Kondisi ENSO Berdasarkan Indeks Nino 3.4

Gambar 13 Kondisi El Nino dan La Nina berdasarkan anomali suhu Nino 3.4 selama periode September 1997 – April 2009.

4.5. Sebaran Permukaan SPL pada Kondisi Normal dan ENSO

Berdasarkan analisis anomali SPL pada wilayah Nino 3.4 yang dapat mengindikasikan kejadian El Nino dan La Nina, maka dicuplik pola sebaran SPL pada bulan dimana terjadi puncak kejadian El Nino dan La Nina serta kondisi normal. Hal ini dimaksudkan untuk melihat perbedaan pola persebaran SPL sepanjang perairan utara Papua pada ketiga kondisi tersebut. Hasil analisis statistik SPL pada kondisi El Nino, La Nina dan normal disajikan pada Tabel 6. Pola sebaran SPL pada bulan puncak kondisi El Nino, La Nina dan Normal dapat dilihat pada Gambar 14 – Gambar 15. Tabel 6 Kisaran SPL di perairan utara Papua pada kondisi El Nino, La Nina dan Normal berdasarkan anomali SPL wilayah Nino 3.4 No Bulan Fenomena SPL o C Minimum Rata-rata Maksimum Std. Deviasi 1 Des 97 El Nino 1 29,48 29,62 29,72 0,07 2 Mei 98 Normal 1 29,58 29,69 29,79 0,06 3 Jan 00 La Nina 1 29,43 29,68 29,87 0,11 4 Jun 01 Normal 2 30,05 30,20 30,33 0,09 5 Nop 02 El Nino 2 29,46 29,67 29,84 0,13 6 Apr 03 Normal 3 29,75 30,09 30,23 0,13 7 Sep 04 El Nino 3 29,27 29,48 29,61 0,11 8 Apr 07 Normal 4 29,54 29,70 29,89 0,10 9 Feb 08 La Nina 2 29,30 29,43 29,52 0,06 Kisaran SPL yang diperoleh pada ketiga kondisi tersebut tidak bervariasi. Kejadian El Nino umumnya memiliki kisaran suhu yang lebih rendah dibandingkan La Nina dan normal. Pada El Nino 1 dapat dilihat bahwa SPL berkisar antara 29,48 - 29,72 o C dengan rata-rata 29,62 o C dan deviasi sebesar 0,07 o C. Sedangkan pada kondisi Normal 2 SPL lebih tinggi berkisar antara 30,05 - 30,33 o C dengan rata-rata 30,20 o C dan deviasinya sebesar 0,09 o Gambar 14 Sebaran SPL pada kondisi El Nino, La Nina dan Normal berdasarkan anomali SPL wilayah Nino 3.4 A=El Nino Desember 1997; B=Normal Mei 1998; C=La Nina Januari 2000; D=Normal Juni 2001; E=El Nino Nopember 2002; F=Normal April 2003. C. Kondisi La Nina umumnya memiliki SPL yang tidak jauh berbeda dengan kondisi normal. Hal ini terjadi karena saat El Nino massa air hangat bergerak ke timur menjauhi perairan utara Papua. Semakin kuat dan lama kejadian El Nino maka air hangat tersebut juga akan makin jauh bergerak ke timur. Hal ini berarti bahwa SPL di perairan utara Papua juga akan semakin rendah dari kondisi normalnya.