131
AGENDA SOSIALISASI PELAYANAN KEIMIGRASIAN, KEPENDUDUKAN
DAN KEPOLISIAN BAGI MAHASISWA ASING TA. 20132014 Jumat, 6 September 2013
Ruang Senat Akademik, Biro Rektor Lt. 3
13.30 – 14.00 Registrasi 14.00 – 14.15 Sambutan sekaligus Pembukaan oleh Pembantu Rektor IV
Universitas Sumatera Utara
14.15 – 14.30 Informasi Administrasi Mahasiswa Asing di Lingkungan Universitas Sumatera Utara
Pembantu Rektor IV USU 14.30 – 15.00 Informasi Pelayanan Administrasi Mahasiswa Asing –
Keimigrasian
Oleh: - Kanim Imigrasi Polonia Medan -
Kanim Imigrasi Kelas I Khusus Medan
15.00 – 15.15 Informasi Pelayanan Administrasi Mahasiswa Asing – Kepolisian
Oleh: Ka. Sie Yanmin Intel Poldasu
15.15 – 15.30 Informasi Pelayanan Administrasi Mahasiswa asing – Kependudukan
Oleh: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 15.30 – 15.40 Sepatah Kata dari konsulat Jenderal Malaysia
15.40 – 16.00 Diskusi 16.00 ~
Selesai
Dari agenda sosialisasi tersebut, terlihat bahwa ada diberikan sesi diskusi bagi mahasiswa asing untuk bertanya berkaitan dengan pelayanan administrasi
yang tidak diketahui oleh mahasiswa asing sehingga setiap mahasiswa asing mengerti dan mengetahui semua prosedur pengurusan administrasi keimigrasian,
kepolisian dan kependudukan yang wajib mahasiswa asing selama menempuh pendidikan di USU. Sosialisasi tersebut dilakukan dua kali setahun biasanya
132 dilakukan pada bulan Februari dan Agustus. Pihak KUI akan memberikan
undangan Kepada Ketua Perhimpunan Mahasiswa Malaysia untuk menghadiri sosialisasi dan ketua mahasiswa Malaysia tersebut yang akan menghimpun
mahasiswa Malaysia untuk menghadiri sosialisasi tersebut. Sosialisasi tersebut dihadiri oleh 100 mahasiswa asing dan diutamakan bagi mahasiswa asing yang
baru menempuh pendidikan di USU untuk menghadiri sosialisasi tersebut Wawancara dengan Partisipan 02, 14 Maret 2014. Maka dari itu, seharusnya
setiap mahasiswa asing mengetahui prosedur dan pelayanan yang ada di KUI USU dan instansi pemerintah terkait dalam mengurus dokumen mereka.
Di KUI USU dan di facebook juga telah dibuat prosedur pengurusan surat – surat tersebut yang sudah disosialisasikan sebelumnya kepada mahasiswa asing.
Mahasiswa asing hanya perlu mengikuti prosedur yang telah ada Observasi 2013. Bisa dibilang pengurusan surat – surat tersebut sangat mudah. Mahasiswa
asing hanya memenuhi segala ketentuan yang ada maka surat – surat mereka akan segera diurus. Kemungkinan masalah yang terjadi dalam pengurusan dokumen
mereka dikarenakan bahasa yang kurang dimengerti oleh mahasiswa asing karena dari kuesioner yang peneliti bagikan kepada mahasiswa asing, mahasiswa asing
mengakui akan keterbatasan mereka dalam bahasa Indonesia. Kurang pedulinya mahasiswa asing akan sosialisasi yang dilakukan oleh KUI USU juga bisa
mengakibatkan mahasiswa asing tidak mau bertanya ketika sosialisasi dilakukan sehingga mahasiswa asing tidak mengerti akan prosedur pengurusan surat – surat
tersebut dan menganggap prosedur pengurusannya sangat rumit.
133
V.2.3. MERP ERP
MERP merupakan izin mereka untuk pulang pergi keluar masuk Indonesia. Masa berlakunya MERP ada enam bulan, satu tahun, dan ada yang
dua tahun. ERP merupakan izin mereka pulang pergi juga tetapi masa berlakunya hanya 2 bulan dan hanya bisa 1 kali digunakan. Setelah mahasiswa asing memiliki
KITAS, mahasiswa asing harus mengurus izin tinggal keluar masuk. Ketika MERPERP mahasiswa asing telah habis masa berlakunya maka MERPERP
mereka harus mereka perbaharui lagi. MERP dapat digunakan untuk bolak balik Indonesia – luar negeri tanpa
harus mengurus berulang kali selama MERP mereka masih berlaku, sedangkan ERP harus diurus berulang - ulang karena hanya bersifat sementara.
Dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada mahasiswa asing. Mahasiswa asing rata – rata mengurus MERP yang 6 bulan dan 1 tahun bukan yang 2 tahun.
Tetapi lebih banyak mahasiswa asing mengurus MERP yang 6 bulan sebagai ijin keluar masuk Indonesia.
Tabel 5.4. Pengurusan MERP Mahasiswa Asing NO MERP
Jumlah Frekuensi
1 2 tahun
6 20,00 2 1
tahun 10 33,33
3 6 bulan
14 46,67 Jumlah 30
100 Sumber : Kuesioner 2014
134 Ketika dikonfirmasi kepada staff KUI USU berkaitan pengurusan
MERPERP tersebut. Staff KUI USU mengatakan bahwa mahasiswa asing lebih banyak mengurus MERP yang 6 bulan bahkan banyak juga yang hanya mengurus
ERP saja dikarenakan mahasiswa asing tidak ingin membuang – buang uang dalam pengurusan MERP yang 2 tahun dikarenakan mereka tidak akan pulang
terus menerus dalam waktu dekat. Ketika mau pulang saja rata – rata mahasiswa asing baru mengurus ERP mereka Wawancara dengan Partisipan 01, 02
Desember 2013. Padahal ERP memiliki tanggal batas kembali ke Indonesia. Bila tidak
kembali ke Indonesia paling lambat pada batas kembali yang tertera di ERP maka ERP tersebut tidak dapat digunakan lagi Wawancara dengan Syamsul Bahri, 06
Desember 2013. Walaupun mahasiswa asing tahu akan konsekuensi tersebut namun mahasiswa asing masih tetap menggunakan ERP untuk ijin keluar masuk
Indonesia. Hal ini semakin menunjukkan bahwa mahasiswa asing sangat sulit untuk
mengeluarkan uang untuk pengurusan dokumen mereka selama di Indonesia. Sebisa mungkin mereka mengeluarkan biaya seminim mungkin dalam mengurus
dokumen – dokumen mereka tersebut. Ketidaksetujuan dengan sikap mahasiswa asing ini dalam mengurus ERP
tampak dari pernyataan dari salah satu staff KUI USU. Seharusnya mahasiswa asing melakukan pengurusan surat – surat mereka
sekaligus. KITAS yang masa berlakunya dua tahun dan MERP yang masa berlakunya 2 tahun. Namun mereka hanya mengurus MERP yang 6 bulan
ataupun hanya mengurus ERP saja. Mereka mengatakan belum tentu juga pulang balik dan staff KUI tidak bisa memaksa mereka. Namun mereka
memaksa surat – surat harus segera selesai.
Wawancara dengan Partisipan 01, 02 Desember 2013
135 Sikap mahasiswa asing dalam pengurusan ERP ini juga diutarakan oleh
salah satu staff KUI USU yang menggambarkan kharakteristik mahasiswa asing yang ada di USU. Mahasiswa asing yang ada di USU merupakan kebangsaan
Melayu, India dan Cina. Masing – masing dari ras tersebut memiliki sifat yang berbeda – beda. Melayu memiliki “sifat biasa dan tidak banyak masalah” dalam
mengurus dokumen mereka. Cina memiliki sifat “yang penting aman, tidak banyak komplain”. Sementara masalah sering terjadi berasal dari ras India yang
memiliki sifat “aman dengan biaya yang sedikit” Wawancara dengan Partisipan 01, 02 Desember 2013.
Perbedaan budaya dan sikap ini juga terlihat ketika mahasiswa asing mencari informasi berkaitan pengurusan dokumen mereka. Seperti yang dikatakan
oleh Kepala KUI USU.
“ Penggunaan bahasa yang kurang sopan di sosial media facebook.
