Analisis Sistem TINJAUAN PUSTAKA

Regulasi Analisa Kebijakan Analisa MDS Implikasi Kebijakan • Setting Agenda Analisis Sistem Dinamik Analisis ISM Rekomendasi Kebijakan Ketersediaan Ketersediaan Kebutuhan Analisa Supply Demand

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penyusunan model pengelolaan air bersih berkelanjutan yang berbasis otonomi daerah dilakukan dengan melakukan identifikasi kebijakan yang ada baik yang terkait dengan otonomi daerah maupun undang-undang tentang pengelolaan sumber daya air . Di wilayah DKI dilakukan analisis kebutuhan dan analisis ketersediaan air bersih dengan maksud untuk mengetahui kecukupan antara ”supply-demand” yang diperlukan. Analisis sistem dinamik dilakukan untuk melihat keberlanjutan dan pengelolaan ”supply-demand” tersebut dengan memperhatikan keberlanjutan dalam otonomi daerah. Secara sistematik rancangan penelitian dan hubungan berbagai analisis tersebut di atas, dapat dilihat pada Gambar 14 berikut. Gambar 14. Alur rancangan penelitian 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah wilayah DKI yang dilayani oleh perusahaan daerah air minum PAM Provinsi DKI Jakarta dan wilayah hulunya, yaitu daerah aliran sungai DAS yang menjadi sumber air baku untuk DKI Jakarta. Pengambilan sampel air bersih dilakukan di lima titik yaitu di Jakarta Cengkareng, di Daerah Pangeran Jayakarta Jakarta Pusat, Pulogadung Jakarta Timur, dan Kantor Kementerian PU, di Daerah Blok M Jakarta Selatan. Gambar 15. Peta lokasi penelitian DKI Jakarta

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 14 bulan yakni Juli 2010 sampai dengan Agustus 2011, yang meliputi persiapan penelitian, pengumpulan data, analisis data, serta penyusunan disertasi termasuk pelaksanaan kolokium, sidang komisi, seminar dan ujian serta perbaikan dan penggandaan disertasi.

3.3 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data penyediaan air, data pemakaian air, data peta distribusi air, baik yang ada di Waduk Juanda maupun di PDAM DKI Jakarta. Selain itu juga memanfaatkan data kualitas air dan data sekunder lainnya seperti data sosial ekonomi, jumlah penduduk serta data kebijakan pembangunan daerah. Pengumpulan data primer, menggunakan kuesioner yang diambil pada lokasi penelitian. 3.4 Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis dan Sumber Data Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara melakukan survei lapangan lokasi penelitian, wawancara dan pengisian kuesioner. Data sekunder diperoleh dengan cara mencari dari berbagai sumber, seperti penelitian terdahulu, hasil studi pustaka, laporan serta beberapa dokumen PAM dan Instansi lain yang terkait seperti Pemda Provinsi DKI, PAM Jaya, PAM Bogor, PT.Palyja, Ditjen Cipta Karya, Balai Wilayah Sungai Cilicis Departemen Pekerjaan Umum dan Perum Jasa Tirta II dan instansi terkait lainnya. Pengambilan data sekunder yang mendukung penelitian diuraikan sebagai berikut:

3.4.1.1 Data Fisik

Data fisik yang berasal dari PAM Jayaa, DAS Cisadane, DAS Ciliwung, DAS Citarum, PT. Jasa Tirta II, Ditjen SDA dan Ditjen Cipta Karya. Adapun data tersebut berhubungan dengan sumber air baku, kebutuhan air bersih dan suplai air bersih yang meliputi: a Data kondisi eksisting pelayanan air bersih, suplai air baku dan sumber air baku. b Data biaya yang dikeluarkan oleh PAM, baik biaya tetap maupun biaya variabel. c Data kualitas dan kuantitas air bersih. Data permintaan atau kebutuhan air bersih DKI Jakarta

3.4.1.2 Data kebijakan nasional dan regulasi daerah

Data kebijakan daerah yang terkait dengan alokasi air termasuk rencana pengelolaan air di daerah. Data tentang kebijakan tersebut meliputi: a Data penyediaan air. b Data alokasi air ke depan. c Data regulasi yang terkait dengan pembagian kewenangan pusat dan daerah. d Data tentang regulasi yang terkait sumber daya air, kualitas airpencemaran air

3.4.1.3 Data Sosial Ekonomi

Data sosial ekonomi misalnya jumlah penduduk, pendidikan, kondisi sosial perekonomian serta rencana pengembangan ekonomi daerah.

