Antar Stasiun Klorofil-a Korelasi Silang 1. SPL dan Indeks Nino 3.4
Tabel 22 Korelasi silang antara stasiun klorofil-a dengan metode FFT
Transek Stasiun
Log Frekuensi spb
Periode bulan
KDE mgm
3 2
Koherensi spb
Beda Fase Bulan
S1 S2 TI
-1,8 70
0,029 0,61
1,3 -1,7
47 0,019
0,78 1,6
-0,9 8
0,008 0,90
0,4 S1 S3
TI -0,8
6 0,006
0,72 0,6
S1 S2 TII
-1,8 70
0,011 0,83
0,9 -1,4
28 0,007
0,63 1,2
S1 S3 TII
-1,4 28
0,004 0,49
0,7 S1 S2
TIII -1,2
16 0,008
0,84 1,1
-0,7 5
0,001 0,77
0,4 S1 S3
TIII -1,2
16 0,003
0,62 1,8
-0,7 5
0,001 0,64
0,4
Gambar 33 Korelasi silang antara stasiun klorofil-a A=KDE Transek I; B= KDE Transek II; C= KDE Transek III; D=Koherensi Transek I; E=
Koherensi Transek II; F= Koherensi Transek III; G=Beda Fase Transek I; H= Beda Fase Transek II; I= Beda Fase Transek III.
-2.5 -2
-1.5 -1
-0.5 -0.01
0.01 0.02
0.03
K D
E m
g m
3 2
s p
b
A
-2.5 -2
-1.5 -1
-0.5 -0.01
0.01 0.02
0.03
B
-2.5 -2
-1.5 -1
-0.5 -0.01
0.01 0.02
0.03
C
-2.5 -2
-1.5 -1
-0.5 0.5
1
K o
he rens
i
D
-2.5 -2
-1.5 -1
-0.5 0.5
1
E
-2.5 -2
-1.5 -1
-0.5 0.5
1
F
-2.5 -2
-1.5 -1
-0.5 -15
-10 -5
5
Log Frekuensi spb
B e
da F
as e
bul a
n
G
-2.5 -2
-1.5 -1
-0.5 -15
-10 -5
5
Log Frekuensi spb
H
-2.5 -2
-1.5 -1
-0.5 -15
-10 -5
5
Log Frekuensi spb
I
Stasiun 12 Stasiun 13
Hasil korelasi silang antar stasiun SPL secara melintang dengan metode wavelet disajikan pada Tabel 23. Variabilitas yang terlihat bersifat musiman,
setengah-tahunan, tahunan dan antar-tahunan dengan didominasi oleh variabilitas yang bersifat setengah-tahunan. Variabilitas antar tahunan memiliki
KDE yang paling tinggi diantara variabilitas lainnya walaupun hanya teridentifikasi pada Transek III saja bagian timur. Fluktuasi antar stasiun
klorofil-a yang terjadi sebagian besar bersifat sefase. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh klorofil-a dari daratan terhadap kandungan klorofil-a oseanik.
Tabel 23 Korelasi silang antara stasiun klorofil-a dengan metode wavelet
Transek Stasiun
Periode bulan
KDE mgm
3 2
Waktu Kejadian spb
Fase Fluktuasi
S1S2 TI
3-4 2
Jan 02 - Jan 03 sefase
Y → X
6-7 2-3
Jan 03 - Jul 03 sefase
Y → X
S1S3 TI
2-4 2
Jan 08 - Jan 09 sefase
Y → X
4-6 3-4
Mei 08 - Sep 08 sefase
Y → X
S1S2 TII
3-4 1-2
Jul 98 - Sep 98 sefase
X → Y
6-7 2
Jan 02 - Mar 03 antifase
X → Y
S1S3 TII
10-12 4
Agu 05 - Feb 06 antifase
Y → X
S1S2 TIII
8-9 4
Jul 03 - Jan 04 sefase
X → Y
4-20 2-8
Okt 06 - Sep 08 sefase
X → Y
S1S3 TIII
2-7 2-4
Okt 02 - Sep 03 sefase
X → Y
2-6 1-2
Jan 08 - Sep 09 antifase
Y → X
12-14 4
Jan 99 - Agu 99 sefase
Y → X
8-17 8
Agu 06 - Feb 08 sefase
X → Y
Ket : X → Y berarti klorofil-a Stasiun 1 X mendahului klorofil-a Stasiun 2 Y
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Anomali suhu pada wilayah Nino 3.4 cukup baik menggambarkan kondisi El Nino dan La Nina. Sepanjang rentang pengamatan telah terjadi tiga kali El
Nino 19971998, 20022003, 20042005 dan dua kali La Nina 199819992000, 20072008. El Nino tahun 19971998 merupakan El Nino terkuat dengan
anomali suhu mencapai +2,69
o
C dan La Nina tahun 199819992000 merupakan La Nina terkuat dengan anomali suhu mencapai -1,89
o
C. Sebaran SPL saat terjadi El Nino umumnya memiliki kisaran suhu yang lebih rendah dibandingkan
La Nina dan normal. Semakin kuat dan lama kejadian El Nino maka SPL di perairan utara Papua juga akan semakin rendah dari kondisi normalnya.
Kandungan klorofil-a saat kondisi El Nino lebih tinggi dibanding kondisi La Nina dan Normal. Kandungan klorofil-a oseanik tertinggi terjadi pada El Nino
tahun 19971998 yang berkisar antara 0,088 - 0,391 mgm
3
dan terendah La Nina tahun 199819992000 yang berkisar antara 0,062 - 0,072 mgm
3
. Pola sebaran permukaan kandungan klorofil-a oseanik yang tinggi berada pada sisi
barat perairan utara Papua. Saat terjadinya El Nino konsentrasi klorofil-a oseanik yang tinggi ini bergerak ke timur dan pada kondisi La Nina konsentasi
klorofil-a oseanik yang tinggi makin bergeser ke barat mengikuti pola pergerakan air hangat warm pool. Pola sebaran konsentrasi klorofil-a di sepanjang pantai
utara Papua menunjukkan konsentrasi klorofil-a yang tinggi selalu bergerak dari timur ke barat menyusuri pantai utara Papua terkait pengaruh daratan dan
pergerakan Arus Pantai Papua dan Arus Bawah Pantai Papua yang selalu mengalir dari tenggara menuju barat laut sepanjang waktu.
Hasil analisis metode FFT dan wavelet menunjukkan bahwa spektrum densitas energi signifikan pada selang kepercayaan 95 untuk Indeks Nino 3.4,
SPL maupun klorofil-a memiliki fluktuasi antar-tahunan yang lebih dominan. Hal ini terkait fenomena ENSO yang memiliki variabilitas antar-tahunan. Korelasi
silang SPL dan Indeks Nino 3.4 didominasi oleh variabilitas antar tahunan dengan beda fase berkisar 3,5 – 7 bulan. Korelasi silang antara SPL dan klorofil-
a juga menunjukkan variabilitas antar-tahunan lebih dominan dengan beda fase sekitar 3,4 – 5,5 bulan. Demikian juga halnya dengan hasil korelasi silang antara
Indeks Nino 3.4 dan klorofil-a yang menunjukkan kuatnya variabilitas antar- tahunan dengan beda fase sekitar 0,5 – 3,0 bulan