commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia dalam mengungkapkan perasaan ataupun pikirannya. Proses pengungkapan perasaan
atau pikiran oleh seseorang melalui bahasa dapat dijadikan ukuran untuk menilai suatu kepribadian seseorang. Ungkapan kepribadian seseorang yang perlu
dikembangkan adalah ungkapan kepribadian yang baik, benar, dan santun sehingga mencerminkan budi pekerti luhur Pranowo, 2009:3. Setiap orang yang
berbudi perkerti baik, biasanya dia telah menerapkan kesantunan berbahasa. Pemakaian bahasa oleh seorang penutur dikatakan santun apabila bahasa yang
digunakannya tidak menyinggung perasaan lawan bicaranya. Dalam kegiatan berkomunikasi, seorang anggota masyarakat hendaknya selain menyampaikan
maksud dengan baik dan benar, sebaiknya juga menerapkan kesantunan berbahasa dalam penyampaiannya. Berbahasa santun adalah penggunaan bahasa yang sesuai
dengan norma dan nilai yang dipegang oleh masyarakat pengguna bahasa. Studi pragmatik berkaitan dengan masalah penggunaan bahasa, yaitu
masalah penggunaan bahasa dalam suatu situasi tutur atau cara pengungkapan bahasa dalam suatu peristiwa tutur. Dalam kajian pragmatik yang menjadi unit
analisis adalah ujaran. Suatu ujaran tidak bisa dilepaskan dari konteks percakapan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pragmatik merupakan kajian bahasa
secara utuh.
commit to user 2
Pembahasan mengenai kesantunan berbahasa sudah banyak dipaparkan oleh para pakar bahasa. Beberapa pakar yang membahas kesantunan berbahasa
misalnya Leech 1983 dan Brown dan Levinson 1987. Pendapat antara pakar yang satu dengan yang lain berbeda, tergantung pada bagaimana para pakar
tersebut melihat wujud kaidah sosial Asim Gunarwan, 1994: 87. Leech 1993:166-218 berpendapat bahwa prinsip berbahasa santun
merupakan susunan bahasa yang didasarkan atas: 1 maksim kearifan tact maxim, yaitu memperkecil kerugian pendengar; memperbesar keuntungan
pendengar, 2 maksim kedermawanan generosity maxim, yaitu memperkecil keuntungan sendiri; memperbesar keuntungan pendengar, 3 maksim pujian
approbation maxim, yaitu memperkecil keluhan pendengar; memperbesar pujian pendengar, 4 maksim kerendahan hati modesty maxim, yaitu memperkecil
pujian diri; memperbesar perendahan diri, 5 maksim kesepakatan agreement maxim, yaitu memperkecil ketidak-sepakatan antara diri sendiri dengan orang
lain; memperbesar kesepakatan antara diri sendiri dengan orang lain, dan 6 maksim simpati sympathy maxim, yaitu memperkecil antipati antara diri sendiri
dan orang lain; memperbesar simpati antara diri sendiri dan orang lain. Brown dan Levinson 1987 melihat realisasi tindak tutur sebagai hasil
pemilihan strategi. Strategi kesantunan itu berkisar pada nosi muka face, yang dibagi menjadi dua, yaitu muka negatif dan muka positif. Kesantunan yang
ditunjukkan terhadap muka positif lawan tutur disebut kesantunan positif, sedangkan kesantunan yang ditunjukan terhadap muka negatif lawan tutur disebut
kesantunan negatif. Pada pelaksanaan konsep kesantunan berbahasa, baik kesantunan negatif maupun positif menggunakan strategi tertentu untuk
commit to user 3
mengurangi ancaman yang ditimbulkan dari kurang menyenangkannya tuturan yang diucapkan oleh penutur.
Dalam penelitian ini, penulis bermaksud membahas tuturan yang terdapat pada peristiwa tutur dalam RSMT menggunakan teori kesantunan menurut Brown
dan Levinson, khususnya mengenai kesantunan negatif. RSMT merupakan sebuah acara yang menggambarkan suatu kondisi masyarakat ketika mengalami kesulitan,
dan menempuh jalan untuk meminta pertolongan kepada orang yang dijumpainya. Acara realitas reality show adalah genre acara televisi yang
menggambarkan adegan yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang umumnya khalayak umum biasa, bukan pemeran.
Acara realitas umumnya menampilkan kenyataan yang dimodifikasi, seperti menaruh partisipan di lokasi-lokasi eksotis atau situasi-situasi yang tidak lazim,
memancing reaksi tertentu dari partisipan, dan melalui penyuntingan dan teknik- teknik pascaproduksi lainnya Wikipedia, 2010.
Reality show merupakan suatu acara yang menampilkan realitas kehidupan seseorang yang bukan selebritis orang awam, kemudian disiarkan
melalui jaringan TV, sehingga bisa dilihat masyarakat Widyaningrum dan Christiastuti, April, 2010. Banyak program-program acara di televisi yang
merupakan reality show, seperti Termehek-Mehek, Bedah Rumah, Tukar Nasib, Minta Tolong dan lain sebagainya.
