Elemen Pelaku Pengelolaan Air Baku untuk Air Bersih

berbasis masyarakat. Masyarakat belum menjadi aktor hanya sebagai obyek. Padahal masyarakatlah yang menjadi konsumen air bersih, masyarakatlah yang menerima dampak baik maupun buruknya hasil dari kebijakan tersebut. PAM Jaya, Pemda DKI dan LSM serta DPRDPRD yang berada pada level 2 merupakan kelompok penghubung yang bisa mendorong keberhasilan pengelolaan air bersih lintas wilayah yang bekerlanjutan yang berbasis otonomi daerah. 6.2.2 Elemen Tujuan Pengelolaan Air Lintas Wilayah Berkelanjutan . Berdasarkan survei pakar, maka diperoleh kebutuhan utama untuk kebijakan pengelolaan air besih meliputi teknologi pengelolaan air bersih yang efisien, pengunaan bahan baku secara optimal, pemanfaatan tekonologi tepat guna, pelaksanaan konservasi sumber daya air, peningkatan kualitas air bersih, suplai air bersih yang cukup dan berkesinambungan, pembangunan infrastruktur yang memadai. Jadi elemen kebutuhan kebijakan pengelolaan air bersih lintas wilayah berkelanjutan meliputi tujuh sub elemen dan sub-elemen yang paling memiliki daya pendorong yang paling kuat adalah tujuan tentang suplai distribusi air bersih yang yang berkelanjutan Tabel 34. Tabel. 34 Dependen dan driver power elemen tujuan pengelolaan air bersih lintas wilayah Tujuan Dep Drv 1 Teknologi pengelolaan air 7 3 2 Bahan baku air 4 5 3 Aplikasi TTG 7 3 4 Konservasi SDA 4 5 5 Kualitas air 2 6 6 Suplai air bersih 1 7 7 Infrastruktur 7 3 Tabel 34 di atas menunjukkan bahwa agar terwujudnya tujuan suplai air bersih ke masyarakat yang berkelanjutan menempati posisi pertama hal ini seusai den pen sec keh ber kete ind sup keti kon Gam 6.2 men 9 ngan UU No ndayagunaan ara berkela hidupan mas rkelanjutan, ergantungan dependency y plai air bersi iga dengan nservasi sum mbar 34. De .3 Elemen Elemen njadi sub ele DA Y A PENDORONG omor 7 Tah n sumber da anjutan den syarakat sec memiliki da n yang rend yang rendah ih. Pemanfa kekuatan d mber daya air ependen VS p n Kebutuha n kebutuhan emen antara 6 Suplai bersih 1 hun 2004 te aya air dituju ngan mengu cara adil. aya pendoro dah. Posisi k h pulah dan aatan bahan daya dorong r Gambar 34 power eleme n Pengelola pengelolaa lain: 1 dis 5 Kualita i air h 2 3 KETER entang Sumb ukan untuk m utamakan p Posisi elem ong yang pa kedua adala kekuatan pe baku air se g dan keter 4. en tujuan aan Air Lint an air lintas stribusi air te 2 as air 1 2 3 4 5 6 7 3 4 RGANTUN ber Daya Ai memanfaatk pemenuhan men 6 supl aling kuat ah kualitas a endorong te cara optima rgantungan tas Wilayah s wilayah b epat sasaran, 2 Bahan baku air 4 Konservas SDA 5 NGAN ir pasal 26 kan sumber d kebutuhan lai air bers dan juga m air bersih m rkuat kedua al menempat yang sama h erkelanjutan , 2 kualitas 1 Tekn pengelol 3 Aplik i 7 Infrastr 6 ayat 2 daya air pokok ih yang memiliki memiliki a setelah ti urutan dengan n dibagi s air dari nologi laan air kasi TTG ruktur 7 masyarakat, 3 pendapatan perusahaan air bersih, 4 melibatkan masyarakat, 5 bantaran sungai bebas dari permukiman, 6 pengelolaan lingkungan mudah, 7 harga air murah, 8 terhindar dari gangguan kesehatan, 9 adanya koordinasi antar pemda. Kebutuhan masyarakat pemakai air agar terhindar dari gangguan kesehatan tersebut sesuai dengan ketentuan UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang SDA pasal 8 ayat 1 air baku wajib memnuhi baku mutu yang ditetapkan untuk penyediaan air minum sesuai peraturan perundang-undangan. Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran mengelompokkan klasifikasi air menjadi empat kelas, kelas satu, air baku untuk air minum dan seterusnya. Tujuan dari Permenkes tersebut agar masyarakat dapat mengkonsumsi air bersih sesuai dengan klasifikasi peruntukkannya dengan tujuan utama agar terhindar dari penyakit akibat mengkonsumsi air yang tidak berkualitas Gambar 35. Gambar 35 Matrik driver power VS dependen elemen kebutuhan pengelolaan air baku lintas wilayah Independent Autonomous

