mengatakan bahwa, memang ada hadist yang berkaitan dengan khitan pada perempuan yang menyatakan bahwa :
“Rasulullah SAW, memerintahkan kepada wanita-wanita juru khitan : Bila engkau mengkhitan, maka khitanlah dengan baik jangan merusak karena
khitan yang baik itu akan membuat wajah lebih berseri dan memberikan kenikmatan bagi suami.” Diriwayatkan oleh Abu Daud dan Imam Ahmad
dari Ummi Athiyah.
Namun dalam hadist tersebut tidak tersirat atau tersurat ada perintah untuk mengkhitan anak perempuan. Yang ada hanyalah peringatan kepada juru khitan
perempuan agar mengkhitan dengan cara yang baik. Berarti khitan ketika itu sudah ada dan Nabi Muhammad SWA hanyalah memperingatkan terhadap tata
caranya. Dengan hadis tersebut dapat dipahami bahwa sunat perempuan dalam pandangan Islam tidak dilarang, namun tata cara melakukannya harus
diperhatikan, agar tidak merusak atau berbahaya bagi perempuan.
2.1.2 Asal Usul Sunat Perempuan
Berdasarkan perspektif sejarah, sunat perempuan sudah dilakukan secara rutin sejak 6000 tahun yang lalu di bagian selatan Afrika, mulai dari Lybia, Mesir,
Timur Tengah, Amerika Selatan, Australia dan Asia Tenggara Sumarni, 2005. Tidak mudah untuk menetapkan kapan pemotongan klitoris klitoridektomi dan
tradisi-tradisi lainnya berasal. Tetapi, data etnografi dan antropologi menunjuk pada perpaduan antara mitologi dan keyakinan agama Anees, 1989.
Menurut Muhamad 1998 menjelaskan bahwa, sunat perempuan bukan ajaran Islam, dapat dilihat dari tulisan Bryk, seorang etnolog berkebangsaan
Jerman pada tahun 1992. Dalam buku itu ia mengungkapkan bahwa dikepala 18
Universitas Sumatera Utara
orang Massai di Afrika ada kepercayaan bahwa dengan memotong klitoris dan sedikit labia minora, maka anak perempuan akan dapat dilepaskan dari fantasi
seksual. Perlu diingat bahwa suku Massai bukanlah suku Afrika yang mayoritas beragama Islam. Pengaruh budaya ini demikian mendalamnya, sehingga orang-
orang perempuan yang dikhitan secara simbolis sewaktu masih bayi akan merasa bahwa dirinya masih belum benar-benar bersih, apalagi ia tidak ingat lagi apakah
ia sudah dikhitan atau belum. Berbagai pendapat tentang asal mula dipraktikkannya sunat perempuan,
menurut WHO 2001 bahwa ada beberapa pendapat asal usul sunat perempuan, antara lain:
1. Female Genital Mutilation atau sunat perempuan tidak dikenal kapan
atau dimana tradisi sunat perempuan dimulai. 2.
Beberapa orang percaya FGM dimulai dari zaman dahulu kala. 3.
Beberapa orang percaya ini dimulai selama perdagangan Budak ketika budak hitam yang dimasukkan masyarakat Arab.
4. Beberapa percaya sunat perempuan dimulai dengan kedatangan Islam
di beberapa bagian sub-sahara Afrika. 5.
Yang lain percaya bahwa sunat perempuan dimulai pada saat kemerdekaan di Afrika, terlebih dahulu kunjungan Islam, orang-orang
berpengaruh diantara serdadu-serdadu. 19
Universitas Sumatera Utara
6. Beberapa percaya sunat perempuan berawal dari dilontarkan
kemerdekaan diantara grup etnik di Afrika sebagai upacara kedewasaan.
Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa asal usul sunat perempuan tidak dapat diketahui secara pasti, hal ini sangat bergantung terhadap
budaya dan kepercayaan sekelompok masyarakat yang melakukan praktik sunat perempuan. Sedangkan untuk laporan penyebaran sunat perempuan sampai saat
ini belum tersedia dengan lengkap, hal ini disebabkan karena lemahnya pencatatan data, jumlah yang sebenarnya perempuan yang disunat lebih besar
daripada yang tercatat dan masih ada data yang belum terungkap.
2.1.3 Tipe-Tipe Sunat Perempuan