Perpres No. 12 Tahun 2008 tentang Dewan Sumberdaya Air

maka urusan pemerintahan tersebut menjadi kewenangan pemerintahan daerah kabupatenkota. Sedangkan apabila dampaknya bersifat lintas kabupatenkota danatauregional maka urusan pemerintahan itu menjadi kewenangan pemerintah provinsi, dan apabila dampaknya bersifat lintas provinsi danatau nasional, maka urusan itu menjadi kewenangan Pemerintah. Pasal 12 ayat 1 menjelaskan bahwa urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan. Urusan pemerintah yang dilimpahkan kepda Gubernur disertai dengan pendanaan sesuai dengan urusan yang didekonsentrasikan. Pasal 13 urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi merupakan urusan dalam skala privinsi yang meliputi penangan kesehatan, penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten kota, penyediaan sarana dan prasarana umum, pengendalian lingkungan hidup dan peyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yanb belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten dan kota. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Pasal 14 menempatkan urusan penyediaan prasarana dan sarana umum serta pelayanan dasar bagi masyarakat di kabupatenkota sebagai “urusan wajib pemerintah kabupatenkota”. Tentunya lingkup atau pengertian dan urusan penyediaan prasarana dan sarana umum serta pelayanan dasar bagi masyarakat di kabupaten kota tersebut mencakup pula penyediaan air minum bagi masyarakat. Pembangunan sarana dan prasarana terkait air bersih selain menjadi kewenangan pemerintah pusat juga menjadi kewenangan pemerintah provinsi serta kewenangan pemerintah daerah. Namun perhatian yang besar terdahap sektor air minum ini belum diimbangi dengan perhatian yang besar terhadap sektor sanitasi yang mencakup limbah domestik dan persampahan. Penduduk yang memiliki akses kepada jamban yang aman baru 48,52 BPS 2000 dan yang dilayani sistem perpipaan baru mencapai 2,33 di 11 kota, itu pun sebagian besar belum memenuhi standar kualitas yang ditentulan. Sisanya yang sebagian besar lagi membuang limbahnya tanpa pengolahan ke lingkungan, terutama ke badan-badan airah. Hubungan antara pemerintah daerah dalam bidang pelayanan umum dituangkan pada pasal 16 ayat 1-3. Pada pasal 16 ayat 2 hubungan dalam bidang pelayanan umum antar pemerintahan daerah meliputi kerjasama antar pemerintahan daerah dalam penyelenggaran pelayanan umum dan pengelolaan perizinan bersama bidang pelayanan umum. Lebih lanjut pada pasal 17 ayat 1 dijelaskan hubungan dalam bidang pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara Pemerintah dan pemerintah daerah meliputi kewengangan, tanggung jawab, pemanfaatan, pemeliharaan, pengendalian dampak budi daya, dan pelestarian, bagi hasil atas pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya, dan penyerasian lingkungan dan tata ruang serta rehabilitasi lahan. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ditindak lanjuti dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten dan Kota. PP Nomor 38 Tahun 2007 terdiri dari 9 bab dan 23 pasal. Pada pasal 19 ayat 1 dinyatakan bahwa khusus untuk Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta rincian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupatenkota secara otomatis menjadi kewenangan provinsi.

