Penggunaan Air Tanah untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih

4.4.2 Rencana Pemenuhan Gap

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih yang selama ini masih kurang gap maka perlu dilakukan upaya pemanfaatan sumber lain melalui kerjasama lintas wialayah. Kerjasama lintas wilayah tersebut tetap mengikuti kebijakan nasional atau aturan yang berlaku saat ini era otonomi daerah. Kerjasama lintas wilayah dalam pengelolaan air baku untuk pemenuhan air bersih DKI Jakarta mengacu kepada beberapa peraturan perundang-undangan seperti Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan peraturan dibawahnya PP No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air, PP Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah, PP Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan SPAM serta Permen PU No. 18PRTM2007 tentang Penyenggaraan SPAM , Permen PU Nomor 20PRTM2006 tentanng KNSP-SPAM. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan peraturan dibawahnya yaitu PP Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Antara Pemerintahan Daerah Propinsi, Pemerintah Daerah KabupatenKota . Untuk pemenuhan kebutuhan air bersih DKI Jakarta saat ini masih mengandalkan pasokan air baku dari PJT II Sungai Citarum dan dari air curah pembelian dari PAM Tangerang Sungai Cisadane serta air curah dari Mata Air Ciburial. Untuk memenuhi gap kebutuhan air bersih yang cukup besar , misalnya tahun 2009 sebesar 205.373.193 m 3 dan pada tahun 2010 mengalami gap kekurangan pasokan air bersih sebesar 281.050.524 m3 dan akan mengalami peningkatan terus mnerus seiringi peningkatan jumlah penduduk, maka diperlukan suatu terobosan baru yaitu dengan melakukan perbagai upaya antara lain: 1. Mencari sumber lain selain dari yang telah ada saat ini yaitu 13 sungai lainnya yang mengalir di DKI Jakarta. Pemanfaatan 13 sungai lainnya untuk air baku air bersih, perlu dibarengi dengan perbaikan kondisi sungai baik di hulu dan di hilir dengan melakukan kerjasama lintas wilayah. Kerjasama lintas wilayah tersebut perlu dilakukan untuk menjaga kestabilan debit air dan menjamin pasokan air baku untuk air bersih baik kuantitas maupun kualitas. Kerjasama dapat dilakukan dengan Kabupaten Tangerang, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi maupun kerjasama dengan Propinsi Jabar secara lebih luas. 2. Mencari sumber lain dari mata air yang belum dimanfaatkan oleh Pemda Bogor. Berdasarkan analisa potensi sumber air di Kabupaten Bogor cukup besar baik dari sumber mata air maupun dari sungai yang mengalir di Wilayah Bogor serta Sungai Lintas Propinsi yang melalui Kabupaten Bogor maupun potensi sumur bor yang belum dimanfaatkan oleh Kabupaten Bogor. 3. Pemanfaatan Banjir Kanal Tikur BKT. Pemanfaatan BKT untuk sumber air baku air bersih dengan membangun Instalasi Pengelolahan Air IPA yang baru. 4. Mengurangi tingkat kebocoran air bersih. Untuk dapat mengurangi tingkat kebocoran air bersih baik kebocoran administrasi, kebocoran meteran, kehilangan karena pencurian serta kebocoran pada pipa distribusi perlu dilakukan suatu perbaikan pipa distribusi dan pengawasan serta penegakan hukum. Perbaikan pipa distribusi yang rusak dan pipa distribusi yang berumur di atas 15 tahun diperlukan dalam rangka mengurangi tingkat kebocoran air bersih yang cukup besar yaitu hingga 40.. 5. Mengurangi tingkat kehilangan air baku dari PJT II dengan membangun pipa dalam tanah. Dengan membangun pipa dalam tanah sepanjang kurang lebih 87 KM tersebut maka akan menjaga kuantitas dan kualitas pasokan air baku untuk air bersih dari LPJT II. 6. Memanfaatkan air laut untuk keperluan air bersih dengan teknologi modern. Pemanfaatan air laut untuk keperluan air bersih telah dicoba di daerah Bali dan hasilnya cukup baik untuk mencukupi kebutuhan air bersih. 7. Peningkatan alokasi dana dari Pemda DKI untuk pemenuhan kebutuhan air bersih dan juga alokasi dana untuk pembayaran jasa lingkungan paymen environment service dari pemda DKI kepada pemda pemberi manfaat air bersih pasokan air baku untuk air bersih.

