleh 2 orang yang membantu mudim, dengan membaca do’a mudim akan memotong bagian preputium klitoris 58 Universitas Sumatera Utara pembungkuspenutup klitoris, yang berwarna putih dan sebesar biji beras, inilah yang dikatakan sebagai “daging haram” pada alat kelamin perempuan. Biasanya mudim de bekhu setelah menyayat bagian alat kelamin, mudim akan mengucapkan “sah….sah…sah” sebanyak 3 kali. Menurut informan bahwa ucapan ini di dilakukan agar, sunat yang dia lakukan sah secara agama sehingga mendapatkan sunnahnya nabi Ibrahim. Saat peneliti mengajukan pertanyaan, apa itu daging haram ? Mudim ini mengatakan bahwa “Itu memang daging haram, karena di situ merupakan sumber penyakit.” Penyakit apa itu nek ?” Peneliti memotong pembicaraan informan, nenek itu mengatakan bahwa ada penyakit pada kelamin perempuan, jika itu tidak di buang maka anak perempuan tersebut tidak akan tumbuh besar dan sehat. Informan juga menambahkan bahwa, “daging haram” itu dibawa setiap perempuan sejak lahir dari kandungan ibunya, maka sebelum anak perempuan di sunat, dia belum bersih dari kotoran tersebut. Informan melanjutkan pembicaraan tentang pelaksanaan sunat perempuan, bagian pada permukaan klitoris yang akan dipotong memang berbeda dengan daging disekitarnya, dan posisi daging berwarna putih ini pada setiap anak perempuan berbeda-beda, ada yang berada di atas klitoris dan di samping klitoris. 59 Universitas Sumatera Utara Kok bisa berbeda nek ? Peneliti bertanya, lalu informan menjawab : “Edi malet tejelasken, gedi kin bagas rahim amek ne akhi. Dan cakhe ngatose pe hakhus kalak si pengalamen, malet tejelasken di. Masalah itu tidak bisa dijelaskan, sudah begitu dari rahim ibunya. Dan cara melihatnya juga harus orang yang sudah pengalaman, ngak bisa dijelaskan.” Jawab Ninik khong dengan tegas. Sehingga informan tidak dapat menjawab dengan jelas tentang “daging haram” ini, seperti pertanyaan peneliti bagaimana bisa setiap perempuan posisinya berbeda dan penyakit apa saja yang ada pada daging haram tersebut dengan jelas. Kemudian informan melanjutkan kembali ceritanya tentang tahapan pelaksanaan sunat perempuan. Lalu do’a yang di baca sebelum menyunat itu, menurut mudim de bekhu sebagai syarat untuk mendapatkan sunnahnya Nabi Ibrahim as. Karena sunat ini dilakukan dengan mengikuti ajaran pada masa Nabi Ibrahim, yang diteruskan sampai saat ini, tambah informan. Suasana pembicaraan dengan Ninik Khong dilakukan dengan santai dan penuh canda, seperti nenek dan cucu saat bercerita. Walaupun demikian, ada hal- hal yang tidak dapat di ceritakan oleh informan kepada peneliti dengan jelas dan menyeluruh, seperti masalah “daging haram” dan makna yang terkandung di dalamnya. Mungkin hal ini disebabkan karena peneliti adalah seorang laki-laki atau alasan lainnya, sehingga ini dapat terjadi pada saat berlangsungnya wawancara. Informan melanjutkan ceritanya, selanjutnya setelah disayat mudim de bekhu ini akan membaca do’a penghenti darah Alas : do’e patan. Menurut pengakuan informan, do’e patan yang di bacakan bersumber dari ayat-ayat Al- 60 Universitas Sumatera Utara Quran yang di ajarkan oleh neneknya. Saat peneliti menannyakan bagaimana bunyi do’a patan itu, informan mengatakan itu harus berguru lebih lama agar do’anya ampuh, ngak bisa cepat-cepat. Informan ini juga menambahkan, bahwa sunat yang dilakukannya tidak akan mengeluarkan darah setelah di patan, dan keterangan ini diperkuat oleh informasi dari masyarakat, tentang keajaiban do’e patan tersebut. Luka akibat pelaksanaan sunat perempuan ini tidak di berikan obat apapun, sebagai pengganti obat, mudim hanya makan sirih dan pinang. Air sirih inilah yang akan di semburkan pada bagian alat kelamin si anak, setelah dibacakan do’a oleh mudim de bekhu. Mereka percaya bahwa air sirih ini sebagai antibiotik untuk luka si anak, dan air sirih ini juga bermanfaat untuk menghilangkan rasa sakit atau nyeri, dengan demikian luka si anak akan cepat sembuh setelah di sunat. Selanjutnya setelah selesai pelaksanaan sunat, biasanya tuan rumah akan memberikan upah sebagai ucapan terimakasih kepada mudim de bekhu. Bentuk terimakasih ini biasanya berupa sarung, makanan dan uang yang tidak ditentukan, informan mengaku selama ini kebanyakan warga memberikan dia sarung dan uang sebesar 20.000 Rupiah sampai dengan 50.000 Rupiah, upah ini sesuai dengan kemampuan ekonomi orang tua si anak dan tidak pernah ditentukan. Kemudian pada hari yang sama, tuan rumah juga akan melakukan