Arahan Pengembangan Komoditas Gambir dalam rangka

Analisis ini dilakukan dalam skala pengusahaan kebun gambir dengan luas 1 hektar. Pola asumsi harga yang digunakan dalam analisis ini adalah dengan harga terendah sebesar Rp. 18.000,-kg dan tertinggi sebesar Rp. 25.000,-kg, yaitu harga yang berlaku di tingkat petani pada saat pengumpulan data Agustus 2014. Rata-rata upah tenaga kerja luar keluarga yang berlaku pada saat penelitian sebesar Rp. 55.000,-oranghari. Untuk upah tenaga kerja dalam keluarga pada saat penelitian dilakukan sebesar Rp. 25.000,-oranghari. Asumsi produktifitas gambir dalam analisis ini berkisar 450 kgha sampai dengan 700 kgha. Jumlah pemanenan daun gambir minimal 2 kalitahun dan maksimal 3 kalitahun Denian et al. , 2004 dalam Sasmita dan Tjahjana, 2011. Setelah dilakukan analisis kelayakan biofisik dan ketersediaan lahan, maka seluruh lahan yang berpotensi pengembangan gambir termasuk kedalam kelas kesesuaian lahan cukup sesuai S2. Berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa pengusahaan kebun gambir di Kabupaten Limapuluh Kota secara finansial layak untuk dikembangkan. Hal ini dilihat dari nilai penerimaan penjualan gambir yang memenuhi kriteria layak jika dilakukan proses budidaya tanaman gambir sehingga dapat mencapai waktu pemanenan daun gambir sebanyak 3 kalitahun dengan volume produksi gambir 700 kgpanen. Analisis pendapatan total petani dengan harga gambir Rp. 18.000,-kg menghasilkan nilai sebesar 24.865.000,-hatahun. Nilai BC Ratio terhadap biaya total yang lebih besar dari 1 yaitu 2,92. Artinya bahwa setiap satu rupiah Rp. 1,- yang diinvestasikan untuk pengusahaan gambir, maka akan memberikan tambahan manfaat sebesar Rp. 2,92,-. Jika asumsi harga gambir mencapai Rp. 25.000,-kg, maka pendapatan bersih yang didapatkan petani sebesar 39.565.000,-hatahun. Nilai BC Ratio terhadap biaya total yaitu 4,06. Tenaga kerja yang digunakan dalam pengusahaan gambir sebagian besar merupakan tenaga kerja luar keluarga, walaupun ada tenaga kerja dalam keluarga namun hanya pada saat-saat tertentu saja. Pemakaian tenaga kerja luar keluarga pada saat produksi, sedangkan pada saat penyiangan, pemanenan dan pengangkutan hasil gambir ke rumah petani dua kali dalam setahun dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga. Dalam perhitungan analisis finansial tenaga kerja dalam keluarga tetap dihitung sebagai biaya. Rincian perhitungan analisis usahatani disajikan pada lampiran 2, 3, 4 dan 5.

5.5 Arahan Pengembangan Komoditas Gambir dalam rangka

Pengembangan Ekonomi Wilayah di Kabupaten Limapuluh Kota Arahan pengembangan komoditas gambir dalam rangka pengembangan ekonomi wilayah di Kabupaten Limapuluh Kota disusun dengan cara mensintesiskan hasil olahan dari empat tujuan penelitian sebelumnya. Pertimbangan yang digunakan dalam menyusun arahan pengembangan komoditas gambir yaitu: 1 ketersediaan dan kesesuaian lahan yang ada, 2 lahan yang tersedia dari Area Penggunaan Lain pada kawasan hutan dan area yang diperuntukkan untuk Perkebunan pada kawasan budidaya, 3 penggunaan Tanah Terbuka dan Perkebunan Rakyat pada lokasi arahan pengembangan kebun gambir. Dengan beberapa pertimbangan diatas, maka disusunlah beberapa arahan untuk pengembangan komoditas gambir. Pertama, arahan pengembangan kebun gambir yang ditinjau dari aspek biofisik dan ketersediaan lahan. Penyusunan arahan pengembangan kebun gambir yang ditinjau dari aspek biofisik dimaksudkan agar lokasi yang akan dijadikan pengembangan kebun gambir tidak bertentangan dengan arahan pola