Deskripsi Sampel Penelitian Deskripsi Variabel Penelitian

70 2 Industri barang konsumsi: a Rokok b Farmasi c Kosmetika 3 Industri dasar dan kimia a Semen b Keramik c Porselen d Kaca e Logam f Kimia g Plastik dan kemasan h Pulp dan kertas

B. Pengujian dan Pembahasan

1. Deskripsi Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan 36 perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia periode 2010 - 2014 untuk dijadikan sampel penelitian, Perusahaan tersebut termasuk 36 perusahaan selama periode 2010 - 2014. Berdasarkan hasil seleksi objek penelitian, dengan objek penelitian perusahaan manufaktur dan listing dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dan membagikan deviden secara terus menerus dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 adalah sebagai berikut: 71 Tabel 4.2 Perusahaan Objek Penelitian No Emiten Nama Perusahaan 1 ALMI PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk. 2 AMFG PT. Asahimas Flat Glass Tbk 3 ARNA PT. Arwana Citramulia Tbk. 4 ASII PT. Astra International Tbk 5 AUTO PT. Astra Otoparts Tbk 6 BATA PT. Sepatu Bata Tbk 7 CPIN PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk 8 DVLA PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk 9 EKAD PT. Ekadharma International Tbk 10 GDYR PT. Goodyear Indonesia Tbk 11 GGRM PT. Gudang Garam Tbk. 12 GJTL PT. Gajah Tunggal Tbk. 13 HMSP PT. HM Sampoerna Tbk. HMSP 14 IKBI PT. Sumi Indo Kabel Tbk. 15 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. 16 INTP PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. 17 JPFA PT. JAPFA Comfeed Indonesia Tbk. 18 KAEF PT. Kimia Farma Persero Tbk. 19 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk. 20 LION PT. Lion Metal Works Tbk. 21 LMSH PT. Lionmesh Prima Tbk. 22 MAIN PT. Malindo Feedmill Tbk. 23 MERK PT. Merck Tbk. 24 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. 25 ROTI PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. 26 SCCO PT. Supreme Cable Manufacturing Commerce Tbk. 27 SKLT PT. Sekar Laut Tbk. 28 SMCB PT. Holcim Indonesia Tbk. 29 SMGR PT. Semen Indonesia Persero Tbk. 30 SMSM PT. Selamat Sempurna Tbk. 31 SQBB PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. 32 TCID PT. Mandom Indonesia Tbk. 33 TKIM PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. 34 TOTO PT. Surya Toto Indonesia Tbk. 35 TSPC PT. Tempo Scan Pacific Tbk. 36 UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk. Sumber: httpwww.idx.co.id, diakses pada tanggal 22 April 2016 72

