Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan

P ft-1 = Harga gambir tingkat petani pada bulan sebelumnya P et = Harga gambir tingkat pedagang pada bulan t P et-1 = Harga gambir tingkat pedagang pada bulan sebelumnya X = Vektor musiman peubah lain yang relevan di pasar setempat waktu t t = Periode waktu ยต t = Galat Koefisien b 2 pada persamaan 2 diatas menunjukkan seberapa jauh perubahan harga di tingkat eksportir ditransmisikan ke tingkat petani. Koefisien b 2 disebut juga sebagai parameter keterpaduan jangka pendek antara pasar yang diamati. Keterpaduan pasar yang pendek tercapai bila koefisen b 2 = 1. Apabila nilai parameter dugaan koefisien b 2 bernilai 1, maka perubahan harga 1 persen pada suatu tingkat pasar akan mengakibatkan perubahan harga di tingkat pasar yang lainnya dalam persentase yang sama. Oleh karena itu, semakin dekat nilai parameter b 2 dengan 1, maka akan semakin baik keterpaduan pasarnya. Koefisien 1 + b 1 dan b 3 - b 1 masing-masing mencerminkan seberapa jauh perubahan harga di tingkat eksportir ditransmisikan ke tingkat petani. Rasio antara kedua koefisien tersebut menunjukkan indeks hubungan pasar Index of Market Connection yang menunjukkan tinggi rendahnya keterpaduan antara kedua pasar yang bersangkutan. Indeks hubungan pasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : IMC= 1+ b 1 b 3 - b 1 ........................................................................................................ 4 Dimana : IMC = Indeks hubungan pasar Index of Market Connection b 1 = Koefisien harga di tingkat petani b 3 = Koefisien harga di tingkat eksportir Nilai IMC semakin mendekati nol menunjukkan adanya keterpaduan pasar jangka panjang yang cukup kuat antara harga pasar di tingkat petani dengan harga di tingkat eksportir. 3.3.4 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Komoditas Gambir menurut Pendapat Stakeholders dan Analisis Usahatani Komoditas Gambir

3.3.4.1 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan

Komoditas Gambir menurut Pendapat Stakeholders Penentuan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kebun gambir menurut pendapat stakeholders dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Analysis Hierarchy Process AHP. AHP merupakan suatu analisis yang digunakan dalam pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem dimana analisis ini dapat digunakan untuk memahami suatu sistem dan membantu dalam melakukan prediksi dan pengambilan keputusan. Menurut Marimin 2008, prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hirarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberikan nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut, kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tertinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut. Pendapat stakeholders sangat menentukan arahan terkait pengembangan kebun gambir di Kabupaten Limapuluh Kota, maka perlu diketahui faktor apa saja yang mempengaruhi pengembangan kebun gambir menurut stakeholders di Kabupaten Limapuluh Kota. Menurut Saaty 1980, langkah-langkah yang dilakukan dalam metode AHP sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi atau menetapkan masalah-masalah yang muncul 2. Menetapkan tujuan, kriteria dan hasil yang ingin dicapai 3. Mengidentifikasi kriteria-kriteria yang mempunyai pengaruh terhadap masalah yang ditetapkan 4. Menetapkan struktur hirarki 5. Menentukan hubungan antara masalah dengan tujuan, hasil yang diharapkan, pelakuobyek yang berkaitan dengan masalah dan nilai masing- masing faktor 6. Membandingkan alternatif-alternatif comparative judgement 7. Menentukan faktor-faktor yang menjadi prioritas 8. Menentukan urutan alternatif dengan memperhatikan logical consistency. Menurut Marimin 2008, beberapa prinsip dasar kerja AHP dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Penyusunan Hirarki Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, dan setiap unsur kemudian diuraikan menjadi beberapa kriteria dari unsur yang bersangkutan untuk selanjutnya menjadi struktur hirarki. 2. Penilaian Kriteria Kiteria dinilai melalui perbandingan berpasangan. Dalam menentukan tingkat kepentingan bobot dari elemen keputusan, penilaian pendapat judgement dilakukan dengan menggunakan fungsi berpikir dan dikombinasi dengan intuisi, perasaan, penginderaan dan pengetahuan. Penilaian pendapat ini dilakukan dengan perbandingan berpasangan yaitu membandingkan setiap elemen dengan elemen lainnya pada setiap tingkatan kepentingan elemen dalam pendapat yang bersifat kualitatif. Untuk mengkuantifikasi pendapat tersebut, digunakan skala penilaian sehingga diperoleh nilai pendapat dalam bentuk angka kuantitatif. Hasil penilaian disajikan dalam bentuk matriks pairwise comparison. Menurut Saaty 1980, untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Skala dasar ranking Analytical Hierarchy Process AHP Nilai Keterangan 1 Kedua elemen sama pentingnya 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen yang lain 5 Elemen yang satu lebih penting dari elemen yang lain 7 Elemen yang satu jelas lebih penting dari elemen yang lain 9 Elemen yang satu mutlak lebih penting dari elemen yang lain 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Baik kriteria kualitatif maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik. 3. Konsistensi Logis Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria yang logis. Jika penilaian tidak konsisten, maka proses harus diulang untuk memperoleh nilai yang lebih tepat. Adapun faktor-faktor yang disajikan dalam kuesioner penelitian ini merupakan hasil penggalian kuesioner pendahuluan yang diperkuat dengan referensi tertulis mengenai faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengembangan kebun gambir. Berbagai faktor-faktor yang terjaring dari pendapat responden pada kuesioner pendahuluan kemudian diranking berdasarkan jumlahfrekuensi faktor yang terbanyak dipilih oleh responden. Kemudian dipilih 4 empat faktor tertinggi yang disesuaikan dengan referensi tertulis mengenai pengembangan tanaman gambir. Dengan menggunakan teknik AHP, dapat diketahui kriteria yang paling berpengaruh dari masing-masing faktor yang ditentukan. Penyebaran kuesioner dilakukan untuk mengetahui pendapat responden terkait pengembangan kebun gambir di Kabupaten Limapuluh Kota, jawaban dari kuesioner tersebut diolah menggunakan program Microsoft Excel. Dengan pengolahan data dari kuesioner tersebut, maka dapat diketahui pendapat keseluruhan responden mengenai bobot dan prioritas kepentingan dari tiap faktor yang mempengaruhi pengembangan kebun gambir di Kabupaten Limapuluh Kota.

3.3.4.2 Analisis Usahatani