pada pengukuran terhadap kelimpahan dan kemampuan menyerap radionuklida dalam organisme perairan tertentu. Bioakumulasi bahan pencemar bersifat isotop
oleh jaringan dan organ organisme perairan telah dan terus dipelajari secara luas dan mengantarkan pada adobsi konsep bioindikator untuk memperkirakan kualitas
lingkungan Florou et al. 2004. Keberhasilan pemanfaatan kerang untuk monitoring pencemaran laut telah ditunjukkan dalam U.S. Mussel Watch
Programs di tahun 1970an dan 1980an Tkalin et al. 1998. Kerang-kerangan
dikenal secara luas sebagai organisme bioindikator pencemaran karena dapat mengakumulasi bahan pencemar dalam jaringannya pada elevasi tingkatan yang
berhubungan dengan bahan pencemar yang tersedia secara biologi dalam lingkungan perairan. Dengan kata lain, mereka digunakan untuk menunjukkan
respon yang cepat terhadap kontaminasi radionuklida yang masuk penambahan ke ekosistem Florou et al. 2004.
Bivalvia deposit feeder berhubungan langsung dengan sedimen, dan memiliki kemampuan untuk mengakumulasi bahan pencemar dari interstitial water melalui
penyaringan makanan pada sedimen. Faktor konsentrasi dalam kaitan dengan sedimen pada umumnya lebih tinggi untuk makro-invertebrata yang sessile
daripada organisme akuatik lain, karena pergerakannya terbatas, sehingga makro- invertebrata sering digunakan sebagai monitoring secara biologi terhadap
pencemaran logam berat maupun radionuklida Campbell et al. 1988. Transfer radionuklida dari sedimen ke organisme dan ke manusia merupakan jalur penting
dimana radionuklida dapat mencapai manusia. Spesies kerang yang umumnya digunakan untuk monitoring radioaktivitas lingkungan di lokasi sumber
radionuklida PLTU dan fasilitas nuklir adalah Mytilus edulis untuk habitat estuari dan Septifer virgatus ditemukan di habitat laut terbuka Tateda dan
Koyanagi 1986.
b. Rumput laut
Kemampuan rumput laut dalam menyerap radionuklida dengan konsentrasi yang sangat rendah di air laut merupakan alasan sehingga pada awal 1960
digunakan sebagai biomonitor. Rumput laut telah digunakan secara luas sejak program monitoring terhadap buangan radioaktif Goddard dan Jupp 2001.
Algae laut terdistribusi dengan baik di sepanjang pesisir dan dapat dijumpai dalam
jumlah yang banyak, sehingga banyak studi yang telah dikerjakan di seluruh dunia untuk mendeskripsikan karakteristik spesies algae untuk kandungan kimia,
elemen kelumit, dan radionuklida. Spesies makrofita tumbuhan air makro merupakan salah satu bioindikator paling tepat untuk menentukan konsentrasi
radionuklida dan logam di ekosistem laut dan memainkan peranan utama dalam rantai makanan. Makroalgae tersebut beradaptasi terhadap perubahan kondisi
yang berbeda dari habitat dan dapat ditemukan baik itu diwilayah yang bersih maupun terkontaminasi. Banyak studi tentang pencemaran lingungan yang
menunjukkan penggunaan spesies-spesies makroalgae secara luas untuk memonitor pencemaran laut di berbagai wilayah. Ceramium sp. dan Cystoseira
sp. merupakan spesies yang paling banyak dipelajari dan kemampuan mereka dalam mengakumulasi radionuklida dan logam telah diketahui dengan baik juga
Strezov dan Nonova 2009. Manjon et al. 1995 in Goddard dan Jupp 2001 mengukur radioaktivitas di
dalam contoh rumput laut dan lamun dari pantai Andalusia di Spanyol. Bhat et al. 1981 in Goddard dan Jupp 2001 menganalisis kandungan radionuklida,
137
Cs, di rumput laut yang ditemukan di dekat stasiun tenaga nuklir di sepanjang pantai
India di Laut Arab. Goddard dan Jupp 2001 mengukur kandungan radionuklida dalam rumput laut dan lamun di sekitar pesisir Oman dan United Arab Emirates.
Tabel 7 menunjukkan data rata-rata minimum aktivitas yang dapat terdeteksi minimum detectable activityMDA berdasarkan rata-rata ukuran sampel 45 gram
yang terjadi dari buatan manusia dan alami dalam Bqkg berat kering. Sampel yang lebih besar kurang lebih 200 gram menunjukkan nilai MDA yang lebih kecil
setengahnya Goddard dan Jupp 2001. Rumput laut hijaualgae hijau green seaweeds diketahui dapat
mengkonsentrasi
137
Cs lebih dari pada varietas coklat Manjon et al. 1995 in Goddard dan Jupp 2001. Hasil penelitian Goddard dan Jupp 2001 menyetujui
pernyataan tersebut: rata-rata konsentrasi
137
Cs dalam Chlorophyta adalah 3,3 Bqkg dan dalam Phaeophyta adalah 1,8 Bqkg. Algae hijau B. plumosa
mengakumulasi radionuklida alam tiga kali lebih tinggi daripada contoh algae lain di Laut Hitam, Bulgaria Strezov dan Nonova 2009.
Mekanisme akumulasi
234
Th atau
7
Be dalam algae berbeda dengan hewan laut. Pada umumnya, pengayaan radionuklida dalam rumput laut dapat berkaitan
dengan adsorpsi dan absorpsi, dimana termasuk di dalamnya yaitu penempelan secara fisik physical attachment dan adhesi, ionic exchanges oleh alginic acid,
atau membran transport secara biologi biological membrane transport Ishikawa et al
. 2004.
Tabel 7. Minimum aktivitas yang dapat terdeteksi MDA untuk radionuklida yang terjadi dari buatan manusia atau dari alami
Radionuklida alam NORM
MDA Bqkg
234
Th 40
234
Pa 2,2
230
Th 440
226
Ra 8,0
214
Pb 1,9
214
Bi 2,9
210
Pb 250
235
U 0,5
231
Th 3800
231
Pa 3300
227
Th 5,1
223
Ra 3,5
219
Rn 5,3
228
Ac 6,6
228
Th 49
224
Ra 20
212
Pb 1,3
212
Bi 1,3
208
Tl 1,5
40
K 13
Sumber: Goddard dan Jupp 2001
Radionuklida buatan
MDA Bqkg
54
Mn 1,1
58
Co 1,0
60
Co 1,9
65
Zn 3,0
95
Zr 1,8
110m
Ag 0,8
134
Cs 0,7
137
Cs 0,7
144
Ce 3,1
51
Cr 5,1
2.6 Radionuklida Alam