Definisi koherensi wavelet ini mempunyai kesamaan dengan nilai koefisien korelasi pada umumnya. Sehingga koherensi wavelet dapat dianggap sebagai
lokalisasi koefisen korelasi dalam domain frekuensi waktu. Secara keseluruhan dan sistematik metode perolehan dan pengolahan
serta analisis data dalam penelitian ini disajikan diagram alir pada Gambar 6.
Data Reanalisis Klorofil-a Bulanan
Globcolour Data Indeks Nino 3.4 Bulanan
CPC-NCEP-NOAA
Sebaran permukaan normal bulanan
ODV 4.3.6 Plot series penentuan
kondisi El NinoLa Nina MS. Excel 2007
Sebaran permukaan pada periode El Nino dan Normal
serta La Nina ODV 4.3.6
FFT Fast Fourier Transform dengan STATISTICA 6 :
1. Auto Spektrum 2. Korelasi Silang
a. Kospektrum Densitas Energi b. Koherensi
c. Beda Fase
WAVELET dengan MATLAB R2008a : 1. Continous Wavelet Transform CWT
2. Cross Wavelet Transform XWT 3. Wavelet Transform Coherence WTC
Suhu Buoy TRITON
Variabilitas Klorofil-a dan Interelasinya terhadap ENSO di Perairan Utara Papua Plot Series
melintang tiap transek
ODV 4.3.6 SPL Reanalisis Bulanan
ERSL NOAA
Validasi
Analisis Statistik MS. Excel 2007
Gambar 6 Tahapan dan proses pengolahan serta analisis data.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Validasi Data SPL
Validasi suhu rata-rata bulanan hasil reanalisis ERSL NOAA dengan suhu hasil observasi Buoy TRITON pada dua lokasi yang berdekatan selama periode
Oktober 2001 – April 2009 disajikan pada Tabel 2. Jarak antar lokasi Buoy TRITON sekitar 350 km sedangkan jarak antar stasiun data reanalisis sekitar
442 km. Jarak antar stasiun Buoy dan data reanalisis yang berdekatan sebesar 78 km.
Kisaran suhu pada data Buoy 2 sebesar 28,81 - 30,17
o
C dengan rerata 29,55
o
C dan deviasi 0,33
o
C. Hal ini tidak jauh berbeda dengan kisaran suhu pada stasiun reanalisis terdekat dimana suhu berkisar antara 28,63 - 30,21
o
C dengan rerata 29,57
o
C dan deviasi sebesar 0,34
o
C. Dari kedua data tersebut diperoleh nilai RMSE sebesar 0,14
o
C. Kisaran suhu pada data Buoy 3 sebesar 27,92 - 30,20
o
C dengan rerata 29,34
o
C dan deviasi 0,48
o
C. Hal ini tidak jauh berbeda dengan kisaran suhu pada stasiun reanalisis terdekat dimana suhu
berkisar antara 27,88 - 30,23
o
C dengan rerata 29,32
o
C dan deviasi sebesar 0,47
o
C. Dari kedua data tersebut diperoleh nilai RMSE sebesar 0,16
o
Statistik
C. RMSE dari kedua pasangan data tersebut juga memiliki tingkat kesalahan yang kecil.
Tabel 2 Validasi suhu hasil reanalisis ERSL NOAA dengan suhu Buoy TRITON
SPL
o
C Buoy
TRITON 2 ERSL
TIIS1 Buoy
TRITON 3 ERSL
TII S3 Minimum
28,81 28,63
27,92 27,88
Rata-rata 29,55
29,57 29,34
29,32 Maksimum
30,17 30,21
30,20 30,23
Standar Deviasi 0,33
0,34 0,48
0,47 RMSE
0,14 0,16
Gambar 7 dan Gambar 8 menunjukkan pola fluktuasi dari kedua pasangan data yang cenderung sefase dan berhimpit dengan perbedaan
amplitudo rata-rata yang kecil. Terdapat perbedaan amplitudo dimana suhu hasil reanalisis secara umum memiliki amplitudo yang sedikit lebih besar dibanding
suhu Buoy TRITON. Pada Gambar 7 dapat dilihat perbedaan ampiltudo tertinggi 0,30
o
C yaitu terjadi pada periode Januari 2003 untuk amplitudo negatif dan Oktober 2003 untuk amplitudo positif. Sedangkan pada Gambar 8 perbedaan
amplitudo positif tertinggi sebesar 0,39
o
C terjadi pada periode April 2008 dan amplitudo negatif tertingggi sebesar 0,44
o
Gambar 7 Validasi data SPL ERSL NOAA terdekat dengan data suhu Buoy TRITON Stasiun 2.
C yang terjadi pada periode Februari 2005. Berdasarkan hasil analisis statistik dan pola fluktuasi yang terbentuk maka
dapat dikatakan bahwa data suhu permukaan laut hasil reanalisis ERSL NOAA memiliki validitas yang baik untuk selanjutnya dapat digunakan dalam analisis
pola sebaran permukaan dan deret waktu.
Gambar 8 Validasi data SPL ERSL NOAA terdekat dengan data suhu Buoy TRITON Stasiun 3.