Evaluasi Kesesuaian Lahan Analisis Dan Arahan Pengembangan Komoditas Gambir Dalam Rangka Pengembangan Ekonomi Wilayah Di Kabupaten Limapuluh Kota

disesuaikan dengan daya dukung dan kesesuaian lahan secara makroregional; 2 aspek strategi pengembangan ekonomi wilayah. Apabila ingin membangun suatu proyek berskala besar, hal itu harus terkait dengan strategi pengembangan wilayah untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Perlu dilihat apakah kegiatan yang diusulkan cukup strategis dan sinkron dengan rencana umum pengembangan wilayah dan menuju tercapainya visi wilayah.

2.6 Evaluasi Kesesuaian Lahan

Evaluasi kesesuaian lahan adalah bagian dari proses perencanaan tataguna lahan dengan membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan dengan kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Tujuan evaluasi lahan adalah untuk menentukan kelas kesesuaian lahan untuk tujuan tertentu Sitorus, 1985; Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007. Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan cara membandingkan kualitas masing-masing satuan peta lahan dengan persyaratan penggunaan lahan yang ditetapkan. Kelas kesesuaian lahan ditentukan agar nantinya didalam pemanfaatannya sesuai dengan daya dukung dari lahan tersebut. Pemanfaatan lahan seharusnya memperhatikan aspek teknis, sosial serta ekonomi dari lahan tersebut. Agar lahan tersebut mampu memberikan hasil yang optimum dan memberikan keuntungan bagi pengguna lahan tersebut baik di masa sekarang maupun masa yang akan datang. Namun kenyataannya penggunaanpemanfaatan lahan lebih banyak didapati tidak memperhatikan daya dukung yang dimiliki oleh lahan tersebut. Telah terjadi pemanfaatan yang tidak sesuai dengan kelas kesesuaiannya. Hal ini menyebabkan terjadinya pemaksaan terhadap daya dukung lahan, sehingga sering terjadi berbagai macam bencana sebagai akibat pemaksaan dari daya dukung lahan tersebut. Pada dasarnya, pemanfaatanpenggunaan lahan ditentukan oleh kecocokan antara sifat fisik lingkungan yang mencakup iklim, tanah, lereng, dan hidrologi dengan persyaratan penggunaan lahan atau persyaratan tumbuh tanaman. Kecocokan antara sifat fisik lingkungan dari suatu wilayah dengan persyaratan penggunaan komoditas yang dievaluasi memberikan gambaran atau informasi bahwa lahan tersebut potensial untuk dikembangkan komoditas tertentu, artinya bahwa lahan tersebut digunakan untuk penggunaan tertentu dengan mempertimbangkan berbagai asumsi mencakup masukan yang diperlukan akan mampu memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan Sitorus, 1985. Hasil pembandingan antara persyaratan penggunaan lahan dari tipe penggunaan lahan tertentu dengan kualitas lahan tertentu dikombinasikan dengan hasil analisa input-output, cost-benefit, dampak terhadap lingkungan dan analisa sosial ekonomi akan menghasilkan kelas kesesuaian lahan yang menunjukkan kesesuaian masing-masing satuan peta lahan untuk tipe penggunaan tertentu. Menurut Notohadipawiro 2000 dan Idjudin 2006 dalam Idjudin 2011, tanah dimanapun keberadaannya merupakan komponen lingkungan hidup yang secara mutlak harus dilindungi atau dihindarkan dari dampak yang merugikan, maka konservasi tanah menjadi suatu keharusan bagi membuat lingkungan hidup terhunikan. Pokok dari evaluasi lahan adalah penentuan jenis penggunaan lahan jenis tanaman dan tingkat pengelolaannya yang akan diterapkan, kemudian menentukan persyaratan dan pembatas pertumbuhannya, dan akhirnya membandingkan persyaratan penggunaan lahan pertumbuhan tanaman tersebut dengan kualitas lahan, sehingga didapat kelas kesesuaian lahannya secara fisik. Dalam evaluasi lahan ekonomi kuantitatif, dilanjutkan dengan analisa ekonomi serta sosial dan lingkungan sehingga didapatkan penggunaan lahan yang optimal dan berkelanjutan Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007. Klasifikasi kelas kesesuaian lahan yang biasa digunakan adalah klasifikasi yang dikembangkan oleh FAO 1976. Metode ini digunakan untuk mengklasifikasikan kelas kesesuaian lahan berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif, tergantung data yang tersedia Sitorus, 1985. Hasil penelitian kesesuaian lahan dapat berupa kelas kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007, kelas kesesuaian lahan aktual menyatakan kesesuaian lahan berdasarkan data dari hasil survei tanah atau sumberdaya lahan, belum mempertimbangkan masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala atau faktor pembatas yang berupa sifat lingkungan fisik termasuk sifat-sifat tanah dalam hubungannya dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menyatakan keadaan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha perbaikan. Usaha perbaikan yang dilakukan harus memperhatikan aspek ekonominya. Artinya, lahan tersebut dibatasi kendala-kendalanya, maka harus diperhitungkan apakah secara ekonomi dapat memberikan keuntungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan-lahan dengan kesesuaian lahan S1 memerlukan biaya yang lebih kecil dibandingkan dengan lahan dengan kelas S2 dan S3. Prioritas satu diarahkan pada lahan yang belum dimanfaatkan oleh masyarakat, yaitu lahan semak, padang rumput, tegalan dan alang-alang. Prioritas dua merupakan lahan yang telah digunakan masyarakat yaitu penggunaan lahan kebun rakyat. Lahan arahan dimasukkan dalam prioritas satu karena lahan ini merupakan lahan yang akan diusahakan masyarakat untuk pengembangan tanaman gambir.

2.7 Rantai dan Margin Pemasaran serta Integrasi Pasar