Teknik Budidaya Gambir Analisis Dan Arahan Pengembangan Komoditas Gambir Dalam Rangka Pengembangan Ekonomi Wilayah Di Kabupaten Limapuluh Kota

Gambar 3. Bentuk-bentuk Produk Gambir

2.2 Teknik Budidaya Gambir

Budidaya gambir yang telah dilakukan selama ini tidaklah terlalu sulit. Namun membutuhkan benih yang berjumlah banyak. Tanaman diperbanyak dengan dua cara, yaitu vegetatif dan generatif. Perbanyakan vegetatif, dengan cara menggunakan stek dari bagian tanaman. Cara ini hanya dapat menghasilkan bibit dalam jumlah terbatas dan hasilnya belum begitu sempurna. Perbanyakan bibit untuk tujuan budidaya yang lebih luas, masih dengan cara generatif, yaitu menggunakan biji. Kebutuhan benih tiap hektar pertanaman sebanyak 16 kali dari kebutuhan normal, karena daya kecambah dari tanaman ini dibawah 60 Sutarman, 2010. Tanaman gambir tidak memerlukan pemupukan yang intensif seperti halnya tanaman pangan. Selain pemberian pupuk dasar yang dilakukan pada awal penanaman, pemberian pupuk cukup dilakukan setiap enam bulan sekali. Banyaknya pupuk yang akan diberikan sebaiknya disesuaikan dengan kandungan hara tanah melalui analisis tanah di laboratorium. Secara umum dosis pupuk yang diperlukan dari salah satu hasil penelitian menunjukan bahwa perbandingan pemberian pupuk N, P, K sebesar 15 : 15 : 15 sebanyak 200 kgpohonpanen memberikan hasil yang lebih tinggi. Pemberian pupuk dengan perbandingan porsi diatas, maka didapatkan daun dan ranting gambir sebanyak 5,0 – 6,0 kgrumpun, sedangkan yang tidak di pupuk hanya 2,5 – 3,0 kgrumpun. Untuk tanaman tua umur 10 tahun keatas pemberian pupuk buatan harus diiringi dengan pemberian pupuk organik. Dapat juga dengan menggunakan ampas sisa daun pengempaan yang ditaburkan di sekitar tanaman. Dalam mempertahankan produktifitasnya, perlu diberikan pupuk kandang. Penyiangan pada tanaman gambir hanya dilakukan dua kali dalam setahun. Pada penanaman skala kecil, biasanya tanaman gambir bebas dari hama dan penyakit yang serius. Namun pada penanaman monokultur dengan skala luas, pernah terjadi serangan hama ulat dan kumbang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian tanaman gambir yang diserang hama biasanya adalah daunnya, dimana daun menjadi berlobang-lobang dan rusak, sehingga produksi getah menjadi berkurang. Serangan hama yang berbahaya adalah jenis pengisap yang mengakibatkan pucuk muda atau titik tumbuh menjadi kering dan mati, mengakibatkan pertumbuhan cabang menjadi terhenti sehingga tanaman menjadi kerdil dan tidak rimbun. Hama yang sering ditemui pada tanaman gambir adalah Lundi larva kumbang dalam tanah dan hama ulat Glypodes psittacus, Oreta extensa, hama kepik Helopeltis sumateranus Roepke, Hyalopeplus, Tingganan gambir dan hama belalang Sinjatu Sutarman, 2010. Kriteria kesesuaian lahan untuk gambir disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman Gambir Uncaria gambier Roxb. Persyaratan penggunaan karakteristik lahan Kelas kesesuaian lahan S1 S2 S3 N1 N2 Temperatur t Temperatur rerata o C harian Ketersediaan air w Curah hujan mmth Kelembaban udara Retensi hara f pH H 2 O Bahaya erosi e Lereng Ketinggian Elevasi mdpl 23 - 26 3000 – 3500 70 – 80 4,5 – 5,5 0 – 15 200 – 500 20 - 23 26 - 29 2000 – 3000 3500 – 4000 70 – 80 4,5 – 5,5 15 – 30 50 – 200 500 – 800 29 - 36 2000 – 3000 3500 – 4000 70 – 80 4,5 – 5,5 30 – 45 800 – 1100 36 20 4000 2000 80 70 5,5 4,5 45 – 75 1100 50 36 20 4000 2000 80 70 5,5 4,5 75 1100 50 Sumber: Data diolah dari Winardi 2011 dan Sutarman 2010 Tanaman gambir panen 2 kali setahun dengan selang waktu 6 bulan. Pemanenan dapat ditingkatkan menjadi 3 kali setahun apabila dilakukan budidaya tanaman gambir secara baik. Panen I, tanaman berumur 1,5 tahun akan tetapi hasilnya masih relatif rendah, yaitu 40 rajut setara dengan 2.000 kg basah atau 100 kg gambir kering, panen II tanaman berumur ± 2 tahun, produksinya meningkat dua kali lipat, panen III tanaman berumur ± 2,5 tahun produksi meningkat tiga kali lipat dari panen I, dan mulai pada panen IV dan seterusnya berumur 3 tahun, produksi akan sama yaitu sebesar 7.500 kg basahhapanen atau 375 kg gambir keringhapanen. Sastrahidayat dan Soemarsono 1991 mengemukakan bahwa secara teoritis potensi produksi gambir kering dapat mencapai 700 kghapanen atau 2100 kgha dengan intensitas panen sebanyak 3 kalitahun. Tanda tanaman sudah dapat dipanen, yaitu: a Daun sudah bewarna hijau mudatuakuningcoklat dan apabila dirasakan dengan tangan sudah agak keras, b Ranting bewarna hijau kecoklatan dan coklat muda, c Daun bila diremas sedikit saja dengan tangan sudah mengeluarkan getah. Pemetikan ranting dan daun terlalu muda atau terlalu tua akan menghasilkan kadar catechine yang rendah. Panen biasanya dilakukan pada pagi hari, yaitu dengan cara memangkas ranting dengan tuai atau ani-ani pada jarak 5 cm dari pangkalnya, agar tunas baru pada ketiak ranting dapat tumbuh dengan baik. Setelah sampai di tempat pengempaan, daun dan ranting gambir harus langsung diolah. Jika tertunda lebih dari 24 jam, rendemen getahnya akan berkurang. Jumlah ranting dan daun gambir yang dipetik dalam satu hari berkisar antara 200 – 250 kgorang Ermiati, 2004.

2.3 Kandungan Kimia Gambir