2009, serta diresmikan oleh Presiden RI pada 28 Januari 2010.  Perairan di Teluk Lada  dimanfaatkan  penduduk  sekitar  untuk  perikanan  tangkap  diantaranya  ikan
teri  dan  kerang  darah  dan  sangat  jarang  ditemukan  aktivitas  budidaya  rumput laut, namun banyak terdapat lokasi wisata.
4. 2 PLTU-Batubara Suralaya
PLTU  Suralaya  terletak  di  Desa  Suralaya,  Merak,  Kota  Cilegon,  Propinsi Banten,  berjarak  7  km  ke  arah  utara  dari  Pelabuhan  Penyeberangan  Merak  dan
sekitar  12  km  dari  Pulau  Panjang,  Banten  Gambar  8.    Luas  lahan  yang digunakan  untuk  membangun  PLTU  Suralaya  berikut  sarana  dan  fasilitas
penunjang  lainnya adalah 240,65 hektar.  Sumber daya  yang dikelola kapasitas dari  PLTU  Suralaya  adalah  3.400  MW  yang  dihasilkan  oleh  7  unitnya  unit  1-4
sebesar 1.600 MW dan unit 5-7 sebesar 1.800 MW. Sumber daya yang dihasilkan berfungsi  untuk  menyediakan  energi  listrik  sebesar  40  dari  kebutuhan  energi
listrik  se  Jawa–Bali  dari  seluruh  kapasitas  pembangkit  listrik  lainnya  PT Indonesia Power 2011. PLTU Suralaya didesain untuk batubara yang mempunyai
kekerasan rendah lunak Sukandarrumidai 2009. 4.2.1 Transportasi bahan bakar
Bahan  bakar  utama  yang  digunakan  untuk  Pembangkit  Listrik  Tenaga  Uap PLTU Suralaya adalah low rank coal  yang berasal dari Bukit Asam, Sumatera
Selatan.    Pengangkutan  batubara  dilakukan  dengan  menggunakan  jalan  darat Tanjung Enim-Tarahan dan menggunakan kapal laut Tarahan-Suralaya.  Selain
batubara,  bahan  bakar  minyak  juga  digunakan  untuk  UBP  Suralaya  khususnya unit 1-4 PT Indonesia Power 2010.
Sebagai  sarana  untuk  bongkar  muat  batubara  dan  bahan  bakar  minyak  telah dibuat dua darmaga yang terpisah.  Darmaga batubara dilengkapi dengan hopper
dan  belt  conveyor  untuk  membawa  batubara  dengan  kapasitas  4.000  tonjam  2 belt
ke  tempat  penampungan  batubara.    Batubara  dari  tempat  penampungan batubara dibawa ke under ground belt conveyor dengan bulldozer dan dari stocker
reclaimer dengan  menggunakan  ban  berjalan  kapasitas  2.000  tonjam,  lalu
dimasukkan  ke  dalam  coal  bunker.    Batubara  dimasukkan  ke  dalam  pulverizer
dengan  menggunakan  coal  feeder  untuk  digiling  menjadi  serbuk  halus  lebih kurang 70 lolos ayakan 200 mesh.  Serbuk batubara yang halus dibakar dalam
ruang bakar burner dengan tekanan udara panas PT Indonesia Power 2010. 4.2.2
Boiler dan turbin
Bahan  baku air ketel boiler  berasal  dari  laut  yang diolah  menjadi air tawar dengan  menggunakan  instalasi  desalinasi.    Air  produk  desalinasi  sebelum
dialirkan  ke  ketel  uap  diolah  dahulu  di  water  treatment  plant.    Pada  proses pembuatan  uap,  diperlukan  batubara  sekitar  170  tonjamunit  untuk  Unit  1-4,
sedangkan  untuk  Unit  5-7  memerlukan  batubara  sebanyak  255  tonjamunit, sehingga  menghasilkan  uap  kering  sejumlah  1.200  tonjamunit  dengan
temperatur sekitar 538
o
C dan tekanan 169 kgcm
2
.  Uap tersebut dimasukkan ke turbin  sebagai  pemutar  poros,  dan  selanjutnya  poros turbin  disambung  langsung
dengan poros generator, sehingga menghasilkan daya listrik.  Air kondensat yang dihasilkan dapat digunakan kembali sebagai air ketel PT Indonesia Power 2010.
Pendingin kondensor digunakan air laut secara langsung sedangkan pendingin peralatan  mekanik  menggunakan  air  laut  tidak  secara  langsung.    Diperlukan  air
laut sekitar 57.700 m
3
jamunit untuk keperluan pendinginan.  Beberapa hal yang dilakukan dalam proses pendinginan yaitu pemasangan saringan, menginjeksikan
Chlor dengan kadar 1 ppm dan pembuatan saluran terbuka sepanjang 1,5 km agar temperatur  air  buangan  tidak  terlalu  banyak  berbeda  dengan  temperatur  ambien
air laut PT Indonesia Power 2010.
4.2.3 Emisi abu hasil pembakaran batubara