Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Pemikiran Penelitian

tersebut akan menjadi suatu wilayah yang berkembang. Berdasarkan permasalahan diatas, maka dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Dimana sajakah lokasi pengusahaan kebun gambir pada 2 kecamatan terpilih di Kabupaten Limapuluh Kota? 2. Dimanakah lokasi yang berpotensi untuk pengembangan kebun gambir rakyat berdasarkan aspek biofisik dan ketersediaan lahan? 3. Bagaimana rantai, margin pemasaran dan integrasi pasar komoditas gambir di Kabupaten Limapuluh Kota? 4. Bagaimana pendapat stakeholders tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan komoditas gambir serta analisa usahatani komoditas gambir di Kabupaten Limapuluh Kota? 5. Bagaimana arahan pengembangan komoditas gambir dalam rangka pengembangan ekonomi wilayah di Kabupaten Limapuluh Kota?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui penggunaan lahan kebun gambir eksisting pada 2 kecamatan terpilih di Kabupaten Limapuluh Kota. 2. Menentukan lokasi yang berpotensi untuk pengembangan kebun gambir berdasarkan aspek biofisik dan ketersediaan lahan. 3. Menganalisis rantai, margin pemasaran dan integrasi pasar komoditas gambir di Kabupaten Limapuluh Kota. 4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan komoditas gambir menurut pendapat stakeholders dan analisis usahatani komoditas gambir di Kabupaten Limapuluh Kota. 5. Menyusun arahan pengembangan komoditas gambir dalam rangka pengembangan ekonomi wilayah di Kabupaten Limapuluh Kota.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah dalam penyusunan dan pengambilan kebijakan pengembangan kebun gambir di Kabupaten Limapuluh Kota dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan ekonomi daerah. Juga dapat sebagai bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.

1.5 Kerangka Pemikiran Penelitian

Subsektor perkebunan dapat menjadi andalan Indonesia ke depan karena peranannya yang penting dan strategis didalam peningkatan PDRB nasional. Peluang pengusahaan komoditas gambir menjadi meningkat di Indonesia, mengingat selama ini 80 persen pasokan gambir dunia berasal dari Indonesia GIZ dan Bappenas, 2013 Meningkatnya permintaan gambir karena komoditas ini memiliki kandungan zat yang dibutuhkan untuk berbagai bidang terutama kesehatan, kosmetik dan tekstil. Saat ini sedang dilakukan penelitian mengenai kegunaan katekin dan tanin pada industri cat. Juga sedang dilakukan penelitian tentang manfaat tanin sebagai perekat kayu lapis atau papan partikel Hadi, 2012. Penelitian lain mengenai penggunaannya dalam industri kebutuhan sehari-hari seperti pasta gigi. Gambir yang diekspor ke negara India, sebagian besar untuk kebutuhan bahan campuran makanan sehari-hari mereka yaitu phan masala. Setiap wilayah memiliki karakteristik yang berbeda seperti karakteristik sumber daya alam, topografi, infrastruktur, sumberdaya manusia, sumberdaya sosial serta juga mencakup aspek spasial, sehingga perlu dilakukan analisis aspek kesesuaian lahan terhadap pengusahaan kebun gambir di Kabupaten Limapuluh Kota. Perbedaan karakteristik yang ada pada suatu daerah dapat membuat terjadinya perbedaan biaya dan pendapatan yang diterima petani dalam pengusahaan pertanian. Oleh karena itu, dalam rangka pengusahaan pengembangan gambir di Kabupaten Limapuluh Kota, maka harus diketahui dan dianalisa dari keadaan eksisting kebun gambir tersebut. Perlu dianalisis kelayakan finansial terhadap pengembangan pengusahaan gambir. Dengan data kondisi eksisting dan