4.4.3 Kebijakan Air Tanah

Kebijakan air tanah sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomo 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah, pada Pasal 5 ayat 1 Kebijakan pengelolaan air tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ditujukan sebagai arahan konservasi air tanah, pendayagunaan air tanah, pengendalaian daya rusak air tanah, dan sistem informasi air tanah yang disusun dengan memprihatikan kondisi air tanah setempat. Pada ayat 2 Kebijakan pengelolaan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disusun dan ditetapkan secara integrasi dalam kebijakan pengelolaan sumber daya air. Jadi kebijakan pengelolaan air tanah tidak terpisah dengan kebijakan pengelolaan sumber daya air bahkan terintegrasi dengan kebijakan pengelolaan sumber daya air, yaitu Undang-undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan PP No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air . Kebijakan tentang pengelolaan sumber daya air dijabarkan lebih lanjut kedalam kebijakan teknis pengelolaan air tanah. Kebijakan teknis pengelolaan air tanah terdiri dari : a. Kebijakan teknis pengelolaan air tanah nasional; b. Kebijakan teknis pengelolaan air tanah provinsi; dan c. Kebijakan teknis pengelolaan air tanah kabupatenkota. Kebijakan teknis pengelolaan air tanah nasional disusun oleh Menteri dengan mengacu pada kebijakan nasioanl sumber daya air. Gubernur menyusun dan menetapkan kebijakan teknis pengelolaan air tanah provinsi dengan mengacu pada kebijakan tanah nasional. Sedangkan bupatiwalikota menyusun dan menetapkan kebijakan teknis pengelolaan air tanah kabupatenkota dengan mengacu kepada kebijakan teknis pengelolaan air tanahd provinsi. Pada PP Nomor 43 tahun 2008 Pasal 18 ayat 1 pengelolaan air tanah diselenggarakan berlandaskan pada strategi pelaksanaan pengeloaan air tanah dengan prinsip keseimbangan antara upaya konservasi dan pendayagunaan air tanah. Pada ayat 2 Pengelolaan air tanah meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan konservasi air tanah dan pengendalian daya rusak air tanah. Rencana pengelolaan air tanah melaui tahapan inventarisasi air tanah, penetapan zona konservasi air tanah dan penyusunan dan penetapan rencana pengelolaan air tanah. Sedangkan pemantauan pelaksanaan pengelolaan air tanah dilakukan melalui pengamatan, pencatatan, perekeman, pemeriksaan laporan dan atau peninjauan secara langsung. Pemantauan pelaksanaan pengelolaan air tanah dilakukan secara berkala sesuai kebutuhan. Menteri, gubernur, dan bupatiwalikota berkewajiban melaksanakan pemantauan pelaksanaan pengelolaan air tanah dan dapat pula menugaskan pihak lain. Pemanfaatan air tanah di DKI Jakarta sudah melampaui ambang batas, yaitu sudah melampui 50 dari kapasitas atau cadangan air tanah dalam yaitu 77 juta m3. Pemanfaatan air tanah dalam oleh industri dan perhotelan serta komersil pada tahun 2005 mencapai 23 juta m 3 dan pada tahun 2011 sudah mencapi angka 70 juta m 3 . Kenaikan penakaian air tanah dalam yang cukup besar tersebut disebabkan oleh kenaikan jumlah penduduk, kenaikan jumlah mal-mal dan hotel serta industri disisi lain pasokan air bersih tidak mengalami kenaikan yang berarti. Pemerintah DKI Jakarta telah melakukan pemantauan air tanah dengan mengukur