menunjukkan perspektif baru bahwa perkembangan hortikultura tidak hanya terfokus pada peningkatan produksi, namun juga peningkatan mutu, daya saing,
dan akses pasar.
6.1.4 Kentang
Nilai RCA kentang Indonesia yang diperoleh dari hasil estimasi memiliki nilai yang kurang dari satu dalam periode tahun 2007 hingga 2012, yang artinya
kentang Indonesia kurang memiliki daya saing di pasar ASEAN dan kurang dapat dispesialisasi untuk dikembangkan lagi. Namun jika dilirik dari nilai ekspornya,
sebenarnya nilai ekspor kentang Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun mulai dari 51 000 US pada tahun 2007 hingga menjadi 143 000 US pada tahun
2012. Tetapi laju pertumbuhan nilai ekspor kentang Indonesia lebih lambat dibandingkan pertumbuhan nilai ekspor kentang di ASEAN yang sangat cepat.
Tabel 19 Nilai RCA Kentang Indonesia dan Negara Pesaing di Pasar ASEAN Tahun 2007-2012.
Tahun Negara Pesaing
Indonesia Malaysia
Singapura 2007
2.773 0.791
0.519 2008
3.277 0.520
0.749 2009
3.444 0.457
0.450 2010
3.025 0.822
0.134 2011
2.538 0.559
0.278 2012
3.304 0.648
0.308
Sumber : UNComtrade diolah, 2013
Malaysia menjadi pengekspor kentang terbesar di ASEAN sehingga kentang Malaysia memiliki daya saing yang tinggi yang ditunjukkan dengan nilai
RCA yang lebih dari satu, sementara kentang Indonesia memiliki nilai yang kurang dari satu sehingga tidak berdaya saing di pasar ASEAN. Kentang
Indonesia sebenarnya memiliki potensi dan prospek yang baik untuk mendukung program diversifikasi dalam pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan
Balista 2008, karena ekspor kentang Indonesia dapat lebih meningkat lagi. Namun menurut Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Jawa Barat dalam
Khairi 2013, kecenderungan produksi kentang Indonesia merupakan kualitas konsumsi, belum mencapai pada kentang dengan kualitas ekspor. Hal ini
menyebabkan mutu dan kualitas kentang yang diekspor menjadi rendah dan kurang berdaya saing di pasar internasional.
Tabel 20 Nilai AR Kentang Indonesia dan Negara Pesaing di Pasar ASEAN Tahun 2007-2012.
No. Negara Produsen
Nilai AR 1
Indonesia 1.317
2 Malaysia
4.513 3
Singapura 2.656
Sumber : UNComtrade diolah, 2013
Berdasarkan nilai AR yang diperoleh pada Tabel 20, baik Indonesia, Malaysia, maupun Singapura sama-sama memiliki kekuatan untuk merebut pasar
kentang di ASEAN. Nilai AR ketiga negara memiliki nilai yang positif. Malaysia memiliki nilai AR yang lebih tinggi dibanding kedua negara pesaingnya karena
memiliki nilai ekspor yang tinggi setiap tahunnya. Hal ini menyebabkan Malaysia lebih memiliki kekuatan untuk merebut pasar kentang di ASEAN. Tren nilai
ekspor kentang ketiga negara produsen meningkat dari tahun 2007 sampai 2012, sedangkan nilai impor kentang di ASEAN memiliki tren yang menurun pada
periode tersebut. Hal ini yang menyebabkan nilai AR ketiga negara produsen memiliki nilai yang positif.
Tabel 21 Nilai ECI Kentang Indonesia dan Negara Pesaing di Pasar ASEAN Tahun 2007-2012.
No. Negara Produsen
Rata-Rata ECI 1
Indonesia 1.174
2 Malaysia
1.052 3
Singapura 1.025
Sumber : UNComtrade diolah, 2013
Berdasarkan rata-rata nilai ECI pada Tabel 21, Indonesia memiliki nilai yang lebih dari satu. Ini menunjukkan bahwa kentang Indonesia memiliki tren
daya saing yang meningkat. Nilai rata-rata ECI Indonesia juga terbesar jika dibandingkan dengan negara produsen kentang lainnya di pasar ASEAN. Oleh
sebab itu, jika kentang Indonesia ingin tetap dapat bersaing di pasar ASEAN, perlu pengelolaan dan pengembangan yang lebih baik di masa datang agar pangsa
pasar kentang Indonesia di pasar ASEAN tidak direbut oleh negra-negara pesaing. Kentang Indonesia berpotensi lebih berkembang karena produksi kentang terus
berkembang pesat selama dekade terakhir. Hal ini tidak terlepas dari peran Balai Penelitian Tanaman Sayuran Balista dalam penciptaan benih unggul kentang
yang bermutu Sembiring 2010. Indonesia memiliki tren daya saing yang fluktuatif setiap tahunnya. Fluktuasi tren daya saing ini disebabkan oleh beberapa
kendala. Kendala ekspor kentang Indonesia yang membuat tren daya saingnya fluktuatif sebenarnya bukan berasal dari proses produksinya, namun karena
banyaknya kentang impor yang masuk ke Indonesia yang mengakibatkan petani kentang lokal merugi, dan kehilangan pangsa pasarnya Prasaja, 2011.
6.1.5 Tomat
Berdasarkan hasil estimasi RCA pada tahun 2007 sampai 2012, komoditi tomat Indonesia memiliki daya saing yang lemah di pasar ASEAN pada periode
tersebut, sehingga Indonesia kurang dapat berspesialisasi pada komoditi tomat. Hal ini terlihat dari nilai RCA yang kurang dari satu setiap tahunnya. Diantara
seluruh negara penghasil tomat di ASEAN, hanya Malaysia yang memiliki nilai RCA lebih dari satu setiap tahunnya. Nilai RCA yang dimiliki Malaysia pun
cukup tinggi. Hal ini membuat Malaysia memiliki daya saing yang sangat kuat untuk komoditi tomat. Sedangkan dua negara produsen tomat lainnya, yaitu
Singapura dan Thailand, memiliki daya saing yang lemah di pasar ASEAN selama periode 2007 hingga 2012.
Tabel 22 Nilai RCA Tomat Indonesia dan Negara Pesaing di Pasar ASEAN Tahun 2007-2012.
Tahun Negara Pesaing
Indonesia Malaysia
Singapura Thailand
2007 4.370
0.014 0.116
0.440 2008
4.519 0.013
0.084 0.273
2009 4.532
0.011 0.097
0.201 2010
4.840 0.012
0.078 0.232
2011 5.016
0.011 0.102
0.219 2012
4.674 0.011
0.119 0.145
Sumber : UNComtrade diolah, 2013
Menurut data BPS 2013, produktivitas tomat Indonesia relatif stabil, sedangkan luas areal budidaya tomat Indonesia semakin meningkat dari tahun ke
tahun. Hal ini dapat dijadikan modal agar produksi tomat Indonesia lebih