Tujuan Penelitian Daya Saing Ekspor Komoditi Hortikultura Indonesia di Pasar ASEAN

kemampuan negara lain Bappenas 2009. Esterhuizen et al 2008 mendefinisikan daya saing competitiveness sebagai kemapuan suatu sektor, industri, atau perusahaan untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan didalam lingkungan global selama biaya imbangannya lebih rendah dari penerimaan sumber daya yang digunakan. Daya saing sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu industri karena daya saing merupakan kemampuan suatu produsen untuk memproduksi suatu komoditas dengan biaya yang cukup rendah sehingga pada harga-harga yang terjadi pada pasar internasional kegiatan produksi tersebut tetap dapat menguntungkan Simanjuntak 1992. Pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur daya saing suatu komoditas adalah tingkat keuntungan yang dihasilkan dan efisiensi dalam pengusahaan komoditas tersebut. Porter 1990 dalam Suprihatini 2005 mengemukakan bahwa daya saing suatu industri dari suatu negara tergantung pada keunggulan dari empat atribut yang dimilikinya yang terkenal dengan sebutan The Diamond of Porter yang terdiri dari: 1 kondisi faktor; 2 kondisi permintaan; 3 industri terkait dan penunjang; dan 4 strategi, struktur dan persaingan perusahaan. Keempat atribut tersebut secara bersama-sama dan ditambah dengan kesempatan, serta kebijakan pemerintah yang kondusif untuk mempercepat keunggulan dan koordinasi antar atribut tersebut. Pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur tingkat daya saing suatu komoditi yaitu dari teori keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Konsep keunggulan komparatif, yang dipopulerkan oleh David Ricardo pada tahun 1823, menyatakan bahwa sekalipun suatu negara mengalami kerugian atau ketidakunggulan absolut untuk memproduksi dua komoditi jika dibandingkan dengan negara lain, namun perdagangan yang saling menguntungkan masih dapat berlangsung. Suatu negara akan memperoleh keuntungan dari perdagangan dengan negara lain bila negara tersebut berspesialisasi dalam komoditi yang dapat diproduksi dengan lebih efisien mempunyai keunggulan komparatif dan mengimpor komoditi yang kurang efisien mengalami kerugian komparatif. Negara yang kurang efisien akan berspesialisasi dalam memproduksi komoditi ekspor pada komoditi yang mempunyai kerugian absolut kecil dari komoditi ini