analisis kelayakan finansial, dapat ditentukan lahan yang cocok bagi pengembangan kebun gambir serta lahan yang memberi keuntungan bagi petani dalam pengembangan komoditas gambir. Disamping itu, harus diperhatikan juga kelembagaan pemasaran dari komoditas tersebut. Berhubung secara empiris kelembagaan pemasaran pertanian lemah sehingga mengakibatkan petani tersebut lebih banyak berposisi hanya sebagai penerima harga price taker. Penyebabnya karena kurangnya informasi pasar dan juga mutu produk yang dihasilkan rendah mengakibatkan posisi tawar petani rendah. Perlu dilakukan evaluasi efisiensi rantai pemasaran komoditas gambir, dimana rantai pemasaran komoditas ini memegang peranan penting dalam penentuan persentase penerimaan petani persatuan kilogram komoditas dibandingkan dengan harga jual eksportir persatuan kilogram komoditas. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis margin tataniaga dan analisis keterpaduan pasar. Selanjutnya, dalam rangka pengembangan kebun gambir rakyat di Kabupaten Limapuluh Kota, perlu juga diketahui pendapat stakeholders mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi pengembangan kebun gambir. Nantinya akan didapatkan arahan pengembangan kebun gambir berdasarkan potensi dari lahan yang ada dan pendapat dari stakeholders. Kerangka pemikiran penelitian disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran penelitian Disamping itu, perlu dilihat kontribusi komoditas gambir terhadap PDRB Kabupaten Limapuluh Kota pada umumnya. Dalam analisis ini harus dilihat aspek-aspek kebutuhan dan tersedianya tenaga kerja, transaksi perekonomian, sehingga nantinya komoditas gambir ini dapat memacu pertumbuhan ekonomi wilayah. Dengan kondisi ekonomi wilayah terpacu, maka akan mengakibatkan permintaan tenaga kerja. Akibat kenaikan permintaan tenaga kerja, wilayah  Komoditas gambir mempunyai prospek yang menjanjikan  Pasar produk turunan gambir yang terbuka luas  Pengusahaan produksi gambir secara nasional berada di Sumatera Barat disamping Sumatera Utara, Riau dan Sumatera Selatan  Industri pengolahan gambir menjadi katekin dan tanin dalam negeri masih sangat sedikit  Kabupaten Limapuluh Kota merupakan sentra produksi gambir di Provinsi Sumatera Barat selain Kabupaten Pesisir Selatan  Potensi lahan di Kabupaten Limapuluh Kota masih luas 3.354,30 Km 2 Analisis pengembangan komoditas gambir Peta kebun gambir eksisting Evaluasi kesesuaian lahan Analisa rantai, margin pemasaran dan integrasi pasar Identifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi menurut pendapat stakeholders dan analisa usahatani Peta arahan pengembangan gambir Rekomendasi peningkatan efisiensi pemasaran Arahan pengembangan komoditas gambir dalam rangka pengembangan ekonomi wilayah di Kabupaten Limapuluh Kota tersebut akan mengalami peningkatan di semua sektor, terutama transaksi perekonomiannya. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disusun arahan pengembangan kebun gambir rakyat di Kabupaten Limapuluh Kota. 