dan menghambat pertumbuhan mikro organisme. Suhu maksimum yang diperkenankan adalah ± 3 C Permenkes Nomor 492 Tahun 2010.
• Tidak mengandung zat padatan Air mengandung zat padatan yang terapung di dalam air. Padatan total residu
adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu APHA, 1976. Residu dianggap sebagai
kandungan total bahan terlarut dan tersuspensi dalam air. Selama penentuan residu ini, sebagian besar bikarbonat yang merupakan anion utama di perairan
telah mengalami transformasi menjadi karbondioksida, sehingga karbondioksida dan gas-gas lain yang menghilang pada saat pemanasan tidak
tercakup dalam nilai padatan total Boyd, 1988. Padatan tersuspensi total Total Suspended Solid atau TSS adalah bahan-bahan tersuspensi diameter
1 µm yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 µm. TTS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama
disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawah ke badan air Effendi, 2003. Padatan terlarut total Total Dissolved Solid atau TDS adalah
bahan-bahan terlarut diameter , 10
-6
mm dan koloid diameter 10
-6
mm-10
-3
mm yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan–bahan lain, yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0,45 µm Rao, 1992. Air laut
memiliki nilai TDS yang tinggi karena banyak mengandung senyawa kimia, yang juga mengakibatkan tingginya nilai salinitas dan daya hantar listrik
Effendi, 2003.
2.4.2.2 Persyaratan Kimia
Kandungan zat atau mineral yang bermanfaat dan tidak mengandung zat beracun.
• pH derajat keasaman Penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air pada umumnya
disebabkan gas oksida yang larut dalam air terutama karbondioksida. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada penyimpangan standar
kualitas air minum dalam hal pH yang lebih kecil 6,5 dan lebih besar dari 9,2
akan tetapi dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang sangat mengganggu kesehatan.
• Kesadahan Kesadahan ada dua macam yaitu kesadahan sementara dan kesadahan
nonkarbonat permanen. Kesadahan sementara akibat keberadaan Kalsium dan Magnesium bikarbonat yang dihilangkan dengan memanaskan air hingga
mendidih atau menambahkan kapur dalam air. Kesadahan nonkarbonat permanen disebabkan oleh sulfat dan karbonat, chlorida dan nitrat dari
magnesium dan kalsium disamping besi dan alumunium. Konsentrasi kalsium dalam air minum yang lebih rendah dari 75 mgl dapat menyebabkan penyakit
tulang rapuh, sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi dari 200 mgl dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air. Dalam jumlah yang lebih kecil
magnesium dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan tulang, akan tetapi dalam jumlah yang lebih besar 150 mgl dapat menyebabkan rasa mual.
• Besi Air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning dan menyebabkan
rasa logam besi dalam air, serta menimbulkan korosi pada bahan yang terbuat dari metal. Besi merupakan salah satu unsur yang merupakan hasil pelapukan
batuan induk yang banyak ditemukan diperairan umum. Batas maksimal yang terkandung didalam air adalah 1,0 mgl.
• Aluminium Batas maksimal aluminium yang boleh terkandung di dalam air menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2001 yaitu 0,2 mgl. Air yang mengandung banyak aluminium menyebabkan rasa yang tidak enak apabila
dikonsumsi. • Zat organik
Larutan zat organik yang bersifat kompleks ini dapat berupa unsur hara makanan maupun sumber energi lainnya bagi flora dan fauna yang hidup di
perairan • Sulfat
Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat mengakibatkan kerak air yang keras pada alat merebus air panci ketel selain mengakibatkan bau dan
korosi pada pipa. Hal ini sering dihubungkan dengan penanganan dan pengolahan air bekas.
• Nitrat dan nitrit Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah dan tanaman. Nitrat
dapat terjadi baik dari NO
2
atmosfer maupun dari pupuk-pupuk yang digunakan dan dari oksidasi NO
2
oleh bakteri dari kelompok nitrobacteri. Jumlah nitrat yang lebih besar dalam usus cenderung untuk berubah menjadi
Nitrit yang dapat bereaksi langsung dengan hemoglobine dalam darah membentuk methaemoglobine yang dapat menghalangi perjalanan oksigen di
dalam tubuh. Adeyemo et al. 2008, Hassan et al. 2008, dan Nwankwoala et al.
2009, hasil penelitiannya memperlihatkan bahwa kadar nitrat pada musim hujan lebih tinggi dari musim kemarau, karena air hujan dapat
membilas deposit nitrat yang terdapat pada permukaan tanah, namun kadar nitrat juga dapat menurun secara drastis jika terjadi musim hujan
berkepanjangan. tingginya kadar nitrat pada musim hujan mungkin juga disebabkan meningkatnya kadar DO, sebaliknya penurunan kadar nitrat pada
musim kemarau mungkin akibat penyerapan oleh fitoplankton Hassan et al. 2008.
Menurut Adeyemo et al. 2003, kandungan fosfat dan nitrat yang tinggi dalam perairan dapat menyebabkan eutrofokasi yakni meningkatkan
pertumbuhan alga dan menurunkan kandungan oksigen terlarut dalam air. Senyawa fosfat di perairan dapat berasal dari sumber alami seperti erosi
tanah, buangan dari hewan, dan lapukan tumbuhan dan dari limbah industri, limbah pertanian, dan limbah domestik. Sedangkan Adedokun et al. 2008,
yang menyatakan bahwa keberadaan ion posfat dalam air sungai disebabkan oleh pelepasan limbah pertanian ke dalam sungai dan atau penggunaan aditif
posfat dalam formulasi deterjen Na
5
P
3
O
10
yang masuk ke dalam badan air melalui produksi limbah cair industri, domestikperkotaan dan atau dari
industri pakaian dan pencelupan warna.