21 net
present value positif. Jadi IOS merupakan pengeluaran yang
dilakukan pada saat sekarang dengan
harapan pengembalian dimasa datang dimana
pertumbuhan nilai dari investasi dapat meningkatkan nilai perusahaan
Astriani, 2014:9. Investment Opportunity Set dalam penelitian ini menggunakan
proksi tunggal yang berbasis pada harga yaitu Ratio Market to book value equity. Proksi ini dapat mencerminkan besarnya return dari aktiva yang ada
dan investasi yang diharapkan dimasa yang akan datang dapat melebihi return dari ekuitas yang didinginkan. Proksi ini mencerminkan bahwa pasar
menilai return dari investasi perusahaan dimasa depan dari return yang diharapkan dari ekuitasnya, rumus dari investment opportunity set adalah
sebagai berikut Astriani, 2014:12:
5. Kebijakan Deviden
Rasio antara dividen dan laba bersih sering disebut sebagai dividend payout ratio DPR. Dengan kebijakan ini perusahaan kurang dapat
memperkirakan jumlah pembayaran deviden yang akan dilakukan setiap periode. Jumlah pembayaran deviden dengan persentase tetap dari EPS akan
mempengaruhi posisi harga saham dio pasar. Pada saat laba menurun maka pembayaran deviden juga menurun dan hal ini akan menyebabkan harga
saham menurun juga Astuti, 2004:146. Sepintas, para pemegang saham akan merasa senang apabila bagian dari laba bersih yang dibagikan sebagai
dividen ini semakin besar. Akan tetapi, apabila DPR ini semakin besar,
22 berarti laba ditahan semakin menciut. Dengan demikian, keputusan dividen
akan mengacu pada suatu kebijakan dividen dividend policy yang optimal terutama disesuaikan dengan konsep tujuan memaksimumkan nilai
perusahaan. Rodoni dan Ali 2010:125 mengatakan bahwa kebijakan dividen
yang optimal optimal dividend policy perusahan adalah kebijakan yang menciptakan keseimbangan di antara dividen saat ini dan pertumbuhan
perusahaan di masa yang akan datang yang memaksimalkan nilai perusahaan.
Menurut agency theory Jansen and Mackling, 1976 dalam Margaretha dan Andhini 2009:5 salah satu pendekatan untuk
meminimumkan agency problem adalah dengan mekanisme pembayaran dividen. Menurut Rozeff 1982 dan Moh’d et.al,. 1998 dalam Haruman
2008:151 masalah keagenan dapat diturunkan dengan mekanisme pembayaran dividen, karena dengan pembayaran dividen pemegang saham
melihat bahwa pengelola perusahaan telah melakukan tindakan yang sesuai dengan keinginan mereka, sehingga akan mengurangi konflik keagenan.
Selain agency theory, terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai kebijakan dividen, antara lain Sjahrial, 2008:311 :
a. Teori Dividen Tidak Relevan Dividend Irrelevant Theory Modigliani dan Miller MM berpendapat, nilai suatu
perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya dividen payout ratio, tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak EBIT dan kelas risiko
perusahaan. Jadi menurut MM, dividen tidak relevan untuk
23 diperhitungkan karena tidak akan meningkatkan kesejahteraan pemegang
saham. Menurut MM kenaikan nilai perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan atau earning
power dari asset perusahaan. b.
Teori “The Bird in The Hand” Gordon dan Litner menyatakan bahwa biaya modal sendiri
perusahaan akan naik jika dividend payout rendah karena investor lebih suka menerima dividen dari pada capital gains. Menurut mereka,
investor memandang dividend yield lebih pasti dari pada capital gains. Perlu diingat bahwa dilihat dari sisi investor, biaya modal sendiri dari
laba ditahan Ks adalah tingkat keuntungan yang disayratkan investor pada saham. Ks adalah keuntungan dari capital gains capital gains
yield ditambah keuntungan dari capital gains capital gains yield. Menurut MM pendapat ini merupakan suatu kesalahan karena pada
akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki resiko yang
hampir sama Halim, 2005:124. c. Teori Perbedaan Pajak.
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswarmy, menyatakan bahwa karena ada pajak terhadap keuntungan dividen dan
capital gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu
tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend yield tinggi, capital gains yield rendah dari pada saham dengan
dividen yield rendah, capital gains yield tinggi.
24 d.
Teori “Signaling Hypothesis”. Terdapat bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering
diikutu dengan kenaikan harga saham. Sebaliknaya penurunan dividen pada umumnya menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dapat
dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen dari pada capital gains. Seperti teori dividen yang lain, teori signaling
hypothesis ini juga sulit dibuktikan secara empiris. Adalah nyata bahwa perubahan dividen mengandung beberapa informasi. Tapi sulit dikatakan
apakah kenaikan dan penurunan harga setelah adanya kenaikan dan penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek sinyal atau
disebabkan karena efek sinyal dan preferensi terhadap dividen. e.
Teori “Clientele Effect” Teori ini menyatakan bahwa kelompok clientele pemegang
saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang
membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu dividend payout ratio yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang
tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. Kelompok pemegang
saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini akan lebih menyukai suatu dividend payout ratio DPR yang tinggi. Sebaliknya,
kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini akan lebih senang jika perusahaan menahan sebagian laba bersih
perusahaan.
25 Adapun rasio yang digunakan sebagai indikator dari kebijakan
dividen adalah dividend payout ratio DPR. Dividen payout ratio DPR merupakan rasio yang memperlihatkan bagian earning pendapatan yang
dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Rasio ini diukur dengan membagi jumlah dividen perlembar saham dengan laba perlembar saham.
Perusaahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah, sebaliknya perusahaan
yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai rasio yang tinggi Hanafi, 2008:86.
Rodoni dan Ali 2010:125 menyatakan setiap perubahan dalam kebijakan pembayaran dividen akan memiliki dua dampak yang berlawanan
yaitu apabila dividen akan dibayarkan semua, maka keputusan cadangan terabaikan dan sebaliknya apabila laba akan ditahan semua kepentingan
pemegang saham akan uang kas akan terabaikan. Untuk menjaga kedua kepentingan tersebut, maka manajer dapat menempuh kebijakan yang
optimal. Kebijakan dividen yang optimal merupakan kebijakan yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa
yang akan datang, sehingga dapat dimaksimumkan laba dan mempengaruhi nilai perusahaan.
6. Firm Size