dan merekan kedudukan muka air tanah; memeriksa sifat fisika, kandungan unsur kimia, biologi atau radioaktif dalam air tanah; mencacat jumlah volume air tanah yang dipakai atau diusahakan; dan atau mengukur dan merekam perubahan lingkungan air tanah seperti amblesan tanah. Hasil pemantauan Pemda DKI tahun 2009 menunjukan bahwa pemakaian air tanah dalam telah mengakibatkan penuranan muka air tanah dan amblesan tanah. Pemakaian air tanah dangkal oleh sumur penduduk, sebagaian besar telah tercemar bakteri coli dan detergen. Pemakaian air tanah dalam yang begitu besar tanpa dibarengi dengan konservasi air, telah mengakibatkan penurunan permukaan tanah akibat menurunnya muka air tanah . Penurunan permukaan tanah terjadi di daerah Jakarta khususnya daerah Kalideres, Kota, Harmoni dan Thamrin, penurunan permukaan tanah bahkan telah mencapai 10 cm setiap tahunnya. Selain mengakibatkan penurunan permukaan tanah, pemakaian air tanah dalam secara berlebihan telah mengakibatkan instrusi air laut bahkan diperkirakan pada tanhu 2025 instrusi air laut akan mencapai daerah semanggi Jakarta Selatan. Melihat kondisi penggunaan atau eksploitasi air tanah dalam dan air tanah dangkal yang begitu besar , maka perlu dilakukan kebijakan pengendalian penggunaan air tanah. Kebijakan pengendalian penggunaan air tanah dapat dilakukan dengan cara ; a. Menjaga keseimbangan antara pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah. b. Menerapkan perizinan dalam penggunaan air tanah; c. Membatasi penggunaan air tanah dengan tetap mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari; d. Mengatur lokasi dan kedalaman penyadapan akuifer; e. Mengatur jarak antara sumur pengeboran atau penggalian air tanah; f. Mengatur kedalaman pengeboran atau pengendalian air tanah; dan g. Menerapkan tarif progresif dalam penggunaan air tanah sesuai dengan tingkat konsums Untuk mengurangi penggunaan air tanah Pemda DKI Jakarta berencana mengeluarkan kebijakan peningkatan tarif dan bersifat progresif penggunaan air tanah dan peningkatan pajak air tanah . Hal tersebut dimaksudkan agar pemanfaatan air tanah dapat dilakukan secara efisiensi dan terkendali. Pemerintah DKI Jakarta akan melakukan pengetatan ijin penggunaan air tanah dalam. Maka jika memungkinkan akan melakukan evaluasi terhadap pemakaain air tanah dalam pada tahun-tahun kedepan. 5.1 pem dim kele keb DK 5. dip ber Gam Gam Analisis Di Analisis menuhan ke mensi ekolo embagaan berlanjutan p KI Jakarta dig .1.1 Dimens Analisis m eroleh nilai rlanjut atau k mbar 22 beri mbar 22. RA AN imensional keberlanju butuhan air ogi, dimens serta dime pengelolaan guakan alat a si Ekologi multi atribut 48,75. Ha kurang berla ikut ini. AP dimensi e B NALISIS KE utan pengel r bersih DK si ekonomi ensi infrast air baku li analisis rapf t tehadap dim al ini meng anjut nilai k ekologi peng

BAB V EBERLANJ

lolaan air KI Jakarta m , dimensi truktur dan intas wilaya fish. mensi ekolog gandung arti kurang dari gelolaan air JUTAN baku linta mencakup em sosial, dim n teknolog ah untuk pem gi dengan m i bahwa sec 50. Hal ter baku lintas w as wilayah mpat dimen mensi huku gi. Untuk menuhan air menggunakan cara ekologi rsebut namp wilayah h untuk nsi yaitu um dan menilai r bersih n rapfish i belum pak pada