Interpretative Structural Modeling ISM
Pendekatan berpikir sistem system thinking akan memberikan informasi yang lebih baik bagi pengelola atau pemegang kebijakan untuk mempelajari
kompleksitas. Metode berpikir sistem juga menyediakan pengetahuan tentang sebuah mekanisme untuk membantu pengelola sumber daya dan pemegang
kebijakan dalam mempelajari hubungan sebab dan akibat dari proses yang berlangsung, mengidentifikasi permasalahan utama, dan mendefinisikan tujuan
yang ingin dicapai Gao et al., 2003. Oleh karenanya maka pendekatan sistem tepat dipakai untuk membuat model pengelolaan sumber daya alam, seperti
sumber daya air yang memerlukan pengembangan konsep yang bersifat interdisiplin dan interaktif. Menurut Eriyatno 1999 permodelan sistem juga
merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah kebijakan.
Sistem adalah perangkat elemen-elemen yang saling berhubungan atau berkaitan yang diorganisir untuk mencapai tujuan atau seperangkat tujuan
Mantsch dan Park, 1976. Menurut Djojomartono 1993, sistem adalah suatu gugus atau kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi dan terorganisir untuk
mencapai tujuan. Menurut Eriyatno 1998, sistem adalah totalitas himpunan elemen-elemen yang mempunyai struktur dalam nilai posisional serta dimensional
terutama dimensi ruang dan waktu, dalam upaya mencapai gugus tujuan goals. Metodologi sistem dibagi dua yaitu hard system metodology HSM seperti teknik
operasional riset dan sistem dinamik; serta soft system metodology SSM. Riset kebijakan sebaiknya digunakan teknik-teknik dari SSM, namun sering juga
dimanfaatkan kehandalan sistem dinamik dari HSM untuk analisis sebab-akibat. Adapun yang dimaksud dengan analisis sistem adalah serangkaian teknik
yang mencoba untuk: a mengindentifikasi sifat-sifat makro dari suatu sistem, yang merupakan perwujudan karena adanya interaksi di dalam dan di antara sub
sistem; b menjelaskan interaksi atau proses-proses yang berpengaruh terhadap sistem secara keseluruhan sebagai akibat adanya masukan; c menduga apa yang
mungkin terjadi pada sistem bila beberapa faktor yang ada dalam sistem perubah Patten, 1972.
Elemen dari sistem adalah unsur entity yang mempunyai tujuan dan realitas fisik. Pola hubungan antara dua atau lebih elemen menentukan struktur
sistem. Oleh karena itu pendekatan kesisteman selalu mengutamakan kajian tentang struktur sistem, baik bersifat penjelasan maupun sebagai dukungan
kebijakan. Sistem dinamik dititikberatkan pada analisis struktur sistem yang selanjutnya dipetakan secara nyata. Sistem dinamik dilakukan dalam rangka
mencari permodelan dengan perangkat lunak powersim atau stela construction. Dipilihnya sistem dinamik karena sistem dinamik memiliki sifat yang lebih
terbuka, sehingga pengembangan dan penyempurnaannya relatif lebih mudah dilakukan.
Menurut Soerianegara 1978 jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, maka penelitian dengan menggunakan sistem atau simulasi
mempunyai banyak kelebihan, antara lain: a dapat melalukan eksperimental terhadap suatu sistem atau ekosistem tanpa harus menganggu atau mengadakan
perlakuan terhadap sistem yang diteliti, b dapat digunakan untuk menciptakan suatu sistem yang diduga akan lebih baik dari keadaan sistem sesungguhnya yang
diteliti, c dapat digunakan pada keadaan dimana eksperimen tak dapat dilakukan, d dapat melakukan penelitian yang bersifat multidisiplin dan
terintergrasi yang seringkali tidak mungkin dilakukan dalam keadaan sebenarnya, e dari segi efisiensi dan kelayakan, analisis sistem dapat dilakukan dalam waktu
singkat, dengan biaya yang murah dan dengan hasil yang meyakinkan. Menurut Eriyatno 1999, metodologi sistem pada prinsipnya melalui enam
tahapan analisis sebelum tahap sintesa rekayasa yaitu: a analisis kebutuhan, b identifikasi sistem c formulasi masalah d pembentukan alternatif sistem, e
determinasi dari realisasi fisik, sosial dan politik dan f penentuan kelayakan ekonomi dan keuangan. Jadi penelitian yang berorientasi pada tujuan, maka
penelitian tersebut sebaikannya menggunakan pendekatan sistem untuk menganalisa kumpulan pada beberapa sub-model. Tahapan yang dilakukan adalah
a analisis kebutuhan, b formulasi masalah, c identifikasi sistem dan d permodelan. Pada analisis sistem dilakukan penentuan informasi yang terperinci
dan dilakukan setahap demi setahap yang dimulai dari analisa kebutuhan, formulasi permasalahan, identifikasi sistem dan seterusnya .
Penyederhanaan atau abstraksi dari sistem yang sebenarnya dikenal dengan istilah model. Oleh karena itu maka model dapat dikatakan sebagai contoh
sederhana dari sistem dan menyerupai sifat-sifat sistem yang dipertimbangkan tetapi tidak sama dengan sistem. Menurut Hardjomidjojo 2007 model
merupakan representasi atau penyederhanaan dari sistem yang sebenarnya. Selanjutnya dikatakan bahwa melalui permodelan akan dapat dilakukan analisis
perubahan setiap komponen yang terdapat dalam sistem tersebut. Selain itu juga akan dapat memprediksi kemungkinan yang terjadi sebagai akibat perubahan
sistem, serta akan dapat menentukan tindakan pengelolaan yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Mize dan Cox 1968 mendefinisikan
model sebagai gambaran abstrak dari suatu sistem, yang menunjukkan hubungan sebab-akibat antara beberapa variabel.
Menurut Hairiah et al. 2002 model dikembangkan dengan tujuan untuk studi tingkah laku sistem, yang dilakukan melalui analisis rinci terhadap
komponen atau unsur dan proses interaksinya antara yang satu dengan yang lainnya dalam suatu sistem. Menurut Muhammadi et al. 2001 model adalah
suatu bentuk yang dibuat untuk menirukan suatu gejala atau proses. Model dikelompokkan menjadi model kuantitatif, model kualitatif dan model ikonik.
Model kuantitatif adalah model berbentuk rumus matematik, statistik atau komputer. Model kualitatif adalah model yang berbentuk gambar, diagram atau
matrik yang menyatakan hubungan antar unsur. Model ikonik adalah model yang mempunyai bentuk fisik yang menirukan bentuk aslinya, dalam skala diperkecil
atau diperbesar.
Gambar 12. Tahapan analisis sistem ,Mantech et al. 1977diolah.
ya ya
ya ANALISIS
KEBUTUHAN
ABSAH LENGKAP
PERSYARATAN KEBUTUHAN
FORMULASI PERMASALAHAN
CUKUP IDENTIFIKASI
SISTEM DIAGRAM
LINGKAR SEBAB AKIBAT DIAGRAM
KOTAK GELAP LENGKAP ?
INPUT – OUTPUT
REKAYASA AWAL MODEL
OK ?
DIAGRAM ALIR DESKRIPTIF
tidak
tidak tidak
tidak KEBUTUHAN
DASAR
Implementasi ISM
Stop
Kaitan antara model dengan sumber daya alam adalah sebagai berikut. Pada dasarnya sistem sumber daya alam bersifat kompleks dan dinamis, oleh karena itu
maka dalam menganalisis sistem sumber daya alam yang bersifat kompleks dan dinamis idealnya dilakukan pendekatan yang bersifat kolaborasi lintas disiplin
sehingga dapat menciptakan hubungan antara ilmu pengetahuan sumber daya alam, manajemen, dan kebijakan. Adapun alat yang digunakan idealnya juga
menggunakan alat yang bersifat dinamis seperti permodelan sistem. Hal ini sesuai dengan pendapat Soerianegara 1978 yang mengatakan bahwa ada berbagai
kelebihan yang akan didapatkan jika kita menggunakan model dalam penelitian sumberdaya alam dan lingkungan. Kelebihan tersebut antara lain adalah: 1
memungkinkan penelitian yang bersifat multidisiplin dengan ruang lingkup yang lebih luas, 2 dapat digunakan untuk menentukan bentuk kebijakan pengelolaan
yang tepat sesuai dengan macam perbaikan yang diperlukan, dan 3 sebagai alat bantu dalam pemecahan masalah lingkungan tanpa harus melakukan eksperimen
yang seringkali membutuhkan biaya besar dan waktu lama.
Gambar 13. Diagram kotak gelap Eriyatno, 1999
INPUT LINGKUNGAN
INPUT TAK
TERKENDALI OUTPUT
YANG DIKEHENDAKI
INPUT TERKENDALI
MODEL
OUTPUT YANG
TIDAK DIKEHENDAKI
MANAJEMEN PENGENDALIAN
Diagram kotak gelap atau juga dikenal dengan diagram input output di atas menjelaskan bahwa input terdiri dari input lingkungan yang dapat berupa aturan
terkait permasalahan, input terkendali dan input tak terkendali. Semua input tersebut akan mempengaruhi model. Model tersebut menghasilkan output yang
terdiri dari output yang dikehendaki dan output yang tidak dikehendaki dan untuk output yang tidak dikehendaki diperlukan manajemen pengendalian, sehingga
diolah menjadi input terkendali.
Regulasi
Analisa Kebijakan
Analisa MDS
Implikasi Kebijakan
• Setting Agenda
Analisis Sistem