ruang yang tertuang didalam RTRW Kabupaten Limapuluh Kota 2012-2032 dan lokasi tersebut merupakan lahan yang sesuai untuk tanaman gambir. Penyusunan lokasi yang menjadi arahan pengembangan dengan mempertimbangkan penggunaan lahan eksisting dikaitkan dengan kemudahan dan faktor biaya pengolahan tersebut apabila dijadikan kebun gambir. Lahan yang menjadi arahan diasumsikan lahan yang diprioritaskan untuk pengembangan kebun oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Limapuluh Kota. Lokasi arahan pengembangan kebun gambir di Kabupaten Limapuluh Kota dibagi menjadi dua prioritas. Kriteria pembagian prioritas lokasi yang menjadi arahan pengembangan kebun gambir tertera pada Tabel 13. Tabel 13. Pembagian prioritas lokasi yang menjadi arahan pengembangan kebun gambir di Kabupaten Limapuluh Kota Lokasi Arahan RTRW Kawasan Hutan Penggunaan Lahan Kelas Kesesuaian Lahan Prioritas I KP APL Tanah Terbuka S2 Prioritas II KP APL Kebun Rakyat S2 Keterangan : KP = Kawasan Kebun, APL = Area Penggunaan Lain Berdasarkan Tabel 13, yang menjadi prioritas pertama adalah lahan yang berupa tanah terbuka pada kawasan kebun dalam RTRW dan areal penggunaan lain pada kawasan hutan. Lahan ini menjadi pertimbangan pertama agar dapat termanfaatkan lahan kosong dan lahan tidak produktif. Dengan dilakukannya pengusahaan tanaman gambir di lahan ini, maka dengan sendirinya lahan ini dapat memberikan manfaat kepada masyarakat terutama sekali para petani gambir. Disamping itu, lahan ini tidak memerlukan biaya yang besar didalam pengembangan untuk pengusahaan tanaman gambir. Prioritas kedua merupakan lahan yang telah termanfaatkan, akan tetapi saat ini belum memberikan manfaat yang maksimal bagi para petani gambir. Oleh karena itu, digunakanlah lahan kebun yang dimiliki oleh petani. Selain itu, juga dilakukan rehabilitasi serta peremajaan tanaman yang tidak produktif, dengan cara mengganti bibit yang unggul. Berdasarkan Tabel 14, diketahui bahwa lahan yang menjadi prioritas dua merupakan lahan paling luas yaitu 1.649,66 ha 57,09 yang tersebar di 4 kecamatan. Sebaran terluas terdapat pada Kecamatan Kapua IX dengan luas sebesar 567,01 ha 19,62 dan yang paling sedikit pada Kecamatan Guguak dengan luas sebesar 99,68 ha 3,45. Lahan dengan prioritas satu tersebar di 6 kecamatan, sebaran paling luas terdapat di Kecamatan Pangkalan Koto Baru 898,65 ha 31,10 dan paling kecil terdapat di Kecamatan Lareh Sago Halaban dengan luas sebesar 13,96 ha 0,48. Secara spasial arahan pengembangan lokasi pengembangan kebun gambir di Kabupaten Limapuluh Kota dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16. Peta arahan lokasi pengembangan kebun gambir di Kabupaten Limapuluh Kota Pemanfaatan lokasi yang diarahkan dalam pengembangan kebun gambir setidaknya mampu memberikan pendapatan bagi 2.448 rumahtangga petani, jika diasumsikan masing-masing rumahtangga petani memiliki areal seluas 1,18 ha rerata yang dirujuk yaitu rerata luas kepemilikan lahan kebun di Kecamatan Lareh Sago Halaban. Dengan penghasilan pengusahaan kebun gambir sebesar Rp. 39.565.000,-hektartahun, maka setidaknya akan terdapat penambahan perputaran ekonomi di Kabupaten Limapuluh Kota sebesar Rp. 114,15 Milyar per tahunnya. Jika pemanfaatan luas areal arahan pengembangan kebun gambir mampu terwujud, maka pemerintah daerah telah memberikan pekerjaan bagi 9.792 orang angkatan kerja rerata jumlah penduduk dalam 1 rumahtangga di Kabupaten Limapuluh Kota sebanyak 4 orang. Dengan terciptanya lapangan pekerjaan itu, maka pemerintah daerah telah