SPL dan Klorofil-a Korelasi Silang 1. SPL dan Indeks Nino 3.4

ini terkait dengan keberadaan kandungan klorofil-a yang tinggi di sisi barat perairan utara Papua. Kandungan klorofil-a yang tinggi ini akan bergerak mengikuti pergerakan air hangat sehingga korelasi silang antara SPL dan klorofil- a terlihat lebih kuat pada lokasi ini. Gambar 30 Korelasi silang antara SPL dan Klorofil-a A=KDE Transek I; B= KDE Transek II; C= KDE Transek III; D=Koherensi Transek I; E= Koherensi Transek II; F= Koherensi Transek III; G=Beda Fase Transek I; H= Beda Fase Transek II; I= Beda Fase Transek III. Hasil korelasi silang antara SPL dan klorofil-a dengan metode wavelet disajikan pada Tabel 17. Variabilitas tahunan terlihat lebih dominan dikarenakan memiliki KDE yang tinggi dibanding setengah tahunan. Variabilitas antara SPL dan klorofil-a cenderung yang terjadi bersifat antifase. Hal ini berarti bahwa saat SPL turun maka kandungan klorofil-a akan naik dan juga sebaliknya. Pola korelasi silang dengan metode wavelet dalam bentuk XWT disajikan pada Lampiran 6 dan dalam bentuk WTC pada Lampiran 7. Variabilitas tahunan hingga antar tahunan terlihat lebih jelas pada Stasiun 3 di tiap Transek Lampiran 6; Gambar C, F dan I yang terjadi hampir kontinu sepanjang rentang data pengamatan. Kejadian El Nino tahun 19971998 selalu terlihat jelas pada semua stasiun hanya saja karena periode kejadiannya berada pada bagian tepi selang kepercayaan 95 maka diabaikan. -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 -0.2 -0.1 0.1 K D E o C .m g m 3 s pb A -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 -0.2 -0.1 0.1 B -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 -0.2 -0.1 0.1 C -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0.5 1 K o he rens i D -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0.5 1 E -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0.5 1 F -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 -20 20 Log Frekuensi spb B e da F as e bul a n G -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 -20 20 Log Frekuensi spb H -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 -20 20 Log Frekuensi spb I Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Tabel 17 Korelasi silang antara SPL dan klorofil-a dengan metode wavelet Transek Stasiun Periode bulan KDE o C.mgm 3 Waktu Kejadian spb Fase Fluktuasi TI.S1 5-7 2-4 Jan 01 - Mei 03 antifase X → Y 5-6 2-3 Okt 06 - Sep 08 antifase X → Y 6-7 2-4 Agu 04 - Mar 05 antifase X → Y TI.S2 5-7 2-4 Jan 01 - Jun 03 antifase X → Y 6-8 2-4 Mei 04 - Sep 05 antifase Y → X 5-6 2-3 Mei 06 - Apr 08 antifase Y → X TI.S3 5-7 2-3 Sep 99 - Jun 00 sefase Y → X 12-14 4-8 Okt 01 - Des 03 sefase X → Y 6-8 2-3 Jul 02 - Agu 03 antifase Y → X 5-7 2-4 Okt 04 - Des 06 antifase X → Y TII.S1 5-6 2-3 Jun 02 - Jul 03 antifase X → Y 5-6 2-3 Okt 06 - Mei 07 antifase X → Y TII.S2 2-7 2-4 Des 01 - Sep 03 antifase X → Y TII.S3 5-7 2-3 Apr 01 - Jun 02 antifase X → Y 10-14 8 Feb 02 -Des 07 antifase X → Y 2-7 2-4 Agu 04 - Agu 07 antifase Y → X TIII.S1 14-16 8 Feb 99 - Jul 00 antifase Y → X 4-7 2-4 Feb 06 - Mei 07 antifase X → Y 16-24 8 Sep 06 - Agu 07 antifase X → Y TIII.S2 5-7 2-4 Sep 02- Des 03 antifase Y → X 8-10 2-4 Feb 03 - Apr 04 antifase X → Y 15-16 4 Agu 07 - Nop 07 antifase X → Y TIII.S3 10-14 4-8 Jan 99 - Apr 03 antifase X → Y 4-7 2-4 Mei 02 - Jan 05 antifase Y → X 10-14 8 Nop 05 - Feb 08 antifase X → Y Ket : X → Y berarti SPL X mendahului klorofil-a Y

