II. LANDASAN TEORI
A. Franchise
Pengertian franchise waralaba lebih menekankan semangat kebebasan dan kemandirian
, “free from servitude” atau “bebas dari ikatan”. Berbeda dari masyarakat yang mengartikan franchise sebagai waralaba, yaitu
“wara” yang berarti lebih, sedangkan “laba” yang berarti untung. Jadi, waralaba berarti “lebih menguntungkan”. Semangat yang dikedepankan
adalah semangat untung, profit oriented. Sedangkan bagi orang luar, yang penting bisa mandiri dulu dan keuntungan menyusul kemudian.
Franchise adalah membeli paket bisnis orang lain, di mana kita akan mendapat outlet untuk berjualan, paket peralatan usaha lengkap, bahan baku
bulan pertama, tata cara manajemen dalam buku panduan, hak berkonsultasi kepada pihak penjual franchise, serta lisensi penggunaan merek dagang bisnis
tersebut. Menurut Suryana 2001, franchise adalah suatu persetujuan lisensi
menurut hukum antara suatu perusahaan penyelenggara dengan penyalur atau perusahaan lain untuk melaksanakan usaha. Sedangkan franchising sendiri
adalah kerjasama manajemen untuk menjalankan perusahaan cabang atau penyalur. Inti dari franchising adalah memberi hak monopoli untuk
menyelenggarakan usaha dari perusahaan induk. Perusahaan pemberi lisensi disebut franchisor dan yang diberi lisensi disebut franchisee.
Franchising adalah suatu sistem pemasaran berkisar tentang perjanjian dua belah pihak, dimana terwaralaba menjalankan bisnis sesuai dengan syarat-
syarat yang ditentukan oleh pewaralaba. Franchising dapat pula berarti sistem pemasaran yang melibatkan dua belah pihak yang terikat perjanjian, sehingga
usaha waralaba harus dijadikan sesuai dengan aturan-aturan dari pewaralaba. Dalam mempelajari franchise, ada baiknya dimulai dengan
mempelajari seluk beluknya terlebih dahulu. Ada beberapa kosakata atau istilah yang berkaitan dengan usaha waralaba Rasyarahmi, 2012, yaitu :
1. Franchise Contract adalah perjanjian hukum antara pewaralaba dengan
terwaralaba. 2.
Franchise adalah hak-hak istimewa yang diatur dalam perjanjian waralaba.
3. Franchisee terwaralaba adalah pihak yang mendapatkan hak untuk
menjalankan usaha waralaba yang kekuasaannya dibatasi berdasarkan perjanjian dengan pewaralaba.
4. Franchisor pewaralaba adalah pihak yang memiliki bisnis dan penjual
hak waralaba kepada terwaralaba. Pewaralaba adalah pihak didalam kontrak waralaba yang menentukan sistem untuk diikuti dan syarat-syarat
yang disepakati oleh pihak lain yang terlibat. Dalam mengelola bisnis franchise, langkah yang mudah yaitu
melakukan perbandingan dengan pesaing. Apabila ingin membuat standar kualitas produk yang baik, mengubah standar pelayanan dan menaikkan
harga, harus dipastikan melakukan survey terlebih dahulu atas pesaing, karena mengelola bisnis tanpa melakukan perbandingan terhadap pesaing ibarat sayur
tanpa garam, kemudian dipastikan standar franchise selalu di atas rata-rata. Menurut Pranoto 2010, dalam pengelolaan bisnis franchise ada dua
bagian penting yaitu : 1.
Pengelolaan usaha : Meliputi tata cara mengelola usaha sehari-hari. Inventaris yang dibawa, bahan baku, jenis produk, operasional produksi.
Semua ini disebut rutinitas usaha. 2.
Pengembangan usaha : Meliputi tata cara mengoptimalkan usaha. Produk yang harus ditambah, cara menangani feedback pelanggan, cara
menangani kritik, evaluasi produk, evaluasi pelayanan, cara menekan beban biaya, cara meningkatkan margin, cara memperluas pasar, cara
meningkatkan omset dan sebagainya. Semua itu disebut pengembangan memperbesar usaha.
Perlu berpikir sebagai franchisee bagi yang menginginkan usaha berjalan sukses. Sebagian akan mencari jalan, cara dan metode yang
dijalankan dapat membuat usaha bisnis ini menjadi sukses secepat mungkin.