18
18 Tabel 1. Karakteristik fisik stasiun pengamatan
Stasiun Posisi
Karakteristik fisik I
06 01’ 29.5” LS
106 09’ 57.9” BT
Ketebalan mangrove tinggi, dekat muara Sungai Pelabuhan, terdapat area pertambakan.
II 06
01’ 33.4” LS 106
09’ 55” BT Ketebalan mangrove tinggi, dekat muara Sungai
Cengkok, terdapat area pertambakan.
III 06
01’ 38.5” LS 106
10’ 09.6” BT Tepi muara Sungai Cengkok Cibanten, tidak ada
mangrove alami. IV
06 01’ 38.6” LS
106 10’ 33.0” BT
Ketebalan mangrove rendah, dekat muara Sungai Cengkok, terