Analisis Usahatani Komoditas Gambir

Ketersediaan pasar ini tentunya didukung dengan layaknya harga jual gambir, sehingga petani tetap memperoleh keuntungan. Membaiknya harga jual gambir akan memotivasi petani dalam mengusahakan kebun gambir. Selain faktor pasar menurut stakeholders, faktor sumberdaya manusia sangat dibutuhkan dalam pengusahaan kebun gambir. Adanya dukungan sumberdaya manusia yang handal, mampu meningkatkan produktifitas tanaman gambir. Faktor sarana prasarana juga harus diperhatikan dalam mengusahakan tanaman gambir. Dari berbagai faktor utama yang mempengaruhi pengembangan kebun gambir, selanjutnya dicari urutan kriteria prioritas dari masing-masing faktor utama tersebut. Kelayakan harga merupakan faktor yang paling tinggi berpengaruh terhadap pengembangan kebun gambir. Kelayakan harga disini berarti, petani memiliki keuntungan dari pemasaran gambir yang mereka produksi. Lalu diikuti dengan adanya produk turunan dari komoditas gambir tersebut. Produk turunan disini mempunyai maksud adanya diversifikasi produk hilir dari komoditas gambir. Kedua hal diatas akan memberikan motivasi lebih bagi petani didalam pengusahaan kebun dan pemeliharaan tanaman gambir tersebut. Kriteria utama dari faktor sumberdaya manusia SDM yang harus diperhatikan yaitu keuletan petani dalam budidaya tanaman gambir. Karena keuletan ini ditambah dengan pengetahuan serta keterampilan petani dalam pengelolaan kebun dan produksi gambir akan meningkatkan produksi gambir kering. Selanjutnya yang menjadi penanganan dari faktor SDM adalah adanya peningkatan motivasi petani dalam budidaya tanaman gambir. Peningkatan dapat terjadi jika adanya penyuluhan memadai yang dilakukan oleh tenaga penyuluh yang memiliki wawasan yang cukup didalam budidaya serta produksi tanaman gambir ini. Lalu kriteria selanjutnya yaitu tingkat pendidikan petani gambir. Kriteria ini memperlihatkan kemampuan petani gambir dalam menerima dan menyerap pengetahuan baru mengenai budidaya tanaman gambir. Faktor lahan tidak terlalu berpengaruh menurut stakeholders, walaupun pengusahaan kebun gambir saat ini berkisar 0,5 sampai dengan 1 ha. Berdasarkan kondisi saat ini, menurut stakeholders para petani tidak memiliki permasalahan yang berarti mengenai kebun gambir mereka, baik mengenai jarak kebun ke rumah mereka, lokasi keberadaan kebun serta luas kebun.

5.4.2 Analisis Usahatani Komoditas Gambir

Dalam analisa pendapatan usahatani gambir, biaya usahatani yang dikeluarkan dibagi dua, yaitu biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani secara tunai kontan. Biaya tunai terdiri dari biaya pengolahan dan produksi gambir, pupuk dan obat-obatan. Biaya yang diperhitungkan dalam analisis ini adalah biaya tenaga kerja dari keluarga penyiangan, panen dan pengangkutan hasil gambir ke rumah. Analisis ini dilakukan dalam skala pengusahaan kebun gambir dengan luas 1 hektar. Pola asumsi harga yang digunakan dalam analisis ini adalah dengan harga terendah sebesar Rp. 18.000,-kg dan tertinggi sebesar Rp. 25.000,-kg, yaitu harga yang berlaku di tingkat petani pada saat pengumpulan data Agustus 2014. Rata-rata upah tenaga kerja luar keluarga yang berlaku pada saat penelitian sebesar Rp. 55.000,-oranghari. Untuk upah tenaga kerja dalam keluarga pada saat penelitian dilakukan sebesar Rp. 25.000,-oranghari. Asumsi produktifitas gambir dalam analisis ini berkisar 450 kgha sampai dengan 700 kgha. Jumlah pemanenan daun gambir minimal 2 kalitahun dan maksimal 3 kalitahun Denian et al. , 2004 dalam Sasmita dan Tjahjana, 2011. Setelah dilakukan analisis kelayakan biofisik dan ketersediaan lahan, maka seluruh lahan yang berpotensi pengembangan gambir termasuk kedalam kelas kesesuaian lahan cukup sesuai S2. Berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa pengusahaan kebun gambir di Kabupaten Limapuluh Kota secara finansial layak untuk dikembangkan. Hal ini dilihat dari nilai penerimaan penjualan gambir yang memenuhi kriteria layak jika dilakukan proses budidaya tanaman gambir sehingga dapat mencapai waktu pemanenan daun gambir sebanyak 3 kalitahun dengan volume produksi gambir 700 kgpanen. Analisis pendapatan total petani dengan harga gambir Rp. 18.000,-kg menghasilkan nilai sebesar 24.865.000,-hatahun. Nilai BC Ratio terhadap biaya total yang lebih besar dari 1 yaitu 2,92. Artinya bahwa setiap satu rupiah Rp. 1,- yang diinvestasikan untuk pengusahaan gambir, maka akan memberikan tambahan manfaat sebesar Rp. 2,92,-. Jika asumsi harga gambir mencapai Rp. 25.000,-kg, maka pendapatan bersih yang didapatkan petani sebesar 39.565.000,-hatahun. Nilai BC Ratio terhadap biaya total yaitu 4,06. Tenaga kerja yang digunakan dalam pengusahaan gambir sebagian besar merupakan tenaga kerja luar keluarga, walaupun ada tenaga kerja dalam keluarga namun hanya pada saat-saat tertentu saja. Pemakaian tenaga kerja luar keluarga pada saat produksi, sedangkan pada saat penyiangan, pemanenan dan pengangkutan hasil gambir ke rumah petani dua kali dalam setahun dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga. Dalam perhitungan analisis finansial tenaga kerja dalam keluarga tetap dihitung sebagai biaya. Rincian perhitungan analisis usahatani disajikan pada lampiran 2, 3, 4 dan 5.

5.5 Arahan Pengembangan Komoditas Gambir dalam rangka