3.4.2 Penentuan Responden dan Pengambilan Contoh

Responden dipilih dari stakeholder baik dari pemerintah dan para pakar. Stakeholder yang mewakili pemerintah adalah Sekretariat Jenderal Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat Pengembangan Air Minum Ditjend Cipta Karya, Balai Wilayah Sungai Cilicis Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementrian Pekerjaan Umum, PAM JAYA dan mitra PT. Palyja dan PT. Aetra, PAM Kabupaten Bogor. Pemilihan para pakar dilakukan secara sengaja atau secara proposive sampling .

3.5 Analisis Penelitian

Pada penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan cara dibuat tabulasi dan penampilan yang sesuai selanjutnya dibahas dengan membandingkan pada masa yang lalu dan kondisi yang seharusnya terjadi. Kondisi yang sama juga dilakukan pada data tentang dukungan kebijakan pada pengelolaan sumberdaya air di era otonomi daerah, data kuantitas dan kualitas sumberdaya air di DAS Citarum setelah memasuki otonomi daerah serta keterkaitan keduanya dan data tentang pengelolaan sumberdaya air lintas wilayah. Sedangkan data hirarki permasalahan yang terkait dengan pengelolaan air lintas wilayah dianalisis dengan menggunakan model ISM interpretative structure modelling dan disain model kebijakan pengelolaan air lintas wilayah yang bersifat holistik dan berkelanjutan pada era otonomi daerah dibuat melalui sistem dinamik. Adapun tahapan analisis sebagaimana digambarkan pada alur rancangan penelitian meliputi hal-hal berikut: a. Identifikasi kebijakan Identifikasi kebijakan terutama kebijakan yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air termasuk air bersih, baik undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, keputusan presiden, keputusan menteri sampai keputusan gubernur. b. Otonomi daerah. Mengkaji tentang peraturan yang berkaitan dengan pembagian wewenang antara pemerintah pusat dan daerah terkait pengelolaan air. c. Analisis kebutuhan dan ketersediaan air Pada penelitian ini akan melibatkan sejumlah stakeholders yang memiliki berbagai kepentingan terhadap penelitian ini. Adapun para stakeholder tersebut diantaranya: 1 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. 2 Pengambil keputusan di PAM Jaya. 3 Pengambil keputusan pada Perusahaan Jasa Tirta Waduk Juanda. 4 Perusahaan swasta mitra PAM Jaya PT.Palyja dan PT.Aetra. 5 Masyarakat yaitu masyarakat pengguna jasa PAM Jaya. 6 Lembaga swadaya masyarakat LSM yaitu kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan.