2. Deskripsi Variabel Penelitian

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan periode 2010 - 2014, Sedangkan variabel independen terdiri dari investment opportunity set, kebijakan deviden, firm size dan return on equity selama periode 2010 - 2014. a. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan dapat dianggap sebagai “kue bola”. Tujuan dari manajer adalah untuk memperbesar “kue bola” tersebut keputusan struktur permodalan capital structure decision dapat dilihat sebagai bagaimana baiknya memotong “kue bola” tersebut. Jika bagaimana anda memotong mempengaruhi ukuran “kue bola” tersebut maka keputusan struktur permodalan ada pengaruhnya. Nilai perusahaan merupakan nilai pasar hutang ditambah dengan nilai pasar equity Rodoni dan Ali, 2010:3-4. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga akan meningkat. Kekayaan pemegang saham dan perusahan direpresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, kebijakan dividen, dan keputusan pendanaan Brigham dan Houston, 2009:19. Nilai perusahaan pada penelitian ini diproksikan dengan variabel price book value PBV, berikut hasil perhitungannya: 73 Gambar 4.1 Hasil Perhitungan Price Book Value Periode 2010 - 2014 Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2016 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat pada tahun 2010 perusahaan yang memperoleh price book value tertinggi adalah PT. Unilever Indonesia Tbk, sebesar 31,12 dan price book value terendah adalah PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, sebesar 0,30. Periode 2011 price book value tertinggi adalah PT. Unilever Indonesia Tbk, sebesar 38,97. Sebaliknya price book value terendah dimiliki oleh PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, sebesar 0,28. Periode selanjutnya tahun 2012 price book value tertinggi diperoleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk, sebesar 47,27. Sebaliknya price book value terendah dimiliki oleh PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, sebesar 0,29. Periode 2013 Perusahaan yang memiliki price book value tertinggi adalah PT. Unilever Indonesia Tbk, sebesar 46,63 dan perusahaan yang memiliki price book value terendah adalah PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk Tbk, sebesar 0,25. Periode 2014 Perusahaan yang memiliki price book value tertinggi adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk, sebesar 48,67 dan perusahaan yang memiliki price book value terendah adalah PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk Tbk, sebesar 0,20. 74 b. Investment Oportunity Set Secara umum dapat dikatakan bahwa Investment Opportunity Set menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat tergantung pada pilihan expenditure perusahaan untuk kepentingan di masa yang akan datang. Norpratiwi, 2004:8. Gambar 4.2 Hasil Perhitungan Investment Oportunity Set Periode 2010 - 2014 Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2016 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat pada tahun 2010 perusahaan yang memperoleh investment oportunity set tertinggi adalah PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, sebesar 369,39 dan investment oportunity set terendah adalah PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk, sebesar 0,51. Periode 2011 investment oportunity set tertinggi adalah PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, sebesar 361,69. Sebaliknya investment oportunity set terendah dimiliki oleh PT. Sumi Indo Kabel Tbk, sebesar 0,46. Periode selanjutnya tahun 2012 investment oportunity set tertinggi diperoleh PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, sebesar 321,70. Sebaliknya investment oportunity set terendah dimiliki oleh PT. 75 Alumindo Light Metal Industry Tbk, sebesar 0,34. Periode 2013 Perusahaan yang memiliki investment oportunity set tertinggi adalah PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, sebesar 299,10 dan perusahaan yang memiliki investment oportunity set terendah adalah PT. Sepatu Bata Tbk, sebesar 0,03. Periode 2014 Perusahaan yang memiliki investment oportunity set tertinggi adalah PT. Kimia Farma Persero Tbk., sebesar 449,25 dan perusahaan yang memiliki investment oportunity set terendah adalah PT. Sepatu Bata Tbk, sebesar 0,03. c. Kebijakan Deviden Rasio antara dividen dan laba bersih sering disebut sebagai dividend payout ratio DPR. Dengan kebijakan ini perusahaan kurang dapat memperkirakan jumlah pembayaran deviden yang akan dilakukan setiap periode. Jumlah pembayaran deviden dengan persentase tetap dari EPS akan mempengaruhi posisi harga saham dio pasar Astuti, 2004:146 Gambar 4.3 Hasil Perhitungan Kebijakan Deviden Periode 2010 - 2014 Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2016 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat pada tahun 2010 perusahaan yang memperoleh kebijakan deviden tertinggi adalah PT. Merck Tbk, sebesar 151,49 dan kebijakan deviden terendah adalah PT. 76 Multi Bintang Indonesia Tbk, sebesar 0,10. Periode 2011 kebijakan deviden tertinggi adalah PT. Unilever Indonesia Tbk, sebesar 100,06. Sebaliknya kebijakan deviden terendah dimiliki oleh PT. Merck Tbk, sebesar 0,08. Periode selanjutnya tahun 2012 ikebijakan deviden tertinggi diperoleh PT. Unilever Indonesia Tbk, sebesar 99,96. Sebaliknya kebijakan deviden terendah dimiliki oleh PT. Merck Tbk, sebesar 0,07. Periode 2013 Perusahaan yang memiliki kebijakan deviden tertinggi adalah PT. HM Sampoerna Tbk. HMSP, sebesar 137,71 dan perusahaan yang memiliki kebijakan deviden terendah adalah PT. Merck Tbk, sebesar 0,08. Periode 2014 Perusahaan yang memiliki kebijakan deviden tertinggi adalah PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk, sebesar 632,19 dan perusahaan yang memiliki kebijakan deviden terendah adalah PT. Kimia Farma Persero Tbk, sebesar 0,20. d. Firm Size Ukuran perusahaan merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan karena semakin besar suatu perusahaan maka perusahaan akan melaporkan hasil laporan keuangan yang telah diaudit semakin cepat karena perusahaan memiliki banyak sumber informasi dan memiliki sistem pengendalian internal perusahaan yang baik sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemungkinan ukuran perusahaan dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit Rachmawati, 2008:3. 77 Gambar 4.4 Hasil Perhitungan Firm Size Periode 2010 - 2014 Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2016 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat pada tahun 2010 perusahaan yang memperoleh firm size tertinggi adalah PT. Astra International Tbk , sebesar 18,54 dan firm size terendah adalah PT. Lionmesh Prima Tbk , sebesar 11,27. Periode 2011 firm size tertinggi adalah PT. Astra International Tbk , sebesar 18,85. Sebaliknya firm size terendah dimiliki oleh PT. Lionmesh Prima Tbk , sebesar 11,49. Periode selanjutnya tahun 2012 firm size tertinggi diperoleh PT. Astra International Tbk , sebesar 19,02. Sebaliknya firm size terendah dimiliki oleh PT. Lionmesh Prima Tbk , sebesar 11,76. Periode 2013 Perusahaan yang memiliki firm size tertinggi adalah PT. Astra International Tbk , sebesar 19,18 dan perusahaan yang memiliki firm size terendah adalah PT. Ekadharma International Tbk , sebesar 1,65. Periode 2014 Perusahaan yang memiliki firm size tertinggi adalah PT. Astra International Tbk , sebesar 19,32 dan perusahaan yang memiliki firm size terendah adalah PT PT. Lionmesh Prima Tbk, sebesar 11,85 . 78 e. Return on Equity Return on equity merupakan rasio yang menunjukan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan tingkat pengembalian pada pemegang saham. Semakin tinggi return on equity maka akan semakin baik, karena memberikan tingkat pengembalian yang lebih besar bagi para pemegang saham Darsono, 2005:57. Semakin besar nilai ROE maka tingkat pengembalian yang diharapkan investor juga besar. Semakin besar nilai ROE maka perusahaan dianggap semakin menguntungkan. Sehingga perusahaan yang memiliki profitable investment opportunities, maka pasar akan memberikan reward berupa PER yang tinggi Sartono, 2001:52. Jika rasio ini meningkat manajemen cenderung dipandang lebih efisien dari sudut pandang pemegang saham. ROE merupakan perbandingan antara laba bersih yang dihasilkan dengan modal sendiri atau equity Riadi, 2011:2. Gambar 4.5 Hasil Perhitungan Return on Equity Periode 2010 - 2014 Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2016 79 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat pada tahun 2010 perusahaan yang memperoleh return on equity tertinggi adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk , sebesar 94,02 dan return on equity terendah adalah PT. Sumi Indo Kabel Tbk , sebesar 0,93. Periode 2011 return on equity tertinggi adalah PT. Unilever Indonesia Tbk , sebesar 113,13. Sebaliknya return on equity terendah dimiliki oleh PT. Sumi Indo Kabel Tbk , sebesar 3,56. Periode selanjutnya tahun 2012 return on equity tertinggi diperoleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk , sebesar 137,46. Sebaliknya return on equity terendah dimiliki oleh PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk , sebesar 2,37. Periode 2013 Perusahaan yang memiliki return on equity tertinggi adalah PT. Unilever Indonesia Tbk , sebesar 125,81 dan perusahaan yang memiliki return on equity terendah adalah PT. Gajah Tunggal Tbk , sebesar 2,10. Periode 2014 Perusahaan yang memiliki return on equity tertinggi adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk, sebesar 143,53 dan perusahaan yang memiliki return on equity terendah adalah PT. Malindo Feedmill Tbk, sebesar -7,87.

