Semangka Perkembangan Ekspor Hortikultura Indonesia di ASEAN

berkembang pesat selama dekade terakhir. Hal ini tidak terlepas dari peran Balai Penelitian Tanaman Sayuran Balista dalam penciptaan benih unggul kentang yang bermutu Sembiring 2010. Indonesia memiliki tren daya saing yang fluktuatif setiap tahunnya. Fluktuasi tren daya saing ini disebabkan oleh beberapa kendala. Kendala ekspor kentang Indonesia yang membuat tren daya saingnya fluktuatif sebenarnya bukan berasal dari proses produksinya, namun karena banyaknya kentang impor yang masuk ke Indonesia yang mengakibatkan petani kentang lokal merugi, dan kehilangan pangsa pasarnya Prasaja, 2011.

6.1.5 Tomat

Berdasarkan hasil estimasi RCA pada tahun 2007 sampai 2012, komoditi tomat Indonesia memiliki daya saing yang lemah di pasar ASEAN pada periode tersebut, sehingga Indonesia kurang dapat berspesialisasi pada komoditi tomat. Hal ini terlihat dari nilai RCA yang kurang dari satu setiap tahunnya. Diantara seluruh negara penghasil tomat di ASEAN, hanya Malaysia yang memiliki nilai RCA lebih dari satu setiap tahunnya. Nilai RCA yang dimiliki Malaysia pun cukup tinggi. Hal ini membuat Malaysia memiliki daya saing yang sangat kuat untuk komoditi tomat. Sedangkan dua negara produsen tomat lainnya, yaitu Singapura dan Thailand, memiliki daya saing yang lemah di pasar ASEAN selama periode 2007 hingga 2012. Tabel 22 Nilai RCA Tomat Indonesia dan Negara Pesaing di Pasar ASEAN Tahun 2007-2012. Tahun Negara Pesaing Indonesia Malaysia Singapura Thailand 2007 4.370 0.014 0.116 0.440 2008 4.519 0.013 0.084 0.273 2009 4.532 0.011 0.097 0.201 2010 4.840 0.012 0.078 0.232 2011 5.016 0.011 0.102 0.219 2012 4.674 0.011 0.119 0.145 Sumber : UNComtrade diolah, 2013 Menurut data BPS 2013, produktivitas tomat Indonesia relatif stabil, sedangkan luas areal budidaya tomat Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dijadikan modal agar produksi tomat Indonesia lebih meningkat. Meningkatnya produksi membuat Indonesia berpotensi untuk meningkatkan nilai ekspor tomatnya. Peningkatan produksi ini disebabkan buah tomat selain dikonsumsi segar, juga dapat dimanfaatkan untuk bahan dasar industri, misalnya sambal, saus, jamu, kosmetik, dan sebagainya sehingga permintaannya meningkat Armaini dan Sahyoga 2007. Tabel 23 Nilai AR Tomat Indonesia dan Negara Pesaing di Pasar ASEAN Tahun 2007-2012. No. Negara Produsen Nilai AR 1 Indonesia 0.045 2 Malaysia 0.953 3 Singapura 0.056 4 Thailand 0.082 Sumber : UNComtrade diolah, 2013 Berdasarkan estimasi nilai AR, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand sama-sama memiliki kekuatan untuk merebut pasar tomat di ASEAN karena keempat negara tersebut memiliki nilai AR yang positif. Malaysia lebih memiliki peluang untuk merebut pasar ASEAN, karena memiliki nilai AR yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara produsen tomat lainnya di ASEAN, sedangkan Indonesia memiliki nilai AR yang paling kecil dibandingan negara lainnya, namun tomat Indonesia tetap memiliki kemampuan untuk merebut pasar ASEAN. Menurut Ahira 2012, tomat Indonesia awalnya memiliki ketahanan yang lemah. Namun semenjak tomat Taiwan yang memiliki penampilan dan ketahanan yang lebih dibandingkan tomat lokal masuk ke Indonesia, para petani lokal pun mulai beralih untuk menanam tomat Taiwan di Indonesia. Hasilnya, perkembangan ekspor tomat Indonesia pun berkembang karena produktivitas yang meningkat. Tabel 24 Nilai ECI Tomat Indonesia dan Negara Pesaing di Pasar ASEAN Tahun 2007-2012. No. Negara Produsen Rata-Rata ECI 1 Indonesia 0.870 2 Malaysia 1.005 3 Singapura 0.954 4 Thailand 1.074 Sumber : UNComtrade diolah, 2013 Berdasarkan hasil estimasi rata-rata ECI, tomat Indonesia memiliki tren daya saing yang lemah di pasar ASEAN karena memiliki nilai dibawah satu. Negara produsen tomat lainnya yang memiliki tren daya saing menurun adalah Singapura. Sementara itu, negara-negara yang memiliki tren daya saing tomat yang meningkat di pasar ASEAN adalah Malaysia dan Thailand. Dari data FAO, menunjukkan bahwa tujuan utama ekspor tomat Indonesia di perdagangan internasional memang negara-negara ASEAN seperti Brunei Darussalam, Singapura dan Malaysia. Namun karena kurang memiliki kualitas yang baik, tomat Indonesia memiliki daya saing yang lemah di pasar ASEAN. Singapura dan Malaysia menjadi negara yang paling banyak mengimpor tomat Indonesia pada bulan-bulan tertentu, yaitu bulan ketika mereka tidak memproduksi tomat sendiri Ahira 2012.

6.1.6 Jahe

Berdasarkan hasil estimasi RCA, jahe Indonesia memiliki daya saing yang kuat setiap tahun pada periode 2007 hingga 2012 yang ditunjukkan dengan nilai RCA yang lebih dari satu, meskipun menurut data BPS volume ekspor Jahe Indonesia ke ASEAN mengalami penurunan. Nilai RCA tertinggi Indonesia terdapat pada tahun 2007, ketika pangsa nilai ekspor jahe Indonesia mencapai 50 persen dari nilai ekspor jahe di ASEAN. Malaysia juga memliki daya saing yang kuat untuk jahe, kecuali pada tahun 2007 karena pada tahun ini, nilai ekspor Malaysia mengalami titik terendah sepanjang periode 2007 hingga 2012. Sedangkan Singapura dan Thailand memiliki daya saing jahe yang lemah di pasar ASEAN selama enam tahun terkahir karena memiliki nilai RCA dibawah satu. Tabel 25 Nilai RCA Jahe Indonesia dan Negara Pesaing di Pasar ASEAN Tahun 2007-2012. Tahun Negara Pesaing Indonesia Malaysia Singapura Thailand 2007 0.678 0.579 0.217 5.329 2008 1.884 0.291 0.068 4.109 2009 3.058 0.105 0.473 1.751 2010 1.781 0.177 0.376 1.771 2011 3.222 0.245 0.278 1.036 2012 2.665 0.145 0.563 1.885 Sumber : UNComtrade diolah, 2013 Indonesia sempat menguasai pangsa ekspor jahe dunia pada era 1990 sampai 1993 sebelum digantikan oleh China Purba 2012. Pada periode tersebut jahe dianggap sebagai salah satu produk unggulan Indonesia. Namun setelah China mulai memproduksi jahe dalam jumlah besar, jahe Indonesia mengalami penuruanan daya saing. Oleh sebab itu, ekspor jahe ke ASEAN perlu ditingkatkan agar jahe Indonesia tetap bersaing di pasar ASEAN. Selain ditunjang oleh letak geografis dan lingkungan alam Indonesia yang cocok untuk mengembangkan tanaman jahe, beberapa klon jahe yang terdapat di Indonesia ternyata memiliki kualitas yang lebih tinggi daripada klon jahe luar negeri Budarti dan Irianto 2005. Menurut Paimin dan Murhananto 2002 dalam Budiarti dan Irianto 2005, sesuai pencanangan Badan Pengembangan Ekspor Nasional BPEN dalam menunjang ekspor nonmigas, jahe merupakan salah satu diantara empat komoditas lainnya, yaitu vanili, jambu mete, dan akar wangi. Tabel 26 Nilai AR Jahe Indonesia dan Negara Pesaing di Pasar ASEAN Tahun 2007-2012. No. Negara Produsen Nilai AR 1 Indonesia 0.029 2 Malaysia 0.226 3 Singapura 0.061 4 Thailand 0.110 Sumber : UNComtrade diolah, 2013 Berdasarkan hasil estimasi AR, keempat negara produsen jahe Indonesia, Malaaysia, Singapura dan Thailand sama-sama memiliki kekuatan untuk menguasai pasar jahe di ASEAN, walaupun jika dilihat dari nilai AR-nya, Malaysia lebih memiliki kekuatan untuk menguasai pasar tersebut. Nilai AR keempat negara tersebut sama-sama memiliki nilai yang positif. Namun menurut Purba 2012, Indonesia bisa menguasai pasar jahe internasional dengan cara peningkatan mutu dan kualitas melalui pemanfaatan perkembangan ilmu dan teknologi. Nilai AR Indonesia lebih kecil dibandingan nilai AR Singapura, padahal Singapura mengimpor lebih banyak jahe dari pasar ASEAN jika dibandingkan dengan Indonesia. Ini yang menjadi salah satu kendala dalam ekspor jahe Indonesia, yaitu rendahnya mutu dan kualitas komoditi jahe Indonesia yang diekspor ke pasar internasional.