4.10.3. Indeks Nino 3.4 dan Klorofil-a

Hasil korelasi silang antara Indeks Nino 3.4 dan klorofil-a dengan menggunakan metode FFT disajikan pada Tabel 18. Pola KDE dan koherensi serta beda fase yang terbentuk disajikan pada Gambar 31. Indeks Nino 3.4 dan klorofil-a memiliki variabilitas bersama secara tahunan dan antar-tahunan. Variabilitas antar-tahunan terlihat lebih dominan pada semua stasiun dengan beda fase sekitar 0,5 – 3,0 bulan. Hal ini berarti setelah anomali suhu pada wilayah Nino 3.4 mengalami fluktuasi maka 0,5 – 3,0 bulan kemudian klorofil-a juga mengalami fluktuasi. Transek I memiliki KDE yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan Transek II maupun III, artinya wilayah barat perairan utara Papua memiliki respon yang lebih kuat terhadap kejadian ENSO dibanding wilayah tengah dan timurnya. Hasil korelasi silang antara Indeks Nino 3.4 dan klorofil-a dengan metode wavelet disajikan pada Tabel 19. Variabilitas antar-tahunan terlihat lebih dominan dikarenakan memiliki KDE yang tinggi dibanding variabilitas tahunan. Variabilitas antara Indeks Nino 3.4 dan klorofil-a cenderung yang terjadi bersifat sefase. Hal ini berarti bahwa saat Indeks Nino 3.4 naik maka kandungan klorofil- a akan naik dan juga sebaliknya. Pola korelasi silang dengan metode wavelet dalam bentuk XWT disajikan pada Lampiran 8 dan dalam bentuk WTC pada Lampiran 9. Variabilitas antar tahunan terlihat lebih jelas pada Transek II Stasiun 1 dan Transek III Stasiun 1 Lampiran 8; Gambar D dan G. Variabilitas yang bersifat tahunan terlihat lebih jelas pada Transek II Stasiun 3 dan Transek III Stasiun 3 Lampiran 8; Gambar F dan I. Analisis korelasi silang antara Indeks Nino 3.4 dan klorofil-a dengan menggunakan metode FFT dan wavelet menunjukkan hasil yang tidak berbeda. Variabilitas yang terjadi bersifat antar-tahunan dan tahunan yang didominasi oleh variabilitas antar-tahunan. Fenomena ENSO seperti yang telah diketahui memiliki variabilitas yang bersifat antar-tahunan sehingga jika dikaitkan dengan hasil korelasi silang tersebut maka dapat diduga bahwa variabilitas klorofil-a di perairan utara Papua sangat dipengaruhi oleh ENSO. Dengan kata lain ENSO mempengaruhi kesuburan perairan utara Papua dimana saat terjadi El Nino perairan ini menjadi lebih subur. Tabel 18 Korelasi silang antara Nino 3.4 dan klorofil-a dengan metode FFT Transek Stasiun Log Frekuensi spb Periode bulan KDE o C.mgm 3 Koherensi spb Beda Fase Bulan TI.S1 -1,8 70 0,700 0,74 2,0 -1,7 47 0,550 0,72 0,7 -1,5 35 0,402 0,81 1,2 -1,4 28 0,380 0,87 1,7 -1,1 14 0,236 0,72 1,4 T1.S2 -1,8 70 0,656 0,79 1,5 -1,7 47 0,446 0,79 1,7 -1,5 35 0,334 0,82 0,3 -1,4 28 0,255 0,68 0,5 -1,2 16 0,345 0,92 0,1 TI.S3 -1,3 20 0,094 0,62 2,0 -1,2 18 0,102 0,60 1,7 TII.S1 -1,7 47 0,386 0,92 0,1 TII.S2 -1,8 70 0,413 0,89 1,1 -1,7 47 0,312 0,86 0,8 -1,5 35 0,288 0,91 1,0 -1,4 28 0,267 0,84 1,3 -1,2 18 0,161 0,83 1,2 -1,1 14 0,136 0,65 0,4 TII.S3 -1,8 70 0,143 0,58 2,3 -1,4 28 0,165 0,64 2,9 -1,2 16 0,121 0,54 0,7 TIII.S1 -1,8 70 0,103 0,23 1,7 -1,3 20 0,143 0,34 0,4 TIII.S2 -1,8 70 0,251 0,78 1,6 -1,7 47 0,131 0,50 1,5 -1,3 20 0,114 0,68 0,5 -1,2 16 0,183 0,71 0,2 TIII.S3 -1,8 70 0,156 0,79 1,6 -1,7 47 0,111 0,83 1,4 -1,5 35 0,096 0,73 2,1 -1,4 28 0,080 0,59 3,0 -1,1 12 -0,132 0,61 2,3