C. Hasil Analisis dan Pembahasan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Firm Size, Leverage, Return On Investment (Roi) Free Cash Flow (Fcf), Dividend Payout Ratio (Dpr),Dan Price Earning Ratio (Per) Terhadap Earning Management Pada Perusahaan Manufakturyang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 60 114

Hubungan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Firm Performance, Studi Kasus pada BUMN (2008-2011)

0 36 93

Pengaruh Kebijakan Deviden dan Return On Equity Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur

4 44 99

Pengaruh Investment Opportunity Set, Return on Investment, dan Net Profit Margin Terhadap Devidend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010

0 34 89

Pengaruh Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Jenis Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

0 7 92

ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, DEBT TO EQUITY RATIO, INVESTMENT OPPORTUNITY SET, DAN SIZE PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN (Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)

1 23 54

Pengaruh Leverage, Return On Asset, Investment Opportunity Set, dan Dividend Payout Ratio terhadap Nilai Perusahaan. (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat pada Tahun 2009-2013)

1 8 99

Pengaruh Dividend Payout Ratio (DPR), Debt To Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Nilai Perusahaan

0 3 131

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2014

2 22 163

PENGARUH NET PROFIT MARGIN, RETURN ON ASSETS, RETURN ON EQUITY,DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET TERHADAP PEMBAGIAN DIVIDEN TUNAI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 7 28