8.2 Kerjasama Lintas Wilayah Berbasis Otonomi Daerah

Untuk memenuhi kebutuhan air DKI Jakarta perlu dilakukan kerjasama lintas wilayah, karena kebutuhan air besih DKI Jakarta disupali dari luar DKI Jakarta. Sedangkan sungai-sungai pensuplai air ke DKI Jakarta merupakan sungai dengan kategori lintas provinsi dan Sungai Wilayah Strategis Nasional Permen PU No.11APRTM2006. Kerjasama pengelolaan air bersih lintas wilayah dalam rangka pemenuhan air bersih DKI Jakarta dilakukan agar keberlanjutan pemenuhan air bersih tercapai baik dari segi kualitas, kuantitas maupun kontinuitas. Bentuk kerjasama lintas wilayah tersebut mengacu kepada PP 38 tahun 2007 maupun mengacu kepada PP 42 tahun 2008 serta peraturan turunannya yaitu Permen PU No.11APRTM2006. Peraturan Pemerintah RI No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air pasal 12 menjelaskan; a rancangan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam kabupatenkota disusun dengan memperhatikan kebijakan pengelolaan SDA pada tingkat kabupatenkota yang bersangkutan b rancangan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupatenkota disusun dengan memperhatikan kebijakan pengelolaan SDA pada tingkat kabupatenkota. c rancangan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi disusun dengan memperhatikan kebijakan pengelolaan SDA pada tingkat provisi yang bersangkutan. d rancangan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas negara dan wilayah sungai strategi nasional disusun dengan memperhatikan kebijakan nasional SDA dan kebijakan pengelolaan SDA pada tingkat povinsi dankabupatenkota yang bersangkutan. Pola pengelolaan sumber daya air dirumuskan oleh wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi setelah dikonsultasikan dengan para gubernur yang bersangkutan diserahkan kepada Mentri untuk ditetapkan sebagai pola pengelolaan sumber daya air wilayah sungai lintas provinsi. Sedangkan pola sumber daya air pada wilayah sungai lintas negera dirumuskan oleh Dewan Sumber Daya Air Nasional untuk dilakukan konsultasi publik dengan instansi teknis dan unsur masyarakat terkait dengan mengikut sertakan bupatiwalikota dan gubernur yang bersangkutan, mentri yang membidangi pertahanan, dan mentri yang membidangi hubungan luar negeri dan hasilnya disampaikan oleh unit teknis yang membidangi SDA kepada Mentri untuk ditetapkan sebagai pola pengelolaan sumber daya air wilayah sungai lintas negara. Bersasarkan kebijakan sebagaimana tersebut di atas, Pemerintah DKI Jakarta dapat melakukan kerjasama dengan Pemda lain seperti Provinsi Jabar dan Provinsi Banten serta dapat pula melakukan kerjasama langsung dengan Pemda KabupatenKota Bogor, Tangerang dan Bekas dengan melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan pemerintah provinsi masing-masing, sesuai dengan PP No. 38 Tahun 2007 pasal 19 ayat 1 Khusus Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta rincian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupatenkota sebagaimana tertuang dalam PP ini secara otomatis menjadi kewenangan provinsi DKI Jakarta. Kerjasama yang bersifat lintas wilayah tersebut tidak terbatas dalam pemanfaatan sungai untuk sumber air baku, namun termasuk dalam pengelolaan sungai termasuk didalamnya kegiatan konservasi. Bentuk kerjasama pengelolaan air bersih lintas wilayah adalah pendanaan konservasi melalui mekanisme role sharing dari daerah pemanfaat air DKI Jakarta kepada daerah pensuplai air dengan besaran berapa air yang dapat diterima oleh DKI dari daerah tersebut. Kontribusi pendanaan konservasi air untuk wilayah hulu dan tengah DAS tersebut biasa disebut dengan pembayaran jasa lingkungan atau payment environtment servise PES. Agar kebijakan kerjasama lintas wilayah memiliki payung hukum yang tetap dan kuat, sebaiknya ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pekerjaan Umum atas nama Pemerintah Pusat.

8.3 Pengelolaan air baku untuk air bersih DKI Jakarta

Untuk meningkatkan pelayanan air bersih, pemda DKI Jakarta melakukan kerjasama dengan pihak swasta. Perjanjian kerjasama dimaksudkan untuk meningkatkan produksi, distribusi, pengelolaan dan kemampuan teknologi. Surat perjanjian yang ditandatangani oleh kedua belah pihak tersebut disaksikan dan disetujui oleh Gubernur DKI Jakarta. Surat perjanjian setebal 245 halaman memuat secaca rinci dan detail tentang makna atau definisi-definisi 41 halaman yang harus dibaca dengan cermat dan teliti karena berisi definisi yang complicated dan penuh dengan makna yang mengambang. Kerjasama tersebut dilakukan dilakukan sejak 1997 dengan beberapa kali perubahan surat perjanjian. Perjanjian kerjasama pertama kali ditanda tangani oleh kedua belah pihak pada tanggal 6 Juni 1997 yang kemudian diubah dengan perubahan terhadap perjanjian kerjasama pada tanggal 28 Januari 1998 dan diubah kembali dengan perjanjian kerjasama tertanggal 22 Oktober 2001. Perjanjian kerjasama antara pemda DKI Jakarta yang diwakili oleh PAM Jaya dengan pihak PT.Palyja dan PT.Aetra, dengan pembagian wilayah timur Jakarta dengan pihak PT.Thames PAM Jays dan wilayah barat Jakarta dengan pihak PT. Palyja. PT. Palyja berkantor di daerah Pejompongan dengan wilayah operasi di wilayah barat sedangkan PT. Aetra wilayah operasinya mulai dari Kalimalang sampai dengan Pulogadong, peta wilayah kerjasama dengan swasta dapat dilihat pada Gambar 49. Gambar 49. Intake building PT. Aetra Air Jakarta PAM JAYA di Kalimalang JakTim . Gambar 50 . Peta proyek kerjasama air bersih di DKI Jakarta Dalam perjanjian tersebut pihak kedua melakukan penagihan rekening air kepada pelanggan, melakukan pengoperasian fasilitas-fasiltas produksi dan distribusi air bersih dan air minum. Pembangunan aset baru akan dibangun