6.2.4 Elemen Kendala Utama Terkait Kebijakan Pengelolaan Air Baku Lintas Wilayah

Komponen sub-elemen kendala utama yang menghambat pengelolaan air lintas wilayah berkelanjutan yang bersifat integral-holistik dan berbasis otonomi daerah terdiri dari: 1 bahan air baku sedikit, 2 sarana terbatas, 3 dukungan pemerintah kurang, 4 kemampuan masyarakat dalam menjaga kualitas air baku, 5 permintaan air tinggi meningkat, 6 teknologi pengelolaan rendah, 7 persepsi masyarakat rendah; 8 resapan air rendah, 9 jumlah limbah tinggi. Hubungan kontekstual antar kendala tersebut disusun dalam matriks interaksi tunggal terstruktur atau structural self interaction matrix SSIM. Adapun dependen dan driver power kendala dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35. Dependen dan driver power kendala pengelolaan air lintas wilayah Tabel 35 menunjukkan bahwa yang memiliki driver prower yaitu sub elemen 8 rendah resapan air, selain menjadi driver prower juga memiliki nilai bebas tidak tergantung. Sub elemen lain yang memiliki driver power yang kuat yaitu sub elemen sangat tinggi, sub elemen 11 harga air, 9 jumlah limbah tinggi dan 5 permintaan air tinggi. Untuk mengatasi tingginya permintaan air perlu gerakan hemat air melalui program 3R. Program hemat air tertuang dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan dinyatakan Kendala Dep Drv 1 Bahan baku sedikit 11 8 2 Sarana terbatas 11 8 3 Dukungan pemerintah kurang 11 8 4 Kemampuan menjaga kualitas air 11 8 5 Permintaan air tinggi 3 9 6 Teknologi rendah 12 1 7 Persepsi masyarakat rendah 11 8 8 Resapan air rendah 1 11 9 Jumlah limbah tinggi 2 9 10 Peraturan kurang optimal 11 8 11 Harga air sangat tinggi 1 10 12 Biaya pengelolaan tinggi 11 8 secara tegas tentang program 3R reduce, reuse, recyle pada pasal 3 ayat 6 yang membahas tentang daur ulang air. Tabel 36. Hasil reachability matrix RM elemen kendala utama pengelolaan air baku lintas wilayah No. k1 k2 k3 k4 k5 k6 k7 k8 k9 A10 k11 k12 k1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 k2 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 k3 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 k4 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 k5 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 k6 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 k7 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 k8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 k9 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 k10 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 k11 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 k12 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 Hasil perbaikan RM ditampilkan dalam Tabel 36 di atas sebagai matriks RM revisi. Matriks ini juga menunjukkan ranking setiap sub-elemen kendala utamanya berdasarkan daya pendorong driver power yang dimilikinya. Sub- elemen yang menempati urutan teratas adalah 8 kurangnya rendahnya daerah resapan, diikuti oleh 11 tingginya harga air bersih. Urutan ketiga ditempati oleh sub-elemen 5 tingginya permintaan air bersih, 9 tingginya jumlah limbah di sumber air baku. Sedangkan urutan ke-empat yaitu 1 bahan baku air bersih sangat sedikit, 2 sarana dan prasarana pengelolaan air bersih sangat terbatas, 3 kurangnya dukungan pemerintah dalam pengelolaan air bersih, dan 7 rendahnya kesadaran masyarakat dalam program hemat air, 10 kurang optimalnya kebijakan dan peraturan, 12 biaya pengelolaan air sangat tinggi. Urutan kelima ditempati oleh sub-elemen 6 rendahnya teknologi pengelolaan air bersih. Tingkatan hirarki level struktur kendala utama terkait pengembangan air bersih integral-holistik serta berbasis otonomi daerah dapat dilihat pada Gambar 36. Gambar 36 Matrik driver power VS dependent elemen kendala Gambaran klasifikasi setiap sub-elemen kendala utama berdasarkan daya pendorong dan tingkat ketergantungan. Pengelompokan ini menghasilkan 3 Sumber air