Kondisi Meteorologi dan Oseanografi Perairan Utara Papua
sepanjang pantai Sumatera-Jawa-Sumbawa di Samudera Hindia bagian timur Wyrtki,1961.
Wyrtki 1961 juga menyatakan bahwa pola sirkulasi di perairan utara Papua memiliki variabilitas musiman yang kuat. Sirkulasi permukaan yang paling
kuat di bagian barat Samudera Pasifik adalah Arus Khatulistiwa Utara yang mengalir terus sepanjang tahun menuju Filipina. Kecepatan arus tertinggi terjadi
pada Desember hingga Februari dan terendah pada April hingga Juni. Pada bulan Juni hingga Agustus Arus Katulistiwa Selatan AKS mengalir kencang ke
barat sepanjang pantai utara Papua hingga ke Halmahera membawa massa air hangat dan asin. Selanjutnya membelok ke utara dan bergabung dengan massa
air yang keluar dari Laut Sulawesi dan Laut Maluku yang menyebabkan pembelokan lebih jauh ke kanan bergabung dengan Arus Katulistiwa Utara
AKU dan Arus Sakal Katulistiwa Equatorial Counter Current. Pertemuan kedua arus ini membentuk aliran yang lebih besar kearah timur. Pada musim ini
Arus Sakal Katulistiwa mencapai kekuatan maksimal yang membawa massa air dari belahan bumi selatan yang lebih dingin dan tawar. Kekuatan AKS dan Arus
Sakal Katulistiwa melemah tanpa perubahan pola arus pada bulan Oktober. Kashino et al. 1999 menyatakan Arus Mindanao yang merupakan bagian
dari Arus Katulistiwa Utara North Equatorial Current mengalir dari arah utara sepanjang Pantai Mindanao masuk ke Laut Sulawesi. Arus ini kemudian berbalik
arah ke timur kembali ke Pasifik namun ada pula yang mengalir menjadi ARLINDO. Di bawah Arus Mindanao mengalir Arus Bawah Mindanao
Mindanao Undercurrent. Di sepanjang pantai Papua mengalir Arus Pantai Papua New Guinea Coastal Current dan Arus Bawah Pantai Papua New
Guinea Coastal Undercurrent yang merupakan bagian dari Arus Katulistiwa Selatan South Equatorial Current. Arus Bawah Pantai Papua mengalir ke barat
laut lalu berbalik arah ke timur Pulau Halmahera, bergabung dengan Arus Mindanao dan mengalir ke timur sebagai Arus Sakal Ekuator Utara North
Equatorial Countercurrent. Pusaran Mindanao dan Pusaran Halmahera terdapat di tempat pembalikan arah dari Arus Mindanao dan Arus Bawah Pantai Papua.
Kashino et al. 2007 menemukan adanya Pusaran Papua New Guinea Eddy di utara Papua hasil pembalikan arah dari Arus Bawah Pantai Papua di sekitar 135
-138°BT yang kemudian mengalir ke timur sebagai Arus Bawah Katulistiwa Equatorial Undercurrent.
Saat musim timur Arus Bawah Pantai Papua bergerak kuat ke arah barat laut Kashino et al. 2007. Fine et al. 1994 menyatakan bahwa Arus Bawah
Pantai Papua yang menggerakkan Antarctic Intermediate Water AAIW ke arah barat laut akan berhubungan dengan Arus Bawah Mindanao yang mengalir ke
utara. Kashino et al. 2007 memperlihatkan sistem arus pada ekuatorial Pasifik barat pada Oktober sampai Nopember 1999 yang disajikan pada Gambar 2.
Garis berwarna merah dan biru menunjukkan arus menggerakkan massa air masing-masing dibentuk di utara dan selatan Pasifik. AKS mengalir ke arah
barat pada lapisan permukaan yang ditunjukkan dengan panah hijau. Halmahera Eddy HE dan New Guinea Eddy NGE ditunjukkan dengan lingkaran berwarna
ungu.
Gambar 2 Pola arus di ekuator barat Pasifik hasil rata-rata pengukuran ADCP dengan menggunakan Kapal Riset Kaiyo pada kedalaman 175 - 225
m selama periode Oktober – Nopember 1999 Kashino et al. 2007.
Kuroda 1999 menjelaskan bahwa Arus Pantai Papua merupakan arus permukaan yang disebabkan oleh pengaruh musim. Penumpukan massa air di
permukaan disebabkan oleh transpor Ekman di pantai Papua dan kombinasi dengan upwelling oleh tranpor Ekman yang lemah di ekuator. Arus Pantai Papua
dan Arus Bawah Pantai Papua salah satu pola aliran yang mengontrol neraca bahang dan salinitas dari kolam air hangat di ekuator bagian barat Samudra
Pasifik. Fine et al. 1994 mendeskripsikan empat tipe massa air di perairan Pasifik
Barat, yaitu North Pacific Tropical Water NPTW yang memiliki salinitas tinggi dengan σθ = 24,0, South Pacific Tropical Water SPTW yang memiliki salinitas
tinggi dengan σθ = 25,0, North Pacific Intermediate Water NPIW yang memiliki salinitas minimum dengan σθ = 26,5, and the Antarctic Intermediate Water
AAIW yang memiliki salinitas minimum dengan σθ = 27,2. Selanjutnya
Bingham dan Lukas 1995 dalam Kashino et al. 2007 menambahkan North Pacific Tropical Intermediate Water NPTIW yang memiliki salinitas dan oksigen
minimum dengan σθ = 26,8 dan South Pacific Tropical Intermediate Water SPTIW yang memiliki salinitas dan oksigen minimum dengan σθ = 27,1.
Hasegawa 2009 menyatakan secara musiman perairan utara Papua sangat subur yang dipicu ketika muncul Madden Julian Oscilation MJO yang
memiliki periode 40-50 harian. Saat MJO muncul, angin baratan akan membangkitkan gelombang Kelvin ke arah timur dan berubah menjadi
gelombang Coastally Trapped Kelvin Wave CTKW ketika gelombang ini membentur massa daratan kepulauan Bismark. Gelombang Kelvin yang
terperangkap di pantai ini merambat menyusuri pantai sepanjang kepulauan Bismark hingga pantai utara Papua. Pertemuan arus ini memicu munculnya
fenomena divergensi yang mengakibatkan naiknya massa air dari lapisan dalam upwelling.
3 BAHAN DAN METODE