Analisis Sistem Dinamik MODEL KEBIJAKAN PENGELOLAAN AIR BAKU

menerus berkurang. Air hujan yang tanpa dikelolah akan mengalir terus kelaut tanpa dapat dimanfaatkan, menteri pekerjaan umum menyatakan air hujan yang tidak dapat dimanfaatkan mengalir ke laut tanpa terserap tanah sebesar 91. Air hujan, air bawah tanah, air sungai dan danau dapat dimanfaatkan untuk bahan baku air minum, namun harus dikelolah terlebih dahulu. Keberadaan air hujan sangatlah penting, disamping akan mengalir ke sungai, ke sawah untuk kesuburan tanaman, ke kebun untuk kesuburan tanah, dan juga terserap ke tanah dan menjadi air bawah tanah. Banyaknya permukiman, mengakibatkan air minum menjadi masalah yang sangat penting atau akan menjadi masalah jika tanpa dikelolah dengan baik. Dengan banyaknya penduduk maka kebutuhan air minum meningkat. Disisi lain kepadatan penduduk, membuat resapan air hujan ke dalam tanah sangat berkurang, karena lahan terpakai untuk pemukiman, jalan, dan sarana lain. Padatnya lingkungan, sungai yang mengalir di dekat permukiman penduduk tercemar oleh limbah rumah tangga baik limbah cair maupun limbah padat sekalian itu juga tercemar oleh limbah isdustri baik industri besar maupun industri rumah tangga. Sedangkan air sungai menjadi bahan baku air bersih untuk PAM Jaya. Sumber air di daerah hulu, dimana terkenal dengan sumber air yang bersih dan sejuk tanpa polusi, akir-akir ini juga menjadi masalah karena sudah berkurang, dengan dijadikannya daerah tangkapan air menjadi permukiman, vila, dan tempat industri pariwisata seperti hotel dan restauran. Dalam rangka mengatasi hal hal tersebut di atas baik masalah banjir dan air minum diperlukan kebijakan nasional dan juga kebijakan yang bersifat regional. Khususnya masalah air bersih yang sangat tergantung dari air baku, maka perlu kebijakan regional tentang air bersih. Di DKI Jakarta, pasokan air baku untuk air bersih banyak tergantung dari Jawa Barat khususnya Bogor. Berdasarkan hal tersebut perlu kebijakan regional antara Pemda DKI Jakarta, dan Pemda Bogor, bahkan jika perlu dengan Pemda Jabar karena ada beberapa sungai yang mengalir dari daerah Waduk Jatiluhur Purwakarta ke DKI Jakarta. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 39. Gambar 39. Sub model kebutuhan air baku DKI Jakarta Keterangan: Olaju_kebutuhan domestik = laju kebutuhan air domestik Okeb_domestik =kebutuhan air domestik Odistribusi =distribusi Okeb_htl-wst =kebutuhan air hotel dan wisata Olaju_keb-wst =laju kebutuhan hotel dan wisata Oke_industri-komsl =kebutuhan industri dan komersil Olaju_industri-komsl =laju industri dan komersil Of_keb_indt_komsl =fraksi kebutuhan industri dan komersil Okeb_sosial =kebutuhan sosial Olaju_keb_sosial =laju kekbutuhan sosial Of_keb_sosial =fraksi kebutuhan sosial

7.2.3 Sub Model Suplai air baku dan Distribusi Air bersih

Kebutuhan air untuk penduduk DKI Jakarta dan kebutuhan non domestik yaitu untuk industri, mall-mall, rumah sakit dan kantor serta univertas dan sekolah disuplai dari PAM Jaya dan air tanah. Air dari PAM Jaya dibagi menjadi dua operator swasta yaitu wilayah barat oleh PT.Palyja dan wilayah timur oleh PT.Aetra dengan air bakunya disuplai oleh PJT II Sungai Citarum serta ditambah dengan air curah dari Cengkareng dan Sungai Cisadane PDAM Tangerang. Untuk mencukupi kebutuhan air bersih yang selama ini masih mengalami kekurangan bahkan mengalami krisis air bersih, maka dilakukan skenario kebijakan pengelolaan air bersih lintas wilayah untuk memenuhi kebutuhan DKI Jakarta. Beberapa kebijakan tersebut antara lain yaitu dengan mengurangi tingkat kebocoran, program hemat air melalui program 3R serta pemanfaatan secara maksimal sungai yang ada di DKI Jakarta 13 Sungai lainnya. Untuk lebih jelasnya sub-model suplai air dapat dilihat pada Gambar 40. Gambar 40. Sub model suplai air baku dan distribusi air bersih DKI Jakarta