Temulawak Perkembangan Ekspor Hortikultura Indonesia di ASEAN

transportasi, distribusi, pengemasan, serta perlakukan pasca panen hortikultura Indonesia juga belum terstandarisasi dengan baik. Untuk lebih jelas, rata-rata hasil estimasi RCA, AR, dan ECI komoditi hortikultura Indonesia pada tahun 2007 sampai 2012 dapat dilihat pada Tabel 34. Berdasarkan hasil estimasi rata-rata RCA, komoditi hortikultura Indonesia yang memiliki daya saing kuat dan dapat dipesialisasi pada periode 2007 sampai 2012 adalah komoditi alpukat, jahe, dan temulawak. Untuk hasil estimasi AR, menunjukkan bahwa seluruh komoditi yang diteliti dapat merebut pasar ASEAN karena memiliki AR yang bernilai positif. Alpukat dan kentang menjadi komoditi yang lebih memiliki kekuatan untuk merebut pasar. Sedangkan untuk hasil estimasi rata-rata ECI, komoditi hortikultura Indonesia yang memiliki tren daya saing meningkat adalah mangga, manggis, jambu biji, alpukat, semangka, kentang, jahe, temulawak, dan bunga potong. Sementara sisanya memiliki rata- rata tren daya saing yang menurun pada periode 2007 sampai 2012. Tabel 34 Hasil Estimasi Rata-Rata RCA, AR dan ECI Hortikultura Indonesia di Pasar ASEAN Tahun 2007-2012. Komoditi Rata-Rata RCA AR ECI 1. Mangga, Manggis dan Jambu Biji 0.451 0.088 1.002 2. Alpukat 2.241 1.270 5.768 3. Semangka 0.161 0.154 2.824 4. Kentang 0.406 1.317 1.174 5. Tomat 0.252 0.045 0.870 6. Jahe 2.647 0.029 1.001 7. Temulawak 3.453 0.519 1.377 8. Bunga Potong 0.530 0.360 1.678 Sumber : UNComtrade diolah Hasil estimasi rata-rata RCA, AR, dan ECI yang diatas akan dikelompokkan menjadi satu dalam Tabel 35 sehingga dihasilkan komoditi mana yang berdaya saing dan tidak berdaya saing di pasar ASEAN berdasarkan keseluruhan analisis. Hasil estimasi rata-rata RCA, AR dan ECI tersebut dikelompokkan ke dalam matriks di bawah ini. Komoditi yang memiliki daya saing berdasarkan ketiga kriteria yang dianalisis, menjadi komoditi hortikultura Indonesia yang paling memiliki daya saing di pasar ASEAN. Tabel 35 Matriks Pengelompokkan Daya Saing Komoditi Hortikultura Komoditi Kriteria Keterangan RCA AR ECI 1. Mangga, Manggis dan Jambu Biji - + + Berdaya Saing 2. Alpukat + + + Berdaya Saing 3. Semangka - + + Berdaya Saing 4. Kentang - + + Berdaya Saing 5. Tomat - + - Tidak Berdaya Saing 6. Jahe + + + Berdaya Saing 7. Temulawak + + + Berdaya Saing 8. Bunga Potong - + + Berdaya Saing Berdasarkan matriks diatas, komoditi hortikultura Indonesia yang memiliki daya saing di pasar ASEAN adalah mangga, manggis, jambu biji, alpukat, semangka, kentang, jahe, temulawak dan bunga potong. Alpukat, jahe dan temulawak menjadi komoditi yang paling berdaya saing di pasar ASEAN karena memenuhi seluruh kriteria dari ketiga analisis yang digunakan RCA, AR, dan ECI sehingga ketiga komoditi ini sangat perlu dikembangkan di pasar ASEAN. Mangga, manggis, jambu biji, semangka, kentang, dan bunga potong hanya memenuhi dua dari ketiga kriteria daya saing ada. Komoditi-komoditi tersebut masih tergolong dalam komoditi yang berdaya saing di pasar ASEAN sehingga perlu juga untuk dikembangkan lebih lanjut. Sementara itu, komoditi hortikultura Indonesia yang tidak berdaya saing di pasar ASEAN adalah tomat.

6.2 Strategi Peningkatan Daya Saing Komoditi Hortikultura Indonesia

Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkatkan daya saing hortikultura didapatkan dari hasil wawancara secara mendalam Indepth Interview dengan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Strategi dibagi menjadi empat pendekatan, yaitu regulasi stakeholders, budidaya, serta kebijakan perdagangan.

6.2.1 Regulasi Peningkatan Daya Saing Hortikultura Indonesia

Regulasi tentang peningkatan daya saing hortikultura Indonesia sudah dimulai sejak Repelita V tentang pengembangan ekspor komoditi hortikultura di pasar internasional. Regulasi dibagi menjadi dua, yaitu regulasi yang mendukung serta regulasi yang menghambat. Regulasi yang mendukung merupakan regulasi yang mendorong peningkatan daya daya saing hortikultura Indonesia, contohnya standarisasi mutu produk hortikultura yang akan diekspor, seperti kualitas kemasan, tekstur serta rasa. Pemerintah melakukan kebijakan standarisasi mutu komoditi hortikultura yang diekspor melalui rencana strategis Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura tahun 1997 sampai tahun 2007, serta yang terakhir melalui rencana strategis Kementrian Pertanian tahun 2009 sampai tahun 2014. Sementara itu, regulasi yang menghambat terdiri dari pembatasan impor hortikultura, pembatasan investasi hortikultura asing di dalam negeri, serta menekan kompetisi perdagangan hortikultura di dalam negeri. Regulasi yang menghambat ini bertujuan agar komoditi hortikultura domestik bisa lebih berkembang dibandingkan dengan komoditi hortikultura impor. Dalam Petunjuk Umum Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hortikultura Tahun Anggaran 2013 disebutkan bahwa strategi yang dapat dilakukan untuk pengembangan hortikultura Indonesia dalam upaya peningkatan daya saing adalah pengembangan kawasan kebun, perbaikan mutu produk hortikutura, penguatan sistem perbenihan hortikultura, penguatan sistem perlindungan tanaman hortikultura, penguatan kelembagaan hortikultura, penanganan pascapanen hortikuktura, akselerasi pembiayaan dan kemitraan, serta pemasyarakatan produk hortikutura. Regulasi tentang strategi peningkatan daya saing hortikutura Indonesia sebenarnya banyak, mulai dari regulasi produksi sampai ke regulasi pasca panen. Pada kenyataannya hanya sedikit yang patuh terhadap regulasi-regulasi yang ada. Jika regulasi-regulasi tersebut dapat diberlakukan dengan baik, hortikultura Indonesia sangat berpotensi untuk memiliki daya saing yang lebih baik.

6.2.2 Stakeholders yang Terkait

Instansi-instansi yang terkait dalam usaha peningkatan daya saing hortikultura terdiri dari intansi pusat sampai ke instansi daerah, serta perusahaan dan asosiasi hortikultura yang ada di Indonesia. Instansi pusat seperti Kementrian Pertanian, Kementrian Perdagangan, Direktorat Jenderal Hortikultura, serta Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura berfungsi untuk membuat regulasi dan kebijakan terkait peningkatan daya saing komoditi hortikultura Indonesia yang selanjutnya disosialisasikan kepada instansi daerah, seperti Pemerintah Daerah