kenduri sukuran Alas : maceken nakan, dengan mengundang beberapa orang tetangga di sekitar rumah. Tuan rumah biasanya mengundang imam, tokoh agama, tokoh adat 61 Universitas Sumatera Utara dan warga yang ada sekitar rumahh berkisar antara 10-15 orang undangan saja. Kenduri ini dilakukan dengan tujuan, yaitu untuk meminta keselamatan dan segala kebaikan untuk si anak, karena sunat pada anak perempuan juga dimaknai sebagai tanda “sah menjadi muslim” sehingga anak nantinya diharapkan dapat menjadi anak baik dan taat kepada agama. Kenduri sukuran pada sunat perempuan dilakukan dengan sederhana, sangat berbeda dengan sunat pada anak laki-laki yaitu dengan pesta adat yang meriah. Sunat pada perempuan hanya dilakukan dengan kenduri sukuran yaitu, melakukan do’a bersama dengan mempersiapkan hidangan sesuai dengan kemampuan ekonomi orang tua si anak. Pada umumnya, untuk mempersiapkan kenduri ini tidak akan terlalu lama ataupun membutuhkan dana yang besar, biasanya hanya menyembelih satu atau dua ekor ayam sesuai dengan tradisi masyarakat Alas, dan acara sukuran ini tampak sangat sederhana dan tidak dilakukan persiapan khusus di rumah orang tua si anak yang disunat. Menurut pengakuan informan bahwa, sunat pada anak perempuan tersebut tidak akan membutuhkan waktu yang lama dalam pelaksanaannya, hanya berkisar 3 sampai 5 menit saja untuk satu orang anak. Seorang mudim de bekhu terkadang dapat menyunat 3 sampai 5 orang anak perempuan dalam satu hari, biasanya hal ini terjadi pada bulan Idul AdhaHaji, karena orang Alas sangat mempercayai hari besar ini sebagai hari yang tepat dan terbaik untuk menyunat anak mereka. Saat peneliti bertanya tentang kemungkinan bahaya yang ditimbulkan akibat praktik ini, karena semua proses dilakukan dengan alat yang sederhana dan 62 Universitas Sumatera Utara tidak steril, mudim ini hanya menjawab dengan singkat bahwa, “Semua itu sudah diatur oleh Allah SWT. InsyaAllah selama saya menjadi mudim de bekhu, belum pernah ada yang melaporkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti tetanus, infeksi ataupun pendarahan. Jika sakit sedikit kan wajar aja” Tuturnya Ninik Khong dengan tegas. Selain informan mudim de bekhu, peneliti juga melakukan wawancara dengan seorang Bidan Desa. Bidan ini sudah biasa menerima pasien praktik sunat perempuan di kliniknya. Informan bernama samaran Erinawati umur 36 tahun, informan ini merupakan Bidan yang telah 7 tahun membuka praktik, disalah satu sudut kota di Kutacane. Saat peneliti memberikan pertanyaan “Apa yang kakak ketahui tentang sunat perempuan ? Informan menjawab, sunat harus dilakukan pada setiap perempuan, karena sunat perempuan bermanfaat bagi kesehatan dan merupakan ajaran agama, serta sunat perempuan juga sebagai tradisi yang telah lama ada di daerah kita ini. Bidan ini juga berpendapat bahwa, sunat perempuan tidak akan menggangu fungsi seksualitas perempuan itu sendiri, karena sunat itu dilakukan dengan keyakinan dan tidak secara berlebihan. Dari hasil wawancara dengan Bidan ini, semua jawaban dan tanggapannya tidak jauh berbeda dengan informasi dari informan lainnya yang sudah peneliti temui. Karena pemahaman informan ini terhadap sunat perempuan, sama seperti mudim de bekhu ataupun informan orang Alas lainnya. Dengan keadaan demikian, peneliti mencoba lebih memfokuskan pertanyaan tentang pelaksanaan sunat perempuan secara medis. “Bisa kakak cerita sama saya, bagaimana kakak 63 Universitas Sumatera Utara melakukan praktik sunat pada anak perempuan?” Peneliti bertanya, informan menerangkan bahwa, “Sunat perempuan yang biasa kakak lakukan yaitu, dengan cara menggores sedikit bagian ujung klitoris preputium klitoris dengan menggunakan ujung jarum yang baru.” Kata informan. Bagian preputium klitoris yang sebelah mana kak ? Peneliti bertanya kembali, lalu informan menjawah sebagai berikut : “Pada bagian ujung dari penutup klitoris preputium klitoris, dan tidak boleh melukai klitoris.” Informan juga menerangkan bahwa, sunat yang dia lakukan selama ini, sudah sesuai dengan ketentuan yang ada di dalam Permenkes Nomor 1636 Tahun 2010. Namun informan ini mengakui bahwa, masyarakat umum khususnya masyarakat Alas lebih memilih menyunat anak perempuan mereka kepada dukun sunat perempuan Alas : mudim de bekhu. Hal ini sepengetahuan informan disebabkan karena faktor kepercayaan dan tradisi yang sudah melekat pada masyarakat sehingga sulit untuk diubah.

4.3 Sunat Perempuan Masa Sekarang dan Masa Yang Akan Datang