memodali usaha mereka, dan sebagiannya lagi mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat konsumtif. Selain itu, sebanyak 14 orang responden 29
persen menggunakan uang pinjaman sepenuhnya untuk memodali usaha ekonomi milik mereka sendiri, 12 orang responden menggunakan uang pinjaman untuk
memodali usaha suami atau saudara mereka 22 persen, dan sembilan orang responden 17 persen yang menggunakan uang pinjaman tersebut sepenuhnya
untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka yang bersifat konsumtif. Sedikitnya jumlah responden yang benar-benar menggunakan uang
pinjaman SPP PNPM untuk memodali usaha mereka sendiri, menunjukkan bahwa secara khusus sasaran dan tujuan dari pemberian pinjaman ini belum
sepenuhnya tercapai. Pada umumnya responden menggunakan uang pinjaman tersebut untuk memodali usaha suami mereka atau hanya sebagian yang mereka
gunakan untuk memodali usaha. Hal ini bisa berakibat pada ketidakmandirian responden tersebut dalam membantu perekonomian keluarga dan bisa juga
berakibat pada kesulitan responden untuk membayar cicilan pinjaman setiap bulannya jika pinjaman juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat
konsumtif. Berdasarkan pada pengamatan peneliti di lapangan, sebagian besar penyebab dari penunggakan yang dilakukan oleh anggota peserta pinjaman SPP
PNPM adalah uang pinjaman yang mereka dapatkan tidak sepenuhnya mereka gunakan untuk memodali usaha mereka sendiri.
7.2 Perilaku Responden dalam Mengikuti Program SPP PNPM di Desa
Gunung Menyan Perilaku responden yang dimaksudkan pada penelitian ini dilihat dari
ketepatan dalam pemanfaatan dana, kesesuaian jumlah cicilan pinjaman yang dibayar setiap bulan, serta ketepatan waktu pengembalian pinjaman setiap
bulannya. Berdasarkan data yang didapatkan di lapangan, perilaku responden terhadap Program SPP PNPM terbagi menjadi patuh apabila responden
menggunakan uang tersebut untuk memodali usaha mereka sendiri dan mengembalikan pinjaman dengan waktu dan jumlah yang sesuai dengan
ketetapan, sedang apabila responden menggunakan uang tersebut bukan untuk modal usahanya sendiri, tetapi membayar pinjaman dengan waktu dan jumlah
yang sesuai dengan ketetapan, dan tidak patuh apabila responden menggunakan
uang pinjaman tersebut bukan untuk modal usaha dan membayar pinjaman dengan waktu dan jumlah yang tidak sesuai dengan ketetapan. Gambaran
mengenai perilaku responden dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18. Perilaku Responden dalam Mengikuti Program SPP PNPM Mandiri
di Desa Gunung menyan n=52 Berdasarkan Gambar 18 di atas dapat disimpulkan bahwa responden yang
berperilaku tidak patuh lebih besar jumlahnya sebesar 46,2 persen daripada responden yang berperilaku patuh 25 persen. Sementara itu terdapat juga
responden yang berperilaku sedang sebesar 28,29 persen. Data yang didapatkan di lapangan menunjukkan bahwa responden yang berperilaku tidak patuh tersebut
pada umumnya tidak menggunakan uang pinjaman tersebut sebagai modal usaha, tetapi digunakan untuk memenuhi kebutuhan lain seperti untuk membayar biaya
sekolah anaknya, membayar cicilan kredit motor, untuk berobat, membangun rumah, dan untuk memenuhi kebutuhan lainnya yang membuat uang tersebut
tidak produktif. Oleh karena itulah mereka sulit mengembalikan pinjaman karena uang tersebut tidak digunakan untuk usaha. Selain itu, mereka membayar
pinjaman tidak tepat waktu sering menunggak dan terkadang mereka membayar pinjaman dengan jumlah seadanya tergantung jumlah uang yang mereka miliki.
