Mangga, Manggis dan Jambu Biji

dibandingkan dengan nilai RCA semangka Malaysia, semangka Indonesia memiliki daya saing yang lebih lemah. Tabel 16 Nilai RCA Semangka Indonesia dan Negara Pesaing di Pasar ASEAN Tahun 2007-2012. Tahun Negara Pesaing Indonesia Malaysia Singapura Thailand 2007 4.623 0.003 0.046 0.070 2008 4.479 0.001 0.063 0.476 2009 4.575 0.001 0.108 0.236 2010 5.103 0.001 0.061 0.017 2011 5.350 0.001 0.032 0.030 2012 4.791 0.002 0.020 0.136 Sumber : UNComtrade diolah, 2013 Nilai RCA semangka Indonesia yang paling tinggi berada pada tahun 2008 dan 2009. Hal ini dikarenakan pada tahun tersebut volume ekspor semangka Indonesia mencapai 95 000 kg yang merupakan volume ekspor semangka tertinggi pada periode 2007 - 2012. Jika dibandingkan dengan rata-rata ekspor semangka Malaysia yang mencapai 35 000 ton setiap tahunnya, ekspor semngka Indonesia masih sangat kecil. Selain Indonesia dan Malaysia, negara penghasil semangka di ASEAN adalah Singapura dan Thailand. Sama seperti Indonesia, nilai RCA kedua negara tersebut selalu kurang dari satu setiap tahunnya, sehingga memiliki daya saing yang lemah di pasar ASEAN. Tabel 17 Nilai AR Semangka Indonesia dan Negara Pesaing di Pasar ASEAN Tahun 2007-2012. No. Negara Produsen Nilai AR 1 Indonesia 0.154 2 Malaysia 0.720 3 Singapura 0.194 4 Thailand 0.180 Sumber : UNComtrade diolah, 2013 Hasil estimasi AR memiliki nilai yang lebih dari nol positif untuk semua negara produsen semangka di ASEAN, yang berarti keempat negara di atas memiliki kemampuan untuk merebut pasar semangka di ASEAN. Malaysia menjadi negara produsen semangka yang lebih memiliki kekuatan untuk merebut pasar dibandingkan dengan pesaingnya. Malaysia memang memiliki nilai AR yang paling tinggi, namun selisih dengan ketiga negara lainnya, termasuk Indonesia, tidak terlalu jauh sehingga keempat negara di atas memiliki peluang yang sama untuk merebut pasar semangka di ASEAN. Pasar yang cukup kompetitif ini disebabkan semangka memiliki nilai ekonomi tinggi sehingga banyak pihak mencoba untuk mengembangkannya. Beberapa kelebihan usahatani semangka diantaranya adalah umur produksi yang relatif singkat 70-80 hari, dapat dijadikan tanaman alternatif untuk sawah pada musim kemarau, serta mudah untuk dipraktekkan oleh para petani Rukmana 1994. Kelebihan semangka tersebut menjadikan komoditi ini laris untuk dikembangkan di negara- negara yang memiliki iklim tropis, seperti di Asia Tenggara. Tabel 18 Nilai ECI Semangka Indonesia dan Negara Pesaing di Pasar ASEAN Tahun 2007-2012. No. Negara Produsen Rata-Rata ECI 1 Indonesia 2.824 2 Malaysia 0.998 3 Singapura 1.422 4 Thailand 0.997 Sumber : UNComtrade diolah, 2013 Hasil estimasi ECI semangka Indonesia dan negara pesaing di pasar ASEAN pada tahun 2007 sampai 2012 menunjukkan angka yang fluktuatif setiap tahunnya, namun jika dilihat dari nilai rata-rata ECI, Indonesia memiliki tren daya saing yang meningkat. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2011 ke 2012, yaitu saat nilai ekspor semangka Indonesia meningkat dari 38 000 US pada tahun 2011 menjadi sebesar 169 000 US di tahun 2012. Nilai rata-rata ECI semangka Indonesia pada periode 2007 sampai 2012 memiliki nilai terbesar dibandingkan negara pesaingnya di ASEAN. Negara produsen semangka yang memiliki tren daya saing meningkat juga adalah Singapura. Sementara itu, Malaysia dan Thailand mengalami penurunan pangsa pasar. Meningkatnya tren daya saing semangka Indonesia ini diakibatkan oleh perkembangan produk hortikultura sebagai unggulan daerah dalam beberapa tahun terakhir. Banyuwangi contohnya. Kepala Distan Kabupaten Banyuwangi dalam Prasetyo 2013 menyebutkan bahwa hasil produksi semangka di Banyuwangi semakin meningkat dan menunjukkan perspektif baru bahwa perkembangan hortikultura tidak hanya terfokus pada peningkatan produksi, namun juga peningkatan mutu, daya saing, dan akses pasar.

6.1.4 Kentang

Nilai RCA kentang Indonesia yang diperoleh dari hasil estimasi memiliki nilai yang kurang dari satu dalam periode tahun 2007 hingga 2012, yang artinya kentang Indonesia kurang memiliki daya saing di pasar ASEAN dan kurang dapat dispesialisasi untuk dikembangkan lagi. Namun jika dilirik dari nilai ekspornya, sebenarnya nilai ekspor kentang Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun mulai dari 51 000 US pada tahun 2007 hingga menjadi 143 000 US pada tahun 2012. Tetapi laju pertumbuhan nilai ekspor kentang Indonesia lebih lambat dibandingkan pertumbuhan nilai ekspor kentang di ASEAN yang sangat cepat. Tabel 19 Nilai RCA Kentang Indonesia dan Negara Pesaing di Pasar ASEAN Tahun 2007-2012. Tahun Negara Pesaing Indonesia Malaysia Singapura 2007 2.773 0.791 0.519 2008 3.277 0.520 0.749 2009 3.444 0.457 0.450 2010 3.025 0.822 0.134 2011 2.538 0.559 0.278 2012 3.304 0.648 0.308 Sumber : UNComtrade diolah, 2013 Malaysia menjadi pengekspor kentang terbesar di ASEAN sehingga kentang Malaysia memiliki daya saing yang tinggi yang ditunjukkan dengan nilai RCA yang lebih dari satu, sementara kentang Indonesia memiliki nilai yang kurang dari satu sehingga tidak berdaya saing di pasar ASEAN. Kentang Indonesia sebenarnya memiliki potensi dan prospek yang baik untuk mendukung program diversifikasi dalam pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan Balista 2008, karena ekspor kentang Indonesia dapat lebih meningkat lagi. Namun menurut Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Jawa Barat dalam Khairi 2013, kecenderungan produksi kentang Indonesia merupakan kualitas konsumsi, belum mencapai pada kentang dengan kualitas ekspor. Hal ini