Padahal sudah ada diberi contoh penggunaan bahasa yang sopan, namun ini tidak diikuti oleh mahasiswa asing. Bahasa Indonesia juga sulit
dimengerti oleh mahasiswa asing. Begitu juga budaya kita dengan budaya mereka yang berbeda yang membuat mereka tidak pernah puas akan
pelayanan yang diberikan oleh KUI USU.” Wawancara dengan Asima Yanty, 02 Desember 2013
Dari observasi yang dilakukan peneliti, tampak bahwa mahasiswa asing memang kurang sopan dalam menanyakan informasi kepada staff KUI USU. Oleh
karena itu peneliti beranggapan bahwa faktor budaya dan sikap dari mahasiswa asing sangat menentukan pengurusan MERPERP ataupun dokumen mereka
lainnya di KUI USU.
136
V.2.4. SKLD
Kebijakan yang dijalankan oleh kepolisian dalam memberikan pelayanan mahasiswa asing dalam mengurus SKLD yaitu UU no. 9 tahun 1992 pasal 60 dan
61 tentang keimigrasian dan Peraturan Pemerintah no. 31 tahun 1993 tentang petunjuk pelaksanaan UU no. 9 tahun 1992 Wawancara dengan Edward, 28
Januari 2014. Dari kebijakan keimigrasian yang menjadi pedoman dalam pengurusan
dokumen – dokumen imigrasi, terdapat perbedaan pelaksanaan kebijakan yang dilakukan oleh pihak Kepolisian sampai akhir tahun 2013 dengan kantor imigrasi.
Pihak kepolisian melaksanakan kebijakan keimigrasian yang lama yaitu UU no. 9 tahun 1992 sementara telah keluar UU keimigrasian yang baru yaitu UU no. 6
tahun 2011 dan pihak Imigrasi telah menggunakan UU keimigrasian yang baru tersebut. Hal inilah yang membuat sempat terjadi perbedaan pendapat diantara
pihak kepolisian dengan Kantor Keimigrasian Kelas I Khusus Medan. Perbedaan pendapat ini terlihat jelas dari hasil wawancara dengan pihak
Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan. “Namun sekarang terjadi dualisme pengawasan mahasiswa asing yang
terjadi antara pihak kepolisian dan kantor Imigrasi berkaitan dengan penerbitan SKLD. Pihak kepolisian mengatakan pengawasan kepada
orang asing dalam kasus ini mahasiswa asing merupakan tugas mereka. ini disebabkan mereka masing menggunakan UU Imigrasi tahun 1992 dan
UU kepolisian tahun 2002 padahal telah keluar UU yang baru. Dengan adanya UU keimigrasian yang baru tersebut membuat UU keimigrasian
yang lama tidak berlaku lagi. Menurut UU Imigrasi tahun 2011 yang baru, pengawasan orang asing dalam hal ini mahasiswa asing bukan
tanggung jawab pihak kepolisian namun merupakan tugas kantor Imigrasi. Menurut UU tersebut tidak perlu adanya pelaporan yang
dilakukan oleh mahasiswa asing kepada Polda. Namun sampai sekarang mereka tetap menjalankan pengawasan tersebut. Ini sempat menjadi
perdebatan ketika kami melakukan pertemuan dengan pihak kepolisian. Namun mereka tetap berkeras bahwa pengawasan tersebut merupakan
137 tugas mereka berdasarkan UU kepolisian.” Wawancara dengan Selamet
Sutarno, 30 Desember 2013 Namun, setelah dikonfirmasi dengan pihak kepolisian berkaitan dengan
hal ini. Pihak kepolisian mengatakan UU keimigrasian yang baru tersebut masih dalam tahap sosialisasi sementara dengan adanya UU keimigrasian tahun 1992
tersebut, pembuatan SKLD diterapkan sampai tahun 2013 dan mulai Januari 2014 SKLD benar – benar tidak akan diterbitkan lagi.
Berikut hasil wawancara dengan pihak kepolisian berdasarkan hal tersebut. “Namun baru tahun 2014 inilah benar – benar tidak diterbitkan SKLD
lagi. Ini terjadi dikarenakan UU no. 6 tahun 2011 masih tahap sosialisasi dan peraturan pemerintahnya sebagai petunjuk pelaksana dan petunjuk
teknisnya pun baru saja disahkan pada tahun 2013 dan belum sepenuhnya diberlakukan. Peraturan tersebut masih harus disosialisasikan. Sementara
pembuatan SKLD berdasarkan UU no. 9 tahun 1992 tersebut berlaku sampai tahun 2013. Sehingga sampai tahun 2013, mahasiswa asing wajib
memiliki SKLD. UU keimigrasian yang baru yaitu UU no. 6 tahun 2011 tidak mengharuskan pembuatan SKLD bagi mahasiswa asing dan
menghapuskan peran kepolisian dalam keimigrasian mahasiswa asing.”