membuka lapangan pekerjaan bagi 57,52 dari total angkatan pencari kerja di Kabupaten Limapuluh Kota tahun 2012 sebanyak 17.021 orang BPS, 2013. Rincian lokasi prioritas arahan pengembangan kebun gambir di Kabupaten Limapuluh Kota tertera pada Tabel 14. Tabel 14. Lokasi prioritas dan luas arahan pengembangan kebun gambir di Kabupaten Limapuluh Kota Kecamatan Luas Lahan Arahan ha Jumlah ha Luas Prioritas I Prioritas II Payakumbuh - 512,24 512,24 17,73 Akabiluru 49,74 470,73 520,47 18,01 Luak - - - - Lareh Sago Halaban 13,96 - 13,96 0,48 Situjuh Limo Nagari - - - - Harau - - - - Guguak 154,62 99,68 254,30 8,80 Mungka - - - - Suliki 14,22 - 14,22 0,49 Bukit Barisan - - - - Gunung Omeh - - - - Kapua IX 108,50 567,01 675,51 23,38 Pangkalan Koto Baru 898,65 - 898,65 31,10 Jumlah 1.239,69 1.649,66 2.889,35 100 Kedua , arahan pengembangan kebun gambir kedepannya harus memperhatikan aspek pemasaran dari komoditas gambir dan sumberdaya manusia SDM. Aspek pemasaran mencakup ketersediaan pasar yang akan menampung hasil panen petani dan rantai pemasaran dari komoditas gambir. Menurut pihak- pihak yang terlibat dalam pengembangan kebun gambir stakeholders, tersedianya pasar dengan harga yang layak dan relatif stabil akan memotivasi petani dalam pengusahaan kebun gambir mereka. Rantai pemasaran komoditas gambir juga akan menentukan kesuksesan petani dalam kegiatan usahatani mereka. Walaupun secara finansial kelayakan pengusahaan kebun gambir rakyat menguntungkan, namun dilihat dari segi tataniaga gambir yang ada di Kabupaten Limapuluh Kota relatif belum efisien. Hal ini dapat terlihat dari besarnya margin pemasaran, masih kecilnya bagian harga yang diterima petani dan belum terintegrasinya pasar di tingkat petani dengan pasar ekspor. Ketidakefisienan rantai pemasaran ini dapat diatasi salah satunya dengan membentuk membentuk suatu lembaga yang berfungsi untuk menampung produk gambir yang dihasilkan masyarakat di daerah tersebut. Lembaga ini memiliki fungsi hampir sama dengan Badan Urusan Logistik, namun tatakelola lembaga ini berada di bawah koordinasi kepala daerah. Lembaga ini akan melakukan pembelian komoditas gambir petani dengan harga dasar yang menguntungkan bagi petani. Nantinya lembaga ini yang akan bertugas untuk melakukan penawaran dan penjualan komoditas gambir kepada pedagang besar maupun eksportir baik yang berada di Provinsi Sumatera Barat maupun diluar. Keberadaan lembaga ini akan mampu mengontrol harga komoditas gambir Kabupaten Limapuluh Kota dengan baik. Stabilitas harga akan dapat dicapai, akibatnya petani semakin bergairah untuk membudidayakan tanaman gambir mereka. Selain aspek pemasaran komoditas gambir, ketersediaan sumberdaya manusia juga perlu menjadi fokus perhatian dalam pengembangan kebun gambir kedepannya. Adanya dukungan sumberdaya manusia yang handal akan dapat meningkatkan produktifitas tanaman gambir, baik tenaga penyuluh pertanian maupun sumberdaya manusia petani itu sendiri. Ketiga , perlakuan budidaya tanaman yang baik oleh petani terhadap kebun gambir yang ada. Penggunaan bibit yang berkualitas akan menunjang produksi tanaman gambir itu. Pemberian pupuk kimia yang sesuai dengan aturan serta penyiangan yang dilakukan secara teratur akan membantu dalam meningkatkan jumlah produksi daun gambir. Disamping itu, pola budidaya tanaman gambir yang baik memberikan manfaat dalam mempercepat produksi daun gambir, mengakibatkan petani dapat melakukan panen daun gambir sebanyak 3 kalitahun. 6 SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan