Kerjasama Lintas Wilayah Berbasis Otonomi Daerah

Juga perlunya revisi Perda 111993 yang sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini. Kerjasama PAM Jaya DENGAN PALYJA tahun 2008, Seperti diberitakan sebelumnya, salah satu operator pelayanan air bersih Jakarta, Palyja nilai yang tertahan sejak Agustus 2010 hingga Oktober 2011 mencapai 10 hingga 15 dari pendapatan Palyja atau total Rp.163,4 milyar. Cash retention tersebut berasal dari para pelanggan yang menunggak pembayaran pada periode tententu termasuk. Untuk penggunaan dana dari rekening tersebut harus ada tanda tangan kedua belah pihak yakni operator dan PAM Jaya. Yang terjadi saat ini. Palyja sebagai opeator tak dapat mencairkan cash tetention karena PAM Jaya tak menyetujui. PAM Jaya dinilai menahan uang dari pelanggan. Alasan PAM Jaya, sepeti dikemukakan Mauritz, Palyja tak memiliki bukti klaim pelanggan yang menunggak dan besaran klaim yang tidak sesuai kenyataan, PAM Jaya juga tidak mengetahui kapan dana yang ada di rekening bersama mulai terisi. Palyja meminta pembayaran Rp. 7200 per meter kubik. Sementara pelanggan mereka yang menunggak itu hanya membayar tagihan air sebesar Rp. 1.050 per meter kubik. Darimana dana PAM Jaya menanggulangi selisih itu?” kata Mauritz. Terkait dengan bukti klaim cash retention, Manager Komunikasi Palyja Meyritha Maryani mengatakan, mereka memilikinya. Bahkan, sambung dia, PAM Jaya juga memiliki bukti-bukti klaim yang sama. Selain penahanan cash retention, hambatan lain yang harus segera diselesaikan adalah water charge yang tidak pernah diperbarui sejak semester I tahun 2010 sehingga membuat tingginya shortfall . Persoalan lainnya, sumber air yang tidak bertambah sejak awal kerja sama sehingga menyulitkan operator. Ketua komisi B bidang perekonomian DPRD Jakarta, Selamet Nurdin mengatakan, restrukturisasi kesepakatan antara PAM Jaya dengan dua operatornya yakni PT.Aetra dan PT. Palyja sudah mendesak. Selambat-lambatnya reskonstruksi itu dilaksanakan pada 2012 mendatang. Pada 2012 mendatang merupakan saat yang tepat untuk merestrukturisasi utang PAM Jaya.

8.4 Implikasi Kebijakan Kerjasama Lintas Wilayah

Berdasarkan verifikasi yang dilakukan, perlu disusun strategi untuk memperkuat sistem yang telah disusun guna meningkatkan kinerja sistem dalam mencapai tujuan. Perlu dilakukan suatu setting agenda dalam mengimplikasikan kebijakan sebelum kebijakan itu diterapkan secara luas di masyarakat. Kebijakan pengelolaan air lintas wilayah secara terpadu, holistik yang mengkaitkan antara kualitas dan kuantitas serta berbasis OTDA, perlu memperhatikan kesetaraan kepentingan daerah baik daerah hilir selaku pemanfaat air maupun daerah hulu. Untuk itu perlu dipikirkan suatu imbalan dari pihak pemanfaat kepada daerah hulu, imbalan tersebut bisa dinamakan jasa lingkungan PES yang dipergunakan untuk budget konservasi air atau perbaikan lingkungan yang di hulu. Iuran atau pendanan tersebut belum banyak dibahas dalam peraturan perundang-udangan yang ada, walau telah banyak peraturan perundang-udangan yang membahas konservasi namun tidak ada satupun peraturan baik undang-undang sampai kepada peraturan pelaksana yang mengatur masalah dana atau pendanaan konservasi air dan pembayaran jasa lingkungan.

8.4.1 Setting agenda kebijakan menuju DKI berketahanan air bersih

Suatu kebijakan akan lebih mudah untuk diimplementasi jika telah jelas tahapan pencapaiannya dan pembagian tugas role sharing. Pencapaian target dapat dituangkan dalam setting agenda sedangakan penetapan setting agenda serta role sharing mengacu peraturan perundang-undangan yang ada dan juga mempertimbangkan target MDGs serta mengkaitkan hasil beberapa analisis sebelumnya seperti identifikasi DAS terkait supply demand, identifikasi dukungan kebijakan, analisis ISM, MDS dan juga Sistem Dinamik SD. Keterkaitan beberapa komponen kebijakan Tabel 49. Tabel 49 Keterkaitan komponen kebijakan dalam model dinamik Atribut sensitif hasil analisis MDS Analisis Sistem Dinamik Analisa das terkait supply deman Driver power dependen hasil analisis ISM Dukungan kebijakan Banjir, Kekeringan, , BKT, 13 sungai, Desalinasi, Citarum, Ciliwung, Cisadane wilayah sungai lintas propinsi yang memiliki potensi yang besar dan menjadi kewenangan pemerrintah pusat Pemerintah Pusat, Suplai air bersih Kebutuhan air tinggi UU No.322004, PP 382007Perpres No.122008 Perment PU No. 11aPRTM2006 Pement PU No. 18PRTM2007, PermentPU No.21PRTM2006 UU No.322004, PP 382007, PP 422008 Perpres 122008 Kualitas air bersih Pipanisasi Citarum, Kualitas air, Terhindar dari penyakit, jumlah limbah, PP 822001, Permen Kes Keberadaan lembaga keuangan, Kapasitas lembaga pengelola air PES Citarum, Ciliwung, Cisadane jumlah limbah, UU No. 7 2004 UU No.322004, UU No.322009 PP 382007, PP 42 2008 Partisipasi masyarakat dalam program prokasi 13 sungai, program 3 R, Citarum, Ciliwung, dll. Suplai air bersih, Kebutuhan air tinggi Perment PU No. 11aPRTM2006 pembayaran rek. air, PAD Dana otda, Harga air tinggi, UU No.322004, PP 382007 Perment PU No. 11aPRTM2006 Dengan mengacu pada hasil analisis MDS atribut yang sensitif dan analisis ISM elemen pendorong, analisis supply demand dan DAS terkait, analisis kebijakan terkait pengelolaan air bersih, serta hasil dari analisis sistem dinamik, maka kebijakan pengelolaan air bersih lintas wilayah untuk pemenuhan air bersih DKI Jakarta dapat ditetapkan dalam suatu rencana berupa target waktu dalam setting agenda kebijakan sebagaimana nampak pada Tabel 50 berikut ini.