Wawancara dengan Edward, 28 Januari 2014 UU keimigrasian no. 9 tahun 1992 mengharuskan setiap warga negara
asing termasuk mahasiswa asing yang memiliki KITASKITAP wajib mengurus SKLD di kepolisian. Sampai akhir tahun 2013, kebijakan ini masih dijalankan
oleh pihak kepolisian. Namun dari 1 Januari 2014, UU no. 9 tahun 1992 tidak dijalankan oleh Kepolisian lagi.
Seperti dikemukakan oleh pihak Kepolisian kepada peneliti. “Berdasarkan UU no. 9 tahun 1992, orang asing adalah orang yang
bukan warga negara Indonesia. Orang asing dalam hal ini mahasiswa asing wajib melaporkan diri kepada polisi berdasarkan:
Berdasarkan UU tersebut, maka mahasiswa asing wajib mengurus:
a. STM yaitu bagi orang asing yang melakukan kunjungan.
Pengurusan STM ini bisa dilakukan di semua Polsek b.
SKLD yaitu bagi orang asing yang memiliki KITAS dan KITAP kartu izin tinggal tetap. Pengurusan ini dilakukan di POLDA.
138 Karena mahasiswa asing memiliki KITAS maka mahasiswa asing
harus mengurus SKLD.” Wawancara dengan Edward, 28 Januari 2014
Walaupun begitu, ada beberapa hal yang disesalkan pihak kepolisian dengan keluarnya UU no. 6 tahun 2011 yang menghapuskan peran kepolisian
dalam pengurusan dokumen keimigrasian mahasiswa asing tersebut. SKLD sangat memudahkan pihak kepolisian dalam pengawasan keberadaan mahasiswa asing di
Kota Medan. Bisa dibilang dengan adanya SKLD, pengawasan terhadap mahasiswa asing bisa dilakukan dengan sangat ketat. Namun saat ini hanya pihak
Imigrasi yang berhak mengawasi mereka. Padahal kantor imigrasi tidak berada di semua daerah. Di Sumatera Utara kantor imigrasi hanya ada 6 kantor saja. Mereka
tidak mungkin bisa mengawasi keseluruhan daerah di Sumatera Utara. Mereka hanya mampu mengawasi yang menjadi wilayah kewenangannya saja. Karena
jumlah tim pengawas dari Kantor Imigrasi terbatas maka terbatas pula kemampuan mereka dalam mengawasi mahasiswa asing dan tidak mungkin bisa
menjangkau keseluruhan daerah yang berada di bawah kewenangan Kantor Imigrasi. Walaupun wewenang kepolisian dalam mengawasi mahasiswa asing,
namun pihak kepolisian bertekad akan tetap melindungi dan mengayomi setiap pihak baik Warga Negara Asing maupun Warga Negara Indonesia.
Hal inilah yang sempat dinyatakan oleh pihak Kepolisian dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan.
“Sebenarnya, dengan tidak ada lagi ditetapkan pengurusan SKLD bagi mahasiswa asing maka pihak kepolisian tidak tahu lagi keberadaan dan
titik – titik tinggal mahasiswa asing. Sehingga pengawasan terhadap mereka juga akan berkurang. Dengan adanya SKLD sebenarnya informasi
keberadaan mahasiswa asing akan disebarkan kepada pihak kepolisian yang lain yang lebih dekat dengan keberadaan mahasiswa asing sehingga
pihak kepolisian dapat mengawasi mereka dengan baik. Jadi, apabila ada sesuatu hal yang terjadi dengan mahasiswa asing pihak kepolisian bisa
139 dengan cepat menangani masalah mereka. Contohnya, bila mereka
meninggal atau berkelahi dengan penduduk setempat maka pihak kepolisian bisa dengan cepat mengatasi hal tersebut karena pihak
kepolisian ada dimana saja dan bisa mengawasi mereka. Namun, sekarang dengan tidak adanya SKLD maka pihak Imigrasi yang
mengawasi mereka dan bertanggung jawab sepenuhnya atas mereka. Bila diperhatikan hal ini sebenarnya tidak efektif. Ini dilihat dari tidak banyak
Kantor Imigrasi di Sumatera Utara. Bisa dibilang cuma ada 6 kantor Imigrasi yang ada di Sumatera Utara dan tidak semua daerah ada kantor
Imigrasi. Apakah mereka bisa cepat tanggap bila suatu saat ada terjadi masalah kepada mahasiswa asing dan di daerah tersebut tidak terdapat
kantor Imigrasi? Polisi juga yang akan menangani masalah tersebut bukan Kantor Imigrasi. Sebenarnya SKLD ini sangat dibutuhkan untuk
pengawasan dan pengamanan mahasiswa asing. Walaupun begitu, kepolisian tetap stand by 24 jam melindungi dan mengayomi warga
negara asing dan warga negara Indonesia.”