Bahkan, beberapa responden yang tidak patuh tersebut beranggapan bahwa cicilan tidak harus dibayar setiap bulan, yang penting waktu akhir perguliran pinjaman
sudah lunas. Hal tersebut tentu tidak sesuai dengan ketentuan program yang mengharuskan anggota untuk membayar pinjaman setiap bulannya. Seperti yang
diungkapkan salah satu responden sebagai berikut :
10 20
30 40
50
Patuh Sedang
Tidak Patuh
25 28.29
46.2
Persentase Perilaku Perilaku Responden dalam Mengikuti Program SPP PNPM
‘ga papa nunggak juga teh. Yang penting bayarannya harus sudah lunas pas di akhir bulan perguliran’.
SHT, 28 tahun Sikap responden yang positif terhadap program tidak menjamin mereka
untuk berperilaku patuh. Hal ini sesuai dengan Pandjaitan 1998 yang menyatakan bahwa sikap tertentu belum tentu diikuti oleh tingkah laku yang
sesuai dengan sikap tersebut. Meskipun responden memiliki sikap yang positif, sebagian besar dari mereka masih saja berperilaku tidak patuh dalam mengikuti
program. Perilaku responden yang tidak patuh tersebut salah satunya juga disebabkan oleh adanya fenomena “distribusi tanggung jawab” diantara peserta
program, yaitu anggota kelompok tidak merasa khawatir jika melanggar aturan dan mereka berpikir perbuatan mereka yang melanggar aturan adalah tanggung
jawab semua anggota kelompok. Kemudian, masalah kemiskinan yang dihadapi juga menjadi penyebab dari perilaku peserta program yang tidak patuh. Ketika
mereka diberikan pinjaman dengan syarat yang mudah, mereka akan memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan tanpa memikirkan terlebih dahulu
pembayaran cicilan berikutnya, akibatnya pada saat pembayaran jatuh tempo mereka merasa kesulitan untuk membayar pinjaman tersebut.
Pendampingan yang intensif terhadap kelompok perlu dilakukan. Responden yang sebagian besar menghadapi masalah kemiskinan perlu dimotivasi
kearah pemanfaatan dana pinjaman secara benar. Selain itu, pendampingan terhadap kelompok juga dapat memotivasi peserta untuk memiliki rasa percaya
diri akan kemampuan untuk berusaha dan keluar dari masalah kemiskinan. Seperti yang dijelaskan pada Petunjuk Teknis Aturan Program, pendampingan dilakukan
untuk pengertian membantu dan menguatkan masyarakat agar dapat dan mampu mengembangkan diri untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan potensi yang
dimiliki. Beberapa responden yang berperilaku sedang menggunakan uang pinjaman
SPP PNPM sebagai modal usaha. Namun usaha yang mereka modali bukanlah usaha mereka sendiri, melainkan usaha milik suami atau saudara mereka. Jika
dilihat dari segi pemanfaatan, hal tersebut adalah tepat karena uang pinjaman SPP PNPM yang diberikan kepada mereka digunakan untuk memodali usaha. Tetapi,
jika dilihat dari segi pencapaian sasaran dan tujuan program hal itu tidaklah sesuai karena tidak memberikan kemandirian kepada responden tersebut. Akibatnya
responden tetap saja bergantung kepada pemberian dari suami atau saudara mereka. Sehingga tujuan khusus Program SPP PNPM yang berbunyi
“memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui pendanaan modal usaha, serta mendorong penguatan kelembagaan simpan
pinjam oleh kaum perempuan” tidak tercapai. Responden yang berperilaku sedang menggunakan uang pinjaman SPP
PNPM untuk membiayai usaha suami atau saudara ataupun sama sekali tidak menggunakan uang pinjaman sebagai modal usaha digunakan untuk memenuhi
kebutuhan yang sifatnya konsumtif. Namun pada hal ketepatan pembayaran cicilan, baik dari segi jumlah maupun waktu, responden tersebut selalu membayar
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
7.3 Hubungan Antara Representasi Sosial Program SPP PNPM terhadap