Radionuklida  alam
238
U  teridentifikasi  sebagai
239
Np  pada  energi  gamma karakteristiknya, yaitu 106,12,  228,18 dan 277,60 keV.  Radionuklida alam
232
Th teridentifikasi  sebagai
233
Pa  pada  energi  gamma  300,18  dan  312,01  keV  IAEA 1990.
Pengukuran
238
U  dan
232
Th  sebagai
239
Np  dan
233
Pa  dilakukan  menggunakan perangkat Spektrometer Gamma yang dilengkapi dengan detektor semikonduktor
HPGe  High  Pure  Germanium,  alat  analisis  saluran  ganda  Multi  Channel analyzer
yang  mempunyai  4096  salur  dan  perangkat  lunak  GENIE-2000  untuk analisis  kualitatif  dan  kuantitatif.  Sebelum  dilakukan  pengukuran,  instrumen
spektrometer  gamma  dikalibrasi  terlebih  dahulu,  sehingga  diperoleh  kalibrasi energi.    Kalibrasi  energi  dimaksudkan  untuk  analisis  kualitatif  guna  mengetahui
jenis  radionuklida  alam  yang  terdapat  dalam  contoh.    Pada  kalibrasi  energi digunakan sumber standar
152
Eu yang berupa unsur radioaktif multi energi, karena mempunyai besaran energi rendah hingga tinggi.  Hasil pengukuran berupa nomor
salur  dibuat  kurva  kalibrasi  energi  untuk  masing-masing  besaran  energi gammanya,  sehingga  nomor  salur  berupa  fungsi  dari  energi  keV.    Kurva  yang
diperoleh  tersebut  dapat  digunakan  untuk  identifikasi  jenis  unsur  radioaktif alamiah yang terdapat dalam contoh.
3.6 Analisis Data
3.6.1 Analisis parameter fisik dan kimia air serta sedimen perairan pesisir
Berdasarkan  hasil  pengukuran  parameter  fisik  dan  kimia  air,  yaitu  pH,  suhu, salinitas,  DO  dan  TSS,  maka  dapat  dibuat  sebarannya  pada  musim  Timur.
Berdasarkan  hasil  pengukuran  kadar  bahan  organik  total  TOM  dan  ukuran butiran sedimen dapat diidentifikasi pola sebaran TOM maupun jenis sedimennya
pada  musim  Timur.  Pola  sebaran  masing-masing  parameter  tersebut  serta  data- data  sekunder  tambahan  akan  dibahas  lebih  lanjut  untuk  mengetahui  fenomena
yang terjadi di kawasan kajian.
3.6.2 Faktor konsentrasi
238
U dan
232
Th pada biota dan tumbuhan perairan pesisir
Berdasarkan data aktivitas spesifik
238
U dan
232
Th yang terdeteksi dalam biota kerang  dan  ikan  teri  dan  tumbuhan  rumput  laut,  maka  dapat  dihitung  faktor
konsentrasi  FK
238
U  dan
232
Th.    Nilai  faktor  konsentrasi  adalah  rasio  antara kadar  radionuklida  dalam  organisme  biota  atau tumbuhan  dengan  radionuklida
dalam  media  air  atau  sedimen  perairan.    Faktor  konsentrasi  organisme menggambarkan  kemampuan  organisme  biota  atau  tumbuhan  mengambil  dan
mengakumulasi radionuklida dari massa air atau sedimen oleh jaringan organisme seperti  insang  atau  jaringan  epitel  dan  jaringan  tumbuhan  Swanson  1983  in
Mellawati  2004;  Connel  dan  Miller  1995.    Faktor  konsentrasi  biota  tergantung pada umur  biota tersebut, ada kecenderungan  nilai  faktor konsentrasi  biota umur
muda berbeda dengan biota umur tua.
3.6.3 Prakiraan  dosis  interna  yang  diterima  penduduk  melaui  konsumsi
ikan teri dan kerang laut
Prakiraan dosis interna yang diterima penduduk melalui konsumsi kerang laut dapat  diperoleh  berdasarkan  perhitungan  dosis  efektif  terikat,  menggunakan
rumus berikut IAEA 1999:
=
∑ ∑ ∫
. .
ℎ .............................................................  11
Keterangan: = Dosis efektif terikat Sv untuk kelompok umur A
= Aktivitas spesifik rata-rata radionuklida alam j Bqkg dalam contoh hasil laut jenis f selama waktu t
T = Lamanya hari mengkonsumsi hasil laut terkontaminasi radionuklida
alam
= Massa mengkonsumsi hasil laut jenis f per hari untuk kelompok umur A kghari
ℎ = Koefisien dosis masuk melalui ingesti SvBq dari unsur radionuklida
jenis f untuk kelompok umur A
Aktivitas  spesifik  radionuklida  alam  Bqkg  atau  Bql,  adalah  aktivitas  total individual  dari  radionuklida  alam  yang  terdeteksi.    Nilai  dosis  efektif  terikat
tersebut  merupakan  dosis  interna,  dan  bersama  dosis  eksternal  dapat meningkatkan  dosis  maksimum  yang  diterima  masyarakat.    Perhitungan  dosis
efektif terikat Svtahun juga dapat dilakukan dengan menggunakan rumus: ℎ
⁄
= ×
×
.......................................  12 Keterangan:
I =  Massa intake kgtahun
As =  Aktivitas spesifik radionuklida primordial Bqkg
FKD  =  Faktor Koefisien Dosis dari masing-masing zat radioaktif SvBq
4  HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Kondisi Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis, administratif dan topografi Pulau Panjang, Banten
Pulau Panjang merupakan salah satu pulau yang terletak di Teluk Banten yang secara  administratif  merupakan  bagian  dari  wilayah  Kecamatan  Bojonegara,
Kabupaten  Serang,  Propisi  Banten.    Pulau  Panjang  berada  pada  koordinat 6
o
25’18”-6
o
28’12”  LS  dan  106
o
22’9”-106
o
25’36”  BT.    Sebelah  utara  berbatasan dengan  Laut  Jawa,  sebelah  barat  berbatasan  dengan  Kecamatan  Bojonegara,
sebelah  selatan  berbatasan  dengan  Teluk  Banten  dan  sebelah  timur  berbatasan dengan Pulau Pamujan Besar dan Pamujan Kecil Arfando 2008.
Pulau  Panjang  memiliki  luas  wilayah  sekitar  ±820  Ha  dan  merupakan  pulau terbesar di perairan Teluk Banten bila dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya,
seperti  Pulau  Semut,  Gugusan  Pulau  Lima,  Pulau  Gedang,  Pulau  Kubur,  Pulau Pamujan Besar dan Pamujan Kecil, Pulau Tarahan, dan Pulau Kali yang rata-rata
tidak  berpenduduk  Arfando  2008.    Terdapat  5  kampung  dusun  yaitu  Peres, Kebalen, Kampung Baru, Sukarela, Sukadiri, Penenganan dan Pasir Putih.
Panjang  keliling  Pulau  Panjang  kurang  lebih  10  km  dan  65  diantaranya ditumbuhi  oleh  hutang  mangrove.    Persebaran  mangrove  terdapat  hampir  di
seluruh wilayah pantai, yaitu pantai barat-timur, dan sedikit di pantai bagian utara Arfando  2008.    Jenis  mangrove  yang  tumbuh  di  Pulau  Panjang  adalah
Rhizophora apiculata , Rhizophora stylosa, Soneratia alba, Bruguira gymnorhiza,
Aviciena alba , Lumnitzera racemosa dan Aegiceras floridum Lestarina 2011.
Topografi  Pulau  Panjang  sebagian  besar  merupakan  dataran  rendah  dengan tingkat  kelerengan  antara  0-15  dan  ketinggian  yang  hampir  sejajar  dengan
permukaan laut yaitu 0-2 meter di atas permukaan laut Lampiran 5.
4.1.2 Kondisi perairan potensi, kedalaman, pasang surut dan arus