Intensitas Komunikasi Responden Peserta Program SPP PNPM

responden dari setiap tipe representasi cenderung memiliki tingkat partisipasi yang sama terhadap program. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hubungan antara tingkat partisipasi terhadap representasi sosial Program SPP PNPM pada kasus ini tidak memiliki pola hubungan yang jelas Gambar 14. Tidak terdapatnya hubungan antara tingkat partisipasi responden terhadap representasi sosial Program SPP PNPM disebabkan oleh cara responden dalam merepresentasikan program SPP PNPM. Mereka merepresentasikan program SPP PNPM dengan cara yang lebih didominasi oleh aspek emosional atau perasaan mereka dalam mengikuti program dan bukan karena partisipasi dalam mengikuti program. Jika mereka memiliki perasaan yang positif terhadap program, maka mereka cenderung akan merepresentasikan program secara lebih positif tipe II dan tipe IV. Sebaliknya, jika mereka memiliki perasaan yang cenderung negatif terhadap program, maka mereka juga akan cenderung merepresentasikan program secara negatif sebagian responden di tipe I dan tipe III.

6.2 Intensitas Komunikasi Responden dan Representasi Sosial Program

SPP PNPM Bagian ini membahas tentang intensitas komunikasi responden serta hubungan antara intensitas komunikasi responden dengan representasi sosial Program SPP PNPM.

6.2.1 Intensitas Komunikasi Responden Peserta Program SPP PNPM

Komunikasi responden mengenai Program SPP PNPM dilihat dari frekuensi berkomunikasi, baik dengan sesama anggota dalam satu kelompok, dengan anggota kelompok yang lain, ataupun dengan petugas pelaksana program desa setempat. Selain itu juga dilihat dari isi pesan yang mereka pertukarkan saat berkomunikasi, terutama mengenai program. Intensitas komunikasi responden yang menjadi anggota kelompok peserta program SPP PNPM di Desa Gunung Menyan adalah tinggi. Berdasarkan data yang didapatkan dilapangan diketahui bahwa responden yang memiliki intensitas komunikasi yang tinggi berjumlah 33 orang responden 65,38 persen, responden yang memiliki intensitas komunikasi yang sedang berjumlah 15 orang 28,85 persen, dan tiga orang responden memiliki intensitas komunikasi yang rendah 5,77 persen. Secara rinci, tingkat komunikasi dan interaksi responden mengenai Program SPP PNPM dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15. Intensitas Komunikasi Responden Mengenai Program SPP PNPM Mandiri Pedesaan n=52 Dapat disimpulkan bahwa rata-rata anggota peserta pinjaman tersebut memiliki komunikasi tinggi, baik kepada sesama peserta program maupun dengan petugas pelaksana program desa setempat. Responden yang memiliki tingkat komunikasi tinggi pada umumnya memiliki rumah yang berdekatan, sehingga mereka bertemu anggota yang lain setiap hari. Ketika peserta program tersebut bertemu satu sama lain, hal yang mereka bicarakan bermacam-macam, mulai dari percakapan sehari-hari tentang rumah tangga dan anak mereka sampai percakapan mengenai Program SPP PNPM. Jadi, mereka membicarakan Program SPP PNPM sambil “santai” atau tidak secara khusus. Bahkan, berdasarkan fakta yang ada di lapangan, dari tiga belas kelompok SPP PNPM di Desa Gunung Menyan, belum ada satu kelompok pun yang pernah mengadakan rapat setelah dana dicairkan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh SLT, 28 tahun sebgai berikut: ‘kita ga pernah rapat teh.. paling kalopun ngomongin masalah SPP PNPM yang ditanyain cuma “uda bayar atau belum” atau “buruan atuh bayar biar ga numpuk”. Itupun sambil gosip sore-sore sama ibu-ibu disini. Paling gitu aja teh. Yang namanya rapat gitu mah ga pernah’. SLT, 28 tahun Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan meskipun responden memiliki tingkat komunikasi dan interaksi yang tinggi, baik dengan sesama 20 40 60 80 Rendah Sedang Tinggi 5.77 28.85 65.38 Persentase Intensitas Komunikasi Intensitas Komunikasi Responden peserta program maupun dengan petugas pelaksana program desa setempat, tetapi mereka memiliki komunikasi tentang Program SPP PNPM yang kurang baik. Hal tersebut terlihat dari tidak adanya diskusi atau rapat rutin mengenai pelaksanaan Program SPP PNPM setelah dana dicairkan.

6.2.2 Hubungan Intensitas komunikasi Responden terhadap Representasi

Dokumen yang terkait

Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Tigalingga Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi

8 81 118

Fungsi Lembaga Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dalam Meningkatkan Ekonomi Rumah Tangga di Nagari Tanjuang Bonai Kecamatan Lintau Buo Utara Kabupaten Tanah Datar

1 65 117

Pengaruh Program Simpan Pinjam Perempuan Terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga ( Studi Kasus Pada PNPM-MP Kelompok SPP ) Di Desa Sinonoan Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal

2 61 114

Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Pada Koperasi Menurut PP No.9 Tahun 1995 (Studi Pada Koperasi Pegawai Negeri Guru SD Kec, Binjai Barat Di Kota Binjai)

0 30 154

Disfungsi Pelaksanaan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan

1 44 87

Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi

2 64 128

Efektivitas Pelaksanaan Program Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

5 58 146

Partisipasi perempuan dalam kegiatan simpan pinjam kelompok perempuan (SPP) (kasus PNPM Mandiri perdesaan di salah satu desa di kabupaten Banyumas)

0 5 181

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Dalam Meningkatkan Status Ekonomi Keluarga Miskin

4 69 162

KAJIAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELOMPOK SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP) PROGRAM PNPM MANDIRI DI DESA KEMAWI KECAMATAN SOMAGEDE KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 15