Wawancara dengan Edward, 28 Januari 2014 Dengan adanya UU no. 6 tahun 2011 tersebut, otomatis peran kepolisian
dalam administrasi keimigrasian mahasiswa asing tidak ada lagi. Hal ini juga telah diberitahukan dan menyurati instansi – instansi pemerintah terkait yang mengurus
mahasiswa asing berkaitan dengan keputusan tersebut. Namun peran kepolisian dalam melindungi dan mengayomi warga negara asing dan warga negara
Indonesia berdasarkan UU no. 2 tahun 2002 akan tetap dilaksanakan oleh kepolisian sehingga pengawasan terhadap mereka tetap dilakukan namun tidak se
– intens ketika masih diterapkan SKLD bagi mahasiswa asing. Hal ini dikarenakan pihak kepolisian kekurangan informasi akan keberadaan mereka.
Hal ini dikemukakan dari hasil wawancara dengan pihak Kepolisian “Secara administrasi, mulai tahun 2014 ini pihak kepolisian tidak ada
lagi hubungannya dengan masalah keimigrasian. Namun berdasarkan UU no. 2 tahun 2002 tentang kepolisian Republik Indonesia, pihak kepolisian
masih bisa mengawasi mahasiswa asing berkaitan dengan kegiatan yang mereka lakukan, pengamanannya, penerbitan SIM dan SKCK bila negara
asal mereka meminta, serta dokumen mereka hilang juga melapor kepada kepolisian” Wawancara dengan Edward, 28 Januari 2014
140 Pelayanan mahasiswa asing berkaitan dengan administrasi keimigrasian
mahasiswa asing yang dijalankan oleh pihak kepolisian hanya dilakukan sampai tahun 2013. Tetapi mulai Januari 2014 tidak akan terjalin lagi koordinasi dalam
bidang administrasi keimigrasian mahasiswa asing dengan pihak kepolisian dikarenakan SKLD tidak akan diterbitkan lagi oleh pihak kepolisian. Sehingga
mulai Januari 2014 koordinasi yang terjalin berkaitan dengan keimigrasian dan kependudukan mahasiswa asing hanya dijalankan oleh KUI USU, Kantor Imigrasi
Kelas I Khusus Medan, dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan. Pengurusan SKLD dilakukan setelah mempunyai KITAS. Ketika
mahasiswa asing tidak memiliki SKLD setelah 30 hari terbitnya KITAS maka mereka akan dikenakan sanksi pidana penjara selama 1 tahun dan akan
mendapatkan sanksi akademik dari kampus. Masa berlakunya SKLD ini sesuai dengan masa berlaku KITAS yaitu 2 tahun.