3.5.1 Analisis MDS

Analisis keberlanjutan Model Pengelolaan Air baku Lintas Wilayah berkelanjutan di Wilayah DKI Jakarta dilakukan dengan metode pendekatan Multi Dimensional Scaling MDS. Analisis ini dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain: • Penentuan atribut berlanjutan Pengelolaan Air baku Lintas Lintas Wilayah yang mencakup lima dimensi yaitu: ekologi, ekonomi, sosial, Infrastukturteknologi serta Hukum dan klembagaan. • Penilaian setiap Atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan setiap dimensi. • Penyusunan indeks dan status keberlanjutan. Setiap atribut pada masing-masing dimensi diberikan skor berdasarkan Scientific judgment dari pembuat skor. Rentang skor berkisar antara 0-3 atau tergantung pada keadaan masing-masing atribut, yang diartikan mulai dari yang buruk sampai dengan baik. Hasil skor dari setiap atribut dianalisis dengan multi dimensional. Untuk menentukan satu atau beberapa titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan pengembangan pengelolaan berlanjutan yang dikaji relative terhadap dua titik acuan yaitu titik baik good dan titik buruk bad. Skor definitifnya adalah nilai modus, yang dianalisis untuk menentukan titik-titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan system yang dikaji relative terhadap titik baik dan buruk dengan teknik ordinasi statistic MDS. Skor perkiraan setiap dimensi dinyatakan dengan skala terburuk bad 0 sampai yang terbaik good 100. Adapun nilai skor yang merupakan nilai indeks berlanjutan setiap dimensi dapat dilihat pada table 6 berikut ini. Tabel 6 Baku Kategori status Pengelolaan Air Lintas Wilayah DKI Jakarta Nilai Indeks Kategori 0,00-0,25,00 Buruk tidak berlanjutan 25,01-50,00 Kurang Kurang erlanjutan 50,01-75,00 Cukup cukup berlanjutan 75,01-100,00 Baik sangat berlanjutan Melauli metode MDS, maka posisi titik berlanjutan dapat divisualisasikan melalui sumbu horizontal dan sumbu vertikall. Dengan proses rotasi, maka posisi titik dapat divisualisaikan pada sumbu horizontal dengan nilai indeks berlanjutan diberi nilai skor 0 buruk hingga 100 baik. Ilustrasi hasil ordinasi nilai indeks keberlanjutan terlihat pada pada gambar 16 berikut: Buruk Baik 0 25 50 75 100 Gambar 16 Ilustrasi Nilai Indeks keberlanjutan dalam Skala Ordinasi Selain itu nilai indeks keberlanjutan setiap dimensi dapat divisualisasikan dalam bentuk diagram layang-layang kite diagram terlihat pada gambar 17 berikut: Ekologi Kelembagaan Infrastruktur,Teknologi Ekonomi Sosial Gambar 17 Ilustrasi Indeks Keberlanjutan Setiap Dimensi Analisis untuk melihat atribut yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap indeks keberlanjutan maka dilakukan analisis sensivitas dengan melihat bentuk perubahan Root Mean Square RMS ordinasi pada sumbu X. Semakin besar peubahan nilai RMS, maka sensitive atribut tersebut. Analisis-analisis yang dilakukan tersebut akan terdapat pengaruh galat yang dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kesalahan dalam pembuatan skor, kesalahan pemahaman terhadap atribut atau kondisi lokasi penelitian, variasi akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti, proses analisis MDS yang berulang-ulang,kesalahan pemasukan data atau terdapat data yang hilang, dan tingginya nilai stress nilai stress dapat diterima jika 25 Kavanagh, 2001 dalam Budiharsono, 2007. Sehingga dalam mengevaluasi pengaruh galat pada pendugaan nilai ordinasi akan digunakan analisis Monte Carlo. Gambar 18 Elemen proses aplikasi Raffish pendekatan MDS menurut Alder dalam Fauzi, 2005 Analisis multy dimesional scaling dapat digunakan untuk menganalisis hubungan interdependen atau saling ketergantungan antar varibel atau data. Tujuan dari analisis MDS adalah membuat peta atau konfigurasi posisi objek dalam ruang berdimensi rendah umumnya dua dimensi berdasarkan data jarak antar objek atau data perubah ganda yang sebenarnya diubah dulu menjadi matriks jarak. Kegunaan analisis MDS mendapatkan posisi relatif suatu objek dibandingkan dengan obyek lain serta melakukan penggerombolan objek.

3.5.2 Analisis ISM

Interpretatif structural modelling atau sering disingkat dengan ISM adalah metoda yang dapat membantu mengidentifikasi hubungan antara gagasanide dan struktur penentu dalam sebuah masalah yang kompleks. Menurut Marimin 2004 teknik permodelan ISM digunakan untuk merumuskan alternatif kebijakan dimasa yang akan datang. Tahapan dalam melakukan ISM Eriyatno, 2003 adalah: penyusunan hierarki, klasifikasi sub-elemen dengan analisis matrik Start Identifikasi dan Pendefinisian Atribut didasarkan pada criteria yang Konsisten Gambaran Umum Skoring mengkonstruksi reference point untuk good dan bad serta anchor Multidimensional Scaling Ordination untuk setiap atribut Simulasi Montecarlo Analisis Ketidakpastian Analisis Leverage Analisis Anomali Analisis Keberlanjutan Asses