Di antara banyak reality show yang ditawarkan oleh beberapa jaringan televisi, penulis tertarik untuk meneliti RSMT. Alasannya RSMT merupakan
reality show yang memperlihatkan bagaimana reaksi warga masyarakat pada waktu dimintai tolong oleh orang yang tidak dia kenal sebelumnya. Acara ini
commit to user 4
memberikan gambaran kepada penonton mengenai bagaimana cara seseorang dalam merealisasikan maksud tuturan yang bertujuan untuk meminta tolong
kepada orang yang tidak penutur kenal supaya mau membantunya, dan juga memperlihatkan bagaimana realisasi dari lawan tutur yang menolak ataupun
menyanggupi untuk menolong penutur. Pada acara tersebut, penutur dan mitra tutur berdialog dengan menggunakan bahasa Indonesia yang nonformal dan
bahasa Jawa. Tuturan yang diucapkan oleh peminta tolong dalam RSMT bermacam-macam bentuknya. Peminta tolong dalam mengungkapkan maksudnya
ada yang menggunakan ungkapan perintah, permintaan, saran, tawaran dan lain sebagainya. Sedangkan orang yang dimintai tolong dalam dalam menanggapi
maksud peminta tolong ada melakukan penolakan atas maksud dari peminta tolong. Sebagian besar ungkapan yang digunakan oleh peminta tolong dalam
RSMT merupakan jenis tindak tutur direktif. Dalam RSMT, peminta tolong juga menggunakan suatu konsep kesantunan
tertentu untuk menjaga muka orang yang dimintai tolong. Konsep kesantunan yang sebagian besar digunakan oleh peminta tolong yaitu strategi kesantunan
negatif. Misalnya, apabila peminta tolong yang sedang menggunakan tindak tutur direktif dalam mengungkapkan maksudnya, apabila memilih menggunakan
konsep strategi kesantunan negatif berarti peminta tolong menjaga muka negatif dari orang yang dimintai tolong. Maksud dari muka negatif yaitu keinginan
sesorang untuk bebas bertindak atau kebebasan dalam melakukan sesuatu tanpa dihalangi oleh pihak lain. Gambaran mengenai penggunaan tindak tutur direktif
dan strategi kesantunan negatif oleh peminta tolong yang terdapat dalam RSMT tersebut menarik untuk diteliti, supaya dapat ditemukan realisasi tindak tutur
commit to user 5
direktif dan strategi kesantunan negatif yang digunakan oleh peminta tolong dalam RSMT.
Contohnya penerapan kasus mengenai realisasi tindak tutur direktif dan strategi kesantunan negatif yang digunakan oleh peminta tolong dalam RSMT,
seperti terlihat pada tuturan yang diucapkan oleh seorang peminta tolong ketika sedang membujuk orang yang dimintai tolong supaya bersedia membeli gorengan
yang dijual oleh peminta tolong. Tuturan yang dimaksud yaitu tuturan ”dibeli ya
pak Mau pak? diborong pak kalau mau ”. Tuturan tersebut menunjukkan bahwa
peminta tolong menggunakan jenis tindak tutur direktif dalam mengungkapkan keinginannya. Tuturan yang diucapkan oleh peminta tolong tersebut menunjukkan
bahwa peminta tolong menginginkan orang yang dimintai tolong untuk melakukan sesuatu untuknya, yaitu dengan membeli gorengan yang dijualnya.
Tuturan yang mengandung tindak tutur direktif tersebut berpotensi mengancam muka orang yang dimintai tolong, karena peminta tolong membatasi kebebasan
orang yang dimintai tolong dalam bertindak. Untuk mengurangi potensi ancaman terhadap muka orang yang dimintai tolong, peminta tolong memilih menggunakan
strategi kesantunan negatif. Bentuk strategi kesantunan negatif yang digunakan seperti memberikan opsi atau pilihan kepada orang yang dimintai tolong atas
maksud dari peminta tolong, yang ditunjukkan dengan penambahan tuturan ”kalau mau”, pada tuturan ”diborong pak kalau mau”.
Fenomena pemakaian bahasa yang terdapat dalam reality show Minta Tolong dapat dikaji dengan tinjauan pragmatik. Adapun alasan pengambilan
tinjauan pragmatik dalam dialog atau percakapan dalam RSMT, karena banyak muncul keterkaitan bahasa dengan unsur-unsur eksternal yang menjadi ciri khas
commit to user 6
ilmu pragmatik. Pragmatik mempelajari struktur bahasa eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi I Dewa Putu
Wijana, 996: 1. Penelitian ini terfokus pada masalah bahasa dalam dialog pada acara
RSMT yang terbatas pada masalah realisasi tindak tutur direktif dan strategi kesantunan negatif yang digunakan oleh peminta tolong dalam RSMT. Dalam
penulisan ini tidak semua tuturan diteliti, melainkan hanya tuturan yang mencerminkan tindak tutur direktif dan strategi kesantunan negatif saja. Oleh
sebab itu, penulis memberi judul penulisan ini Tindak Tutur Direktif dan Kesantunan Negatif dalam RSMT di Rajawali Citra Televisi Indonesia.
B. Pembatasan Masalah