2. Area development Program. Di sini franchisee memiliki hak
mengembangkan bisnis franchise yang bersangkutan dalam suatu wilayah tertentu, tanpa memiliki hak menjual ulang hak yang dimilikinya. Jadi
bedanya dengan master franchise hanya ada tidaknya hak untuk menjual ulang franchise yang dibelinya.
3. Joint Venture Franchise Program. Kontrak ini terjadi jika franchisor ikut
menginvestasikan dana selain memberikan dukungan manajemen dan teknis. Franchisee tetap bertugas mengembangkan dan mengoperasikan
tempat usaha yang bersangkutan. Biaya-biaya yang timbul dan keuntungan yang diperoleh akan dibagi oleh franchisor dan franchisee
sesuai dengan perjanjian. 4.
Mixed Franchise. Tipe ini terjadi jika franchisor menawarkan paket franchise yang memungkinkan franchisee yang modalnya terbatas untuk
mengelola sebagian fungsi usaha saja. Misalnya produksi dilakukan franchisor dan franchisee hanya mengelola proses penjualannya saja.
Selain paket seperti itu, franchisor tersebut biasanya juga menawarkan paket utuh kepada franchisee yang memiliki modal cukup.
Bagi pemilik usaha, pengembangan melalui franchise mempunyai tujuan utama untuk memperoleh laba dalam waktu yang lebih singkat dan
ekspansi lebih cepat dengan resiko modal yang kecil. Waralaba atau franchise sebagai salah satu alternatif dalam pengembangan usaha, tentu saja
mempunyai keuntungan dan kerugian Mendelsohn, 1997
D. Sistem Franchise
Kotler 1997, membedakan waralaba franchise berdasarkan tiga karakteristik :
1. Pemberi waralaba memiliki merek dagang atau merek jasa dalam
melisensikannya kepada pewaralaba franchisee dan imbalannya adalah pemberi royalti.
2. Pewaralaba diharuskan untuk membayar hak-hak untuk menjadi bagian
dari sistem tersebut. Akan tetapi iuran awal initial fee ini hanyalah
bagian kecil dari jumlah total yang pewaralaba investasikan ketika ia menandatangani suatu kontrak waralaba.
3. Pemberi waralaba menyediakan suatu sistem pemasaran dan operasi untuk
menjalankan bisnisnya. Dalam format bisnis seperti ini, perusahaan yang diberi hak monopoli
menyelenggarakan perusahaan seolah-olah merupakan bagian dari perusahaan pemberi lisensi yang dilengkapi dengan nama produk, merek produk logo,
dan prosedur penyelenggara secara standar. Pada umumnya dukungan yang diberikan meliputi dukungan awal seperti pemilihan lokasi, rencana bangunan,
pembelian peralatan, pola arus kerja, pemilihan karyawan, periklanan, grafik dan bantuan pada acara opening. Dukungan lain yang berlanjut seperti
pencatatan dan akuntansi, konsultasi, pemeriksaan, standar promosi, pengendalian kualitas, nasihat hukum, riset dan material lainnya Suryana,
2001. Tambunan 2008 menjelaskan berbagai macam keunggulan dan
kelemahan dari sistem franchise, yaitu : Keunggulan bagi franchisor :
a. Perluasan pasar : Franchise adalah suatu metode yang ampuh untuk
melakukan perluasan pasar market expansion dan penetrasi pasar secara efektif dan cepat.
b. Modal rendah : Dalam membiayai perluasan pasar seperti dimaksud di
atas, pewaralaba menggunakan modal dari pihak lain franchisee, bukan dari modalnya sendiri. Oleh sebab itu, ada ungkapan yang menyatakan
bahwa franchise adalah “metode perluasan pasar dengan modal rendah”.
c. Bermitra dengan wirausaha : Dalam melakukan pemasaran dan penjualan
produk, franchisor memanfaatkan wirausaha bukan pegawai, dalam mengoperasikan bisnis sehari-hari. Wirausaha di sini adalah franchisor
yang ikut melakukan investasi menanamkan modal. Jika franchisor tidak berupaya keras memasarkan produknya dalam rangka memperoleh
revenue, maka investasinya akan gagal dan mengalami kerugian.