SKLD itu berbentuk kartu berupa E-Card. Pengurusan dokumen SKLD itu dikirim oleh POLDA Sumatera Utara ke Mabes Polri di Jakarta dikarenakan yang
berhak untuk mengeluarkan kartu SKLD adalah Mabes Polri di Jakarta. Pengurusan SKLD di Mabes Polri membutuhkan waktu yang lama karena seluruh
pengurusan SKLD warga negara asing di Indonesia dilakukan oleh Mabes Polri. Untuk mengatasi hal tersebut maka seminggu setelah mahasiswa mengurus
SKLD, pihak Polda Sumatera Utara akan mengeluarkan selembar Surat Keterangan Jalan SKJ sementara untuk menunggu terbitnya SKLD dari Mabes
Polri. Selembar kertas SKJ sama statusnya dengan Kartu SKLD. Dengan selembar Surat Keterangan Jalan sementara itu maka mahasiswa asing bisa mengurus SIM
141 dan asuransi kecelakaan mereka Wawancara dengan Partisipan 01, 02 Desember
2013. Mahasiswa asing yang melaporkan diri untuk pembuatan SKLD maka
akan segera dilayani pengurusan SKLD mereka. Ketika semua dokumen mereka telah lengkap, maka mahasiswa asing akan mengisi formulir. Mahasiswa asing
kemudian akan diperintahkan untuk datang ke Polda 2 hari kemudian. Di Polda mereka akan menerima SKJ dan tanda terima SKJ. Namun, karena telah terjalin
koordinasi dengan pihak USU maka pengurusan SKLD dan pengambilannya dilakukan di KUI USU. Pihak kepolisian yang akan mengambil dan
mengantarkan SKLD mahasiswa asing yang telah selesai ke KUI USU Wawancara dengan Edward, 28 Januari 2014.
Masalah pengurusan SKLD mahasiswa asing sering terjadi karena adanya doktrin senior dan lingkungan sekitar mereka agar tidak melapor kepada
kepolisian karena mereka menganggap tidak terlalu penting untuk mengurus SKLD. Selain itu masalahnya terletak pada calo – calo yang tidak sehat
Wawancara dengan Edward, 28 Januari 2014. Jika mahasiswa asing mengurus lewat calo, maka SKLD mereka tidak
akan siap karena pihak kepolisian tidak pernah menerima berkas – berkas dari calo dan dokumen tersebut tidak pernah sampai ke kepolisian. Hingga akhirnya
mereka mengadu kepada pihak USU karena SKLD tidak juga mereka terima dengan biaya yang mahal. Dalam pengurusan SKLD, banyak calo yang
memanfaatkan situasi dengan meminta pembayaran yang lebih besar dari biaya sebenarnya sehingga memperburuk citra pelayanan kepolisian. Untuk mengatasi
142 hal ini, maka pengurusan SKLD difokuskan di KUI USU sehingga dokumen yang
diurus melalui USU yang selalu diterima oleh pihak kepolisian.
V.2.5. SKTT
Dasar kebijakan pelayanan terhadap mahasiswa asing yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan dalam pengurusan SKTT
adalah Undang – Undang no. 23 tahun 2006, Peraturan Pemerintah no. 37 tahun 2007 dan Peraturan daerah Kota Medan no. 1 tahun 2010 Wawancara dengan
Arpian Saragih, 20 Desember 2013. Dalam peraturan kependudukan tersebut terlihat jelas adanya kebijakan
yang mengharuskan Dinas Kependudukan untuk berkoordinasi dengan instansi lainnya. Ketentuan untuk berkoordinasi tersebut tertulis dalam petunjuk pelaksana
Undang – Undang no 23 tahun 2006 yaitu Peraturan pemerintah no. 37 tahun 2007.
“Peraturan pemerintah no. 37 tahun 2007 pasal 21 yaitu mengadakan: 1.
Koordinasi sosialisasi antar instansi vertikal dan lembaga pemerintah non depatemen
2. Kerja sama dengan organisasi kemasyarakatan dan perguruan
tinggi 3.
Sosialisasi iklan layanan masyarakat melalui media cetak dan elektronik
4. Komunikasi, informasi dan edukasi kepada seluruh lapisan
masyarakat” Dalam Peraturan Pemerintah no. 37 tahun 2007 itu juga diatur masalah
pengawasan administrasi kependudukan yang dilakukan dengan cara koordinasi. Peraturan tersebut tertulis dalam pasal 25 yang tertulis:
“Koordinasi pengawasan dilakukan melalui rapat koordinasi, konsultasi, pencegahan, dan tindakan koreksi”
143 Kebijakan tersebut secara deskriptif menyatakan bahwa ada terjalin
koordinasi antara Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan dengan instansi – instansi pemerintah terkait didalam menyelenggarakan administrasi
kependudukan khususnya bagi mahasiswa asing. Namun dalam implementasinya di lapangan, pihak Dinas Kependudukan
belum sepenuhnya menjalankan koordinasi ini dengan baik sesuai dengan Peraturan Pemerintah no. 37 tahun 2007 tersebut. Dinas Kependudukan baru
melakukan koordinasi dengan pihak Kepolisian, Konsulat Jenderal Malaysia dan Kantor Imigrasi serta melakukan kerja sama dengan perguruan tinggi yaitu
pihak USU. Namun point ketiga dan keempat yaitu sosialisasi layanan masyarakat dan komunikasi kepada mahasiswa asing belum ada dilakukan oleh
Dinas Kependudukan. Sementara koordinasi pengawasan yang masih dilakukan oleh Dinas Kependudukan adalah rapat koordinasi Observasi Desember 2013.
