commit to user 25
dipilih pada penulisan ini. Pemanfaatan teori Searle ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa dalam RSMT terdapat banyak tuturan yang berfungsi sebagai
tindak tutur direktif berdasarkan pada teori menurut Searle.
5. Kesantunan Berbahasa Brown dan Levinson
Konsep atau prinsip kesantunan dikemukakan oleh banyak ahli. Dasar pendapat ahli tentang konsep kesantunan itu berbeda-beda. Ada konsep
kesantunan yang dirumuskan dalam bentuk kaidah, ada pula yang diformulasi dalam bentuk strategi. Konsep kesantunan yang dirumuskan di dalam bentuk
kaidah membentuk prinsip kesantunan, sedangkan konsep kesantunan yang dirumuskan di dalam bentuk strategi membentuk teori kesantunan Rustono,
1999:67-68. Teori kesantunan berbahasa Brown dan Levinson berkisar atas nosi muka
face Asim Gunarwan, 1992: 184. Brown dan Levinson 1987: 61 mengartikan face
”muka” sebagai gambaran diri yang bersifat umum yang ingin dimiliki setiap anggota masyarakat, terdiri dari dua aspek yaitu muka negatif dan positif. Muka
negatif merupakan keinginan setiap orang untuk bebas dari gangguan, seperti kebebasan bertindak dan kebebasan dari perintah atau mengerjakan sesuatu. Muka
positif adalah keinginan setiap orang agar citra positif yang ia miliki dapat diterima dan dihargai oleh orang lain.
Menurut Brown dan Levinson 1987: 65-68, konsep tentang muka bersifat universal. Muka itu rawan terhadap ancaman yang timbul dari tindak
tutur tertentu. Tindakan yang mengancam muka penutur atau lawan tutur disebut Face Threatening Acts FTA. Tindakan pengancaman terhadap muka tersebut
commit to user 26
dapat mengacam muka negatif maupun muka positif penutur maupun alawan tutur. Tindakan yang berpotensi mengancam muka dikurangi dengan tindakan
penyelamatan muka Face Saving Act, FSA. Atas dasar ini, tindakan penyelamatan muka, dapat diartikan sebagai kesantunan. Kesantunan yang
dimaksudkan untuk menjaga muka positif disebut kesantunan positif kesantunan afirmatif dan kesantunan yang dimaksud untuk menjaga muka negatif disebut
kesantunan negatif kesantunan deferensial lihat. Asim Gunarwan, 2007. Sopan santun dalam tindak tutur direktif termasuk ke dalam kesantunan negatif, dapat
ditafsirkan sebagai usaha untukmenghindari konflik antara penutur dan lawan tutur. Brown dan Levinson 1987: 74-77 juga menjelaskan bahwa dalam
melakukan tindakan pengancaman muka seorang penutur memperhitungkan suatu derajat keterancaman sebuah tindak tutur dengan mempertimbangkan faktor-
faktor yang mempengaruhi sebuah tuturan. Faktor-faktor tersebut menurut Brown and Levinson yaitu: a. jarak sosial diantara penutur dan lawan tutur, b.
besarnya perbedaan kekuasaan atau dominasi diantara keduanya dan, c. status relatif jenis tindak ujaran di dalam kebudayaan yang bersangkutan. Atas dasar
perkiraan itulah penutur memilih strategi kesantunan. Bentuk strategi kesantunan yang digunakan tergantung pada pemilihan jenis kesantunannya, yaitu kesantunan
negatif atau positif. Menurut Brown dan Levinson, karena adanya ancaman tindak tutur
terhadap muka, maka penutur perlu memilih strategi untuk mengurangi ancaman itu, secara umum terdapat lima strategi yang dikenalkan oleh kedua pakar itu,
yaitu: 1. bertutur secara terus-terang tanpa basa-basi bald on record; 2. bertutur dengan menggunakan kesantunan positif; 3. bertutur dengan
commit to user 27
menggunakan kesantunan negatif; 4 bertutur dengan cara samar-samar atau tidak transparan off record
; dan 5 bertutur “di dalam hati” dalam arti penutur tidak mengujarkan maksud hatinya.
6. Kesantunan Negatif