218 Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa:
a. Antara motivasi belajar siswa yang tinggi dan sedang diperoleh DK={ F
.i-.j
F
.i-.j
q – 1F
0,05;2,241
} = { F
.i-.j
F
.i-.j
6,00} dan F
.1-.2
= 50,5690 sehingga F
obs
F
tabel
maka H ditolak. Berarti ada perbedaan rerata yang signifikan
antara siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dan sedang. b. Antara motivasi belajar siswa yang tinggi dan rendah diperoleh DK={ F
.i-.j
F
.i-.j
q – 1F
0,05;2,241
} = { F
.i-.j
F
.i-.j
6,00} dan F
.1-.3
= 111,8206 sehingga F
obs
F
tabel
maka H ditolak. Berarti ada perbedaan rerata yang signifikan
antara siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dan rendah. c. Antara motivasi belajar siswa yang sedang dan rendah diperoleh DK={ F
.i-.j
F
.i-.j
q – 1F
0,05;2,241
} = { F
.i-.j
F
.i-.j
6,00} dan F
.2-.3
= 40,7240 sehingga F
obs
F
tabel
maka H ditolak. Berarti ada perbedaan rerata yang signifikan
antara siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah.
F. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil pengujian hipotesis di atas, dapat dikemukakan pembahasan mengenai
hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan interprestasi data hasil tes prestasi belajar matematika sebagai berikut:
1. Hipotesis pertama Dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dengan metode
scheffe diperoleh F
hitung
= 6,1239 3,840 =F
0,05;1;241
. Hal ini berarti terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada pokok bahasan menghitung
keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya
219 dalam pemecahan masalah ditinjau dari perbedaan penggunaan model
pembelajaran. Sehingga didapat kesimpulan bahwa terdapat beda rerata antara prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran matematika
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan direct
instruction berbantuan komputer. Ditinjau dari rata-rata prestasi belajar siswa pada pokok bahasan
menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah ternyata bahwa siswa yang
mengikuti pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memperoleh nilai rata-rata 67,24 sedangkan siswa
yang mengikuti pembelajaran matematika dengan direct instruction berbantuan komputer memperoleh nilai rata-rata 64,03.
Secara umum dapat diketahui bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran matematika menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw
memperoleh prestasi belajar matematika lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan direct
instruction berbantuan komputer. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan prestasi belajar
matematika yang lebih baik. Ditinjau dari proses belajar mengajar dikelas, siswa yang
mengikuti pembelajaran matematika kooperatif tipe Jigsaw lebih aktif dalam membahas materi, menyelesaikan tugas dan aktif dalam berdiskusi
220 kelompok. Pada saat pembahasan materi, siswa yang kurang mampu
dibantu oleh teman dalam satu kelompok materi sama yang merasa mampu menjelaskan sehingga terjadi suasana berdiskusi yang aktif dan
menyenangkan. Demikian juga dalam pembahasan contoh dan latihan soal, siswa yang berkemampuan sedang dan rendah dibantu oleh teman
dalam satu kelompok yang berkemampuan tinggi dan siswa yang kurang mampu tidak malu bertanya pada temannya dalam satu kelompok.
Sedangkan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model direct instruction berbatuan komputer, awal pembelajaran sangat antusias
dan tertarik dengan penggunaan komputer sebagi media pembelajaran, tetapi lama kelamaan ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan.
Pada saat materi telah selesai dijelaskan, dan guru bertanya tentang materi yang belum jelas ternyata tidak ada siswa yang bertanya, dikarenakan
malu atau takut bertanya. Dalam pembahasan contoh dan soal latihan siswa bekerja sendiri-sendiri, bagi siswa yang berkemampuan tinggi lebih
cepat menyelesaikan soal latihan, tetapi bagi siswa yang berkemampuan rendah sulit untuk menyelesaikan soal latihan yang diberikan. Dan dalam
hal ini tidak ada kerja sama atau saling membantu antar siswa untuk memahami materi atau soal latihan.
2. Hipotesis Kedua Dari analisi variansi dua jalan dengan sel tak sama dengan metode
scheffe diperoleh F
hitung
= 72,9893 3,000 =F
0,05;2;241
. Hal ini berarti terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada pokok bahasan menghitung
221 keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya
dalam pemecahan masalah ditinjau dari motivasi belajar siswa tinggi, sedang dan rendah. Dari hasil uji komparasi ganda diperoleh F
.1-.2
= 50,5690 6,00 = 2F
0.05;2,241
, F
.1-.3
= 111,8206 6,00 = 2F
0,05;2,241
dan F
.2-.3
= 40.7240 6,00 = 2F
0,05;2,241
maka prestasi belajar matematika antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi lebih baik dibanding siswa dengan motivasi
sedang, siswa
yang mempunyai
motivasi tinggi
prestasi belajar
matematikanya lebih baik dibanding siswa dengan motivasi rendah serta siswa yang mempunyai motivasi sedang prestasi belajar matematikanya lebih baik
dibanding siswa dengan motivasi rendah. 3. Hipotesis ketiga
Dari analisis varisansi dua jalan dengan sel tak sama pada faktor interaksi AB antara baris dan kolom terhadap prestasi belajar, diperoleh
harga statistik uji F
hitung
= 1,9572 3,000 = F
0,05;2;241
maka H
0AB
tidak ditolak. Hal ini berarti tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan motivasi
belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah. Hal ini berarti jika diperhatikan dari rataan marginalnya ada perbedaan prestasi belajar siswa
pada pokok bahasan menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah ditinjau dari
penggunaan model pembelajaran dan tingkat motivasi belajar siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa yang mengikuti
222 pembelajaran model kooperatif tipe Jigsaw lebih baik dibanding prestasi
belajar siswa yang mengikuti pembelajaran model direct instruction berbantuan komputer pada siswa dengan motivasi tinggi.
4. Hipotesis keempat Dari analisis varisansi dua jalan dengan sel tak sama pada faktor
interaksi AB antara baris dan kolom terhadap prestasi belajar, diperoleh harga statistik uji F
hitung
= 1,9572 3,000 = F
0,05;2;241
maka H
0AB
tidak ditolak. Hal ini berarti tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan motivasi
belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah. Hal ini berarti jika diperhatikan dari rataan marginalnya ada perbedaan prestasi belajar siswa
pada pokok bahasan menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah ditinjau dari
penggunaan model pembelajaran dan tingkat motivasi belajar siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran model kooperatif tipe Jigsaw lebih baik dibanding prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran model direct instruction
berbantuan komputer pada siswa dengan motivasi sedang. 5. Hipotesis kelima
Dari analisis varisansi dua jalan dengan sel tak sama pada faktor interaksi AB antara baris dan kolom terhadap prestasi belajar, diperoleh
harga statistik uji F
hitung
= 1,9572 3,000 = F
0,05;2;241
maka H
0AB
tidak ditolak.
223 Hal ini berarti tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan motivasi
belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah. Hal ini berarti jika diperhatikan dari rataan marginalnya ada perbedaan prestasi belajar siswa
pada pokok bahasan menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah ditinjau dari
penggunaan model pembelajaran dan tingkat motivasi belajar siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran model kooperatif tipe Jigsaw lebih baik dibanding prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran model direct instruction
berbantuan komputer pada siswa dengan motivasi rendah.
224
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN