Jahe Perkembangan Ekspor Hortikultura Indonesia di ASEAN

Nilai RCA Indonesia selalu kurang dari satu pada tahun 2007 hingga 2011. Ini berakibat pada tahun tersebut, komoditi bunga potong Indonesia memiliki daya saing yang lemah di pasar ASEAN. Namun pada tahun 2012, daya saing bunga potong Indonesia menjadi kuat, yang ditunjukkan dengan nilai RCA Indonesia lebih dari satu pada tahun tersebut. Hal ini diakibatkan meningkatnya nilai ekspor bunga potong Indonesia, yaitu dari US 1 214 000 pada tahun 2011 menjadi US 6 212 000 pada tahun 2012. Perkembangan daya saing bunga potong Indonesia pada tahun 2012 ini mengindikasikan bahwa komoditi ini berpeluang untuk dikembangkan di pasar ASEAN. Hasil penelitian Soekartawi 1996 menunjukkan bahwa elastisitas permintaan terhadap bunga potong mencapai 0.204. Hal ini menunjukkan bahwa usaha bunga potong masih memiliki peluang yang cukup baik untuk dikembangkan karena melihat permintaan bunga potong yang masih stabil di pasar internasional. Tabel 32 Nilai AR Bunga Potong Indonesia dan Negara Pesaing di Pasar ASEAN Tahun 2007-2012. No. Negara Produsen Nilai AR 1 Indonesia 0.360 2 Malaysia 0.504 3 Singapura 0.056 4 Thailand 0.236 Sumber : UNComtrade diolah, 2013 Nilai AR yang pada Tabel 32 menunjukkan bahwa keempat negara produsen bunga potong di ASEAN memiliki kesempatan yang sama untuk menguasai pasar bunga potong di ASEAN. Perkembangan nilai ekspor komoditi bunga potong Indonesia dari tahun 2007 sampai 2012 memang cenderung meningkat. Namun berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Hortikultura 2012, meskipun secara kuantitaif volume dan nilai ekspor bunga potong Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, tapi jika dilihat dari kontribusi kelompok komoditi tanaman hias, termasuk bunga potong, jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kelompok buah-buahan dan sayur-sayuran. Oleh sebab itu, budidaya tanaman hias, khususnya bunga potong, harus lebih dikembangkan lagi karena komoditi bunga potong Indonesia memiliki prospek yang sangat baik di pasar ASEAN. Tabel 33 Nilai ECI Bunga Potong Indonesia dan Negara Pesaing di Pasar ASEAN Tahun 2007-2012. No. Negara Produsen Rata-Rata ECI 1 Indonesia 1.678 2 Malaysia 0.955 3 Singapura 1.052 4 Thailand 1.004 Sumber : UNComtrade diolah, 2013 Dalam Tabel 33, Indonesia memiliki nilai rata-rata ECI terbesar jika dibandingkan dengan negara-negara produsen bunga potong di ASEAN lainnya sehingga memiliki tren daya saing yang meningkat. Hal ini disebabkan menurut data UNComtrade 2013, volume ekspor bunga potong Indonesia ke ASEAN selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Produsen bunga potong yang juga memiliki tren daya saing meningkat adalah Singapura dan Thailand. Sementara itu negara yang memiliki tren daya saing menurun adalah Malaysia, padahal Malaysia memiliki nilai ekspor bunga potong paling tinggi setiap tahunnya. Indonesia memiliki nilai rata-rata ECI yang tinggi karena kestabilan pangsa pasar bunga potongnya. Kestabilan tren daya saing disebabkan pangsa pasar komoditi bunga potong Indonesia di pasar ASEAN mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, pengawasan serta pengembangan ekspor komoditi ini perlu ditingkatkan agar lebih baik lagi kedepannya. 6.1.9 Pengelompokan Komoditi Hortikultura yang Berdaya Saing dan Tidak Berdaya Saing di Pasar ASEAN Hasil estimasi RCA, AR dan ECI yang telah dijelaskan sebelumnya, memiliki kesimpulan bahwa Indonesia memiliki beberapa komoditi hortikultura yang memiliki daya saing kuat di pasar ASEAN. Hal ini disebabkan pangsa produk Indonesia di pasar ASEAN terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun, Indonesia juga memiliki beberapa komoditi hortikultura yang berdaya saing rendah di pasar ASEAN. Hal ini disebabkan komoditi-komoditi tersebut mengalami penurunan nilai ekspor. Rata-rata penurunan nilai ekspor ini karena mutu dan kualitas komoditi hortikultura Indonesia yang masih rendah, selain itu transportasi, distribusi, pengemasan, serta perlakukan pasca panen hortikultura Indonesia juga belum terstandarisasi dengan baik. Untuk lebih jelas, rata-rata hasil estimasi RCA, AR, dan ECI komoditi hortikultura Indonesia pada tahun 2007 sampai 2012 dapat dilihat pada Tabel 34. Berdasarkan hasil estimasi rata-rata RCA, komoditi hortikultura Indonesia yang memiliki daya saing kuat dan dapat dipesialisasi pada periode 2007 sampai 2012 adalah komoditi alpukat, jahe, dan temulawak. Untuk hasil estimasi AR, menunjukkan bahwa seluruh komoditi yang diteliti dapat merebut pasar ASEAN karena memiliki AR yang bernilai positif. Alpukat dan kentang menjadi komoditi yang lebih memiliki kekuatan untuk merebut pasar. Sedangkan untuk hasil estimasi rata-rata ECI, komoditi hortikultura Indonesia yang memiliki tren daya saing meningkat adalah mangga, manggis, jambu biji, alpukat, semangka, kentang, jahe, temulawak, dan bunga potong. Sementara sisanya memiliki rata- rata tren daya saing yang menurun pada periode 2007 sampai 2012. Tabel 34 Hasil Estimasi Rata-Rata RCA, AR dan ECI Hortikultura Indonesia di Pasar ASEAN Tahun 2007-2012. Komoditi Rata-Rata RCA AR ECI 1. Mangga, Manggis dan Jambu Biji 0.451 0.088 1.002 2. Alpukat 2.241 1.270 5.768 3. Semangka 0.161 0.154 2.824 4. Kentang 0.406 1.317 1.174 5. Tomat 0.252 0.045 0.870 6. Jahe 2.647 0.029 1.001 7. Temulawak