baku sedikit Sarana prasarana terbatas Kurangnya dukungan pemerintah Kurangnya menjaga kualitas air Permintaan air sangat tinggi Teknologi proses masih rendah Rendahnya persepsi penghematan air di masyarakat Rendahnya resapan air Tingginya limbah di sumber air baku Kurang optimalnya kebijakan Harga air sangat tinggi Biaya pengelolaan sangat tinggi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Driv er Po w e r Dependent Matriks Driver Power vs Dependent Kendala Linkage Autonomous Dependent Independent kelompok sub-elemen yang menempati 4 kuadran yang tersedia. Kelompok di kuadran IV independent terdiri dari sub-elemen: 8 kurangnyarendahnya resapan air; 9 tingginya jumlah limbah di sumber air baku ; 5 tingginya peningkatan permintaan air bersih dan 11 tinggi harga air bersih melebihi kemampuan masyarakat terutama masyarakat miskin perkotaan. Kelompok kedua menempati kuadran III atau kuadran linkage, terdiri dari level 7, yaitu sub-elemen: 3 kurangnya dukungan pemerintah dalam program penyediaan air bersih; 4 rendahnya kemampuan masyarakat dalam menjaga air bersih; 1 bahan baku sedikit; 2 terbatasmya sarana dan prasarana pengelolaan air bersih; 10 kebijakan dan peraturan kurang optimal; 12 tingginya biaya pengelolaan air bersih. Setiap sub-elemen pada kelompok ini menjadi penghubung linkage keberhasilan pengembangan air bersih integral-holistik. Kelompok linkage ini memiliki karakteristik daya pendorong yang tinggi, tetapi sekaligus memiliki tingkat kebergantungan dependensi yang tinggi juga. Setiap sub-elemen dalam kelompok ini saling bergantung, serta bergantung juga kepada kelompok independent. Kelompok terakhir menempati kuadran II atau kuadran dependent yang juga merupakan level terendah rangking terakhir, terdiri dari sub-elemen: 6 teknologi pengelolaan air bersih masih rendah Sub-elemen ini menjadi kendala terakhir yang harus dipecahkan dengan cara menyelesaikan kendala yang lebih esensial pada level di atasnya. Semua kendala yang ada harus dipecahkan secara menyeluruh, karena setiap elemen saling berkait dan saling bergantung. Semua sub-elemen tidak ada yang masuk ke dalam kuadran I autonomous yang menunjukkan bahwa semua kendala utama yang ada memiliki keterkaitan satu sama lain, baik dari sisi kebergantungan maupun dari sisi daya pendorongnya. Gambaran sub elemen kendala menunjukkan sub elemen kendala 6 rendahnya teknologi pengelolaan air bersih merupakan kendala yang tergantung kepada kendala penghubung yaitu kendala yang menempati urutan kedua yaitu sub-elemen: 3 kurangnya dukungan pemerintah dalam program penyediaan air bersih; 4 rendahnya kemampuan masyarakat dalam menjaga air bersih, 1 bahan baku sedikit, 2 terbatasmya sarana dan prasarana pengelolaan air bersih, 10 kebijakan dan peraturan kurang optimal, 12 tingginya biaya. Sedangkan kendala sub elemen yang paling independent dan utama adalah sub elemen 11 harga air bersih sangat tinggi melebihi kemampuan masyarakat, serta 8 kurangnyarendahnya daerah resapan. Analisis ISM menghasilakan beberapa sub-elemen yang memiliki daya dorong driver power yang kuat dan ketergantungan yang rendah atau independent. Beberapa sub-elemen independen hasil analisis ISM terhadap elemen pelaku aktor, elemen tujuan, elemen kebutuhan dan elemen kendala dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 37. Elemen dan sub-elemen independen pengelolaan air baku lintas wilayah Elemen Sub-elemen independent driver power Aktor - Pemerintah pusat Tujuan - Suplai air bersih - Kualitas air Kebutuhan - Terhindar dari gangguan kesehatan Kendala - Rendahnya resapan air - Harga air sangat tinggi - Permintaan air meningkat tinggi - Jumlah limbah tinggi Hasil analisis ISM terkait tersebut di atas Tabel 36 dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan sistem dinamik dan penyusunan setting agenda serta penyusunan role sharing bagi peran masing-masing pelaku dalam pengelolaan air lintas wilayah.

BAB VII MODEL KEBIJAKAN PENGELOLAAN AIR BAKU

LINTAS WILAYAH

7.1 Analisis Sistem Dinamik

Analisis sistem dinamik dimulai dengan identifikasi sistem. Identifikasi sistem merupakan tahap yang penting untuk menentukan variabel-variabel dalam sistem. Karena identifikasi sistem adalah mengintepretasikan semua komponen yang berinteraksi ke dalam konsep kotak gelap black box. Variabel-variabel tersebut terdiri atas variabel output yang dikehendaki, variabel input terkontrol, variabel output yang tidak dikehendaki, variabel input yang tidak terkontrol, dan variabel lingkungan. Informasi dikatagorikan menjadi tiga yaitu peubah input, peubah output dan parameter-parameter yang membatasi struktur sistem. Pada penelitian ini ada tiga variabel yakni variabel state pendukung dalam membangun model konseptual, dan selanjutnya ditentukan variabel non-state variabel lainnya yang meliputi variabel penggerak driving, variabel pembantu auxiliary, dan variabel tetap constant yang melengkapi suatu model diagram black box . Diagram input output model kebijakan pengelolaan air lintas wilayah yang bersifat holistic dan keberlanjutan berbasis otonomi daerah Gambar 10. Diagram input-output tersebut mengambarkan beberapa permasalahan yang terkait dengan pengelolaan air bersih baik permasalahan lingkungan, jumlah penduduk, pencemaran sampai kepada konflik pengelolaan sumber daya air antar PDAM dan antar daerah. Kebutuhan air bersih mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan pertumbuhan penduduk, sedangkan produksi air bersih sangat dipengaruhi oleh suplai bahan baku baik kualitas dan kuantitas dari sumber air baku. Input sistem terdiri dari input eksternal dan internal. Input lingkungan bersifat eksternal, mempengaruhi sistem, tetapi tidak dipengaruhi oleh sistem. Pada sistem pengelolaan air bersih lintas wilayah pemenuhan air bersih untuk DKI Jakarta input lingkungan terdiri dari berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan masalah tersebut diantaranya adalah Undang- undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, PP Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air, PP Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, PP Nomor 38 Tahun 2007 dan Permen PU Nomor 20 Tahun 2006 tentang KNSP-SPAM dan kebijakan pemerintah, pemerintah daerah serta input lingkungan lainnya yang dapat mempengaruhi sistem pengelolaan air bersih. Langkah berikutnya adalah menformulasikan struktur model kebijakan pengelolaan air baku lintas wilayah, adalah: 1 merumuskan batasan model dengan asumsi-asumsi, 2 mengkonstruksi diagram lingkar sebab-akibat causal loop , 3 menyusun struktur model, dan 4 mengimplementasikan model dengan menggunakan software Powersim. Asumsi yang digunakan dalam formulasi model kebijakan pengelolaan air baku lintas wilayah studi kasus pemenuhan air bersih untuk DKI Jakarta adalah: 1. Keterkaitan antar sektor dilihat berdasarkan aspek ekonomi, ekologi dan sosial serta kelembagaan. 2. Nilai produksi diperoleh dari jumlah produksi PAM Jaya 2009. 3. Komponen yang digunakandianalisis dalam setiap causal loop adalah sektor- sektor yang dianalisis sebelumnya. Hal ini untuk menjaga konsistensi terhadap proses analisis. 4. Tingkat pertumbuhan rate didasarkan atas tingkat pertumbuhan neto setiap tahun. 5. Pengaruh dinamika pertumbuhan ekonomi tidak diperhitungkan. 6. Nilai laju dan level disesuaikan dengan ketersediaan data pendukung. Untuk memahami struktur dan perilaku sistem yang akan membantu dalam pembentukan model dinamika kuantitatif formal digunakan diagram sebab akibat causal loop dan diagram alir flow diagram. Diagram sebab akibat dibuat dengan cara menentukan variabel penyebab yang signifikan dalam sistem dan menghubungkannya dengan menggunakan garis panah ke variabel akibat, dan garis panah tersebut dapat berlaku dua arah jika kedua variabel saling mempengaruhi.

7.2 Model Dinamik Pengelolaan air baku lintas wilayah

Pengembangan model dinamik meliputi a sub model pendudk b sub model kebutuhan air c sub model suplai dan distribusi air d sub model ekonomi yang didasarkan hasil analisis ism, mds dan analisa konten dan analisis supply demand . Simulasi dilakukan selama periode waktu 20 tahun dimulai tahun 2012 s.d. 2032, skenario modelnya adalah: 1 Kebutuhan air bersih per orang hari 150 liter, pertumbuhan industri 2, hotel dan wisata 2, sosial 1, dan cakupan layanan 60 penduduk DKI Jakarta. 2 Kebutuhan air bersih per oranghari 150 liter, pertumbuhan industri 0,009, pertumbuhan hotel dan wisata 1, sosial 1, cakupan layanan penduduk 80. 3 Asumsi pertumbuhan penduduk 1.35 sesuai dengan rata-tata pertumbuhan penduduk selama delapan tahun terakhir. wilayah. Sub sistem sosial yang terkait dengan dinamika kependuduk. Kehidupan sosial masyarakat Jakarta memberikan pengaruh yang besar terhadap kebutuhan air. Ibukota negara dengan pusat pertumbuhan ekonomi memberikan dampak kesejateraaan kepada masyarakat Jakarta walau tingkat pemerataannya masih timpang. Tingkat kesejahteraan yang tidak merata tersebut juga memberikan pengaruh terhadap konsumsi air. Namun dari rata-rata penduduk Jakarta diasumsikan kebutuhan air per orang adalah antara 80 liter sampai 150 liter perhari. Adanya pembangunan kota DKI yang begitu pesat, DKI menjadi daya tarik tersendiri bagi pendatang baru. Pertumbuhan penduduk DKI rata-rata berkisar antar 1,25 sampai 1,45 selama sepuluh tahun terakir ini, dan pertumbuhan penduduk tersebut telah dihitung antara imigrasi dan emigrasi, kelahiran dan kematiannya.