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman dan Produk Gambir Gambir merupakan resin yang diekstrak dari daun dan cabang-cabang muda tanaman gambir Uncaria gambier roxb., dikristalkan dan diperdagangkan dalam bentuk kubus atau blok kecil Ridsdale, 1993. Menurut Sufri et al. 2004 dikemukakan bahwa gambir merupakan sari air kering yang diperoleh dari daun- daunan dan ranting muda tanaman gambir Uncaria gambier Roxb. atau Jasminum sp , termasuk familia Rubiaceae, yang tumbuh di Indonesia terutama Sumatera. Selanjutnya, Thorpe dan Whiteley 1953 menyatakan bahwa catechu produk gambir untuk pewarna merupakan produk berwarna kuning biasanya berbentuk kubus dan diperoleh dari tumbuhan Uncaria gambier yang merupakan tanaman semak, baik yang liar maupun yang dibudidayakan. Tumbuhan gambir Uncaria gambier Roxb. termasuk dalam kingdom Plantae, subkingdom Tracheobionta, superdivisi Spermatophyta, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, sub kelas Asteridae, ordo Gentianales, family Rubiaceae, genus Uncaria dan spesies Uncaria Gambier Roxb. Ridsdale, 1993. Tinggi tanaman gambir berkisar 1,5-2 m, dapat memanjat tanaman lain dengan cara melingkar-lingkar, warna batang coklat muda sampai coklat tua, warna daun hijau muda sampai hijau coklat dan coklat muda Hamzah, 2004 dalam Winardi, 2011. Gambir dibudidayakan pada lahan dengan ketinggian 200- 800 m di atas permukaan laut, mulai dari topografi agak datar sampai di lereng bukit. Tanaman gambir dapat diusahakan secara monokultur maupun polikultur. Bila pengusahaan di daerah berbukit secara monokultur, maka penanamannya harus searah garis kontur, sehingga pada tahap awal penanaman tidak terjadi erosi dan efisiensi pemupukan dapat tercapai Balitbangtan, 2012. Biasanya gambir ditanam sebagai tanaman kebun di pekarangan atau kebun di pinggir hutan. Budidaya gambir biasanya semi intensif, jarang diberi pupuk tetapi pembersihan dan pemangkasan tetap dilakukan Djarwaningsih, 1993. Gambir baik tumbuh di daerah dengan curah hujan 3000-3500 mmtahun dengan penyinaran cahaya matahari cukup banyak, suhu udara 20 o C-29 o C. Gambir tumbuh subur pada ruang terbuka dengan sedikit naungan maksimal 8 persen dari pohon besar seperti albasia dan petai. Oleh karena itu kondisi agroklimat sangat dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan daun. Bentuk tanaman gambir dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Tanaman Gambir Bila tanaman gambir dikembangkan di daerah yang banyak terlindung, akan mempengaruhi pertumbuhan daun, yaitu ranting menjadi lemah, daun lebih jarang, ketebalan daun lebih tipis dan volume produksi daun agak kurang Ditjenbun, 2008. Tanaman gambir tumbuh baik pada tanah yang gembur, dapat diperbanyak secara vegetatif maupun generatif Yusmeiarti et al., 2000 dalam Winardi, 2011. Gambir di Indonesia pada umumnya digunakan untuk menyirih. Gambir diketahui merangsang keluarnya getah empedu sehingga membantu kelancaran proses dalam perut dan usus Djarwaningsih, 1993. Fungsi lain gambir adalah untuk campuran obat luka bakar, sakit kepala, diare, disentri, obat kumur, sariawan, sakit kulit, serta sebagai bahan penyamak kulit dan bahan pewarna tekstil. Fungsi gambir yang tengah dikembangkan adalah sebagai perekat kayu lapis atau papan partikel Hadi, 2012. Menurut Ridsdale 1993, gambir memiliki tiga kegunaan utama yaitu: a untuk penyamak kulit; b untuk menyirih yang dikonsumsi bersama buah pinang Areca catechu L., kapur dan daun sirih Piper betle L. ; serta c untuk obat-obatan. Di Kabupaten Limapuluh Kota, masyarakat secara turun temurun memproduksi gambir dalam bentuk bootch dan lumpang. Juga diproduksi gambir berbentuk bootch dengan diameter yang lebih besar namun lebih tipis dari yang biasa dikenal yaitu gambir koin. Sebagian eksportir melakukan pemrosesan ulang gambir asalan dari masyarakat dan mencetaknya kembali dengan bentuk wafer block atau cube Adi, 2011. Bentuk-bentuk produk gambir tersaji pada Gambar 3. Gambar 3. Bentuk-bentuk Produk Gambir

2.2 Teknik Budidaya Gambir