Kebijakan ini juga mengatur masalah administrasi kependudukan baik Warga Negara Asing maupun Warga Negara Indonesia. Kebijakan ini wajib
dipatuhi oleh semua warga negara asing termasuk mahasiswa asing yang berada di Kota Medan. Kebijakan ini memudahkan pihak pemerintah dalam pengawasan
mahasiswa asing dan demi keamanan mahasiswa asing selama melakukan pendidikan di Kota Medan. Namun, belum adanya sanksi yang tegas bagi
mahasiswa asing yang tidak memiliki SKTT. Hanya sebatas denda saja. Seperti yang dikemukakan oleh pihak Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kota Medan dari hasil wawancara yang telah saya lakukan. “UU ini membutuhkan sikap Pro – aktif mahasiswa asing. Sehingga bila
mereka pindah maka mereka pun harus pindah secara resmi. Bila mereka tidak melaporkan kepindahan dan keberadaan mereka maka Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil tidak bertanggung jawab atas kehidupan
144 mereka dan pihak Imigrasi juga akan mengalami kebingungan akan
keberadaan mereka. Bila mahasiswa asing tidak mempunyai SKTT akan dikenakan denda. Sampai saat ini, belum adanya sanksi yang berat yang
diberikan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan karena belum semua mahasiswa asing yang tahu akan peraturan tersebut.
Peraturan ini masih dalam tahap sosialisasi.” Wawancara dengan Arpian Saragih, 20 Desember 2013
SKTT sebagai identitas orang asing di Kota Medan. SKTT sama statusnya dengan KTP dan kartu domisili warga negara Indonesia. Masa berlaku SKTT
sama dengan KITAS. Dengan adanya SKTT, maka mahasiswa asing tidak perlu membawa paspor dan surat pengawasan polisi bila ingin bepergian, cukup
membawa SKTT saja. Dengan adanya SKTT, Dinas Kependudukan bisa mengawasi domisili mahasiswa asing.
KUI USU yang mengantarkan surat keterangan domisili SKTT ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan. Lama pengurusannya 2 – 3 hari
paling lama selesai dalam waktu seminggu. Bila mereka pindah maka mereka harus mengurus kembali SKTT yang baru dengan memberitahukan tempat
domisilinya yang baru juga. Mahasiswa asing harus mengurus surat keterangan pindah bila mereka ingin pindah tempat tinggal. Proses pengurusan surat
keterangan pindah membutuhkan waktu yang lumayan lama karena harus mengecek terlebih dahulu dokumen SKTT yang lama Wawancara dengan
Partisipan 01, 02 Desember 2013. Setelah SKTT selesai diurus di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kota Medan, mahasiswa asing harus melapor ke lurah tempat mereka tinggal. Pihak kelurahan harus mengetahui keberadaan mahasiswa asing yang ada di
kelurahannya agar keberadaan mahasiswa asing tidak mengganggu pihak
145 kelurahan dan masyarakat setempat sehingga tidak dianggap sebagai orang asing
yang ilegal. Berdasarkan Perda Kota Medan no. 1 tahun 2010 biaya pengurusan SKTT
adalah Rp. 10.000. Pengurusan SKTT ini harus disertakan dengan KITAS dan sponsor mahasiswa asing yaitu USU.
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan menghimbau ke Imigrasi, apabila mahasiswa asing tidak ada melampirkan SKTT, maka KITAS
mahasiswa asing tidak bisa diperpanjang. SKTT ini memudahkan pihak imigrasi dan kepolisian dalam melakukan pengawasan kepada mahasiswa asing
Wawancara dengan Arpian Saragih, 20 Desember 2013. Hal ini terjadi karena SKTT merupakan salah satu syarat untuk memperpanjang KITAS mahasiswa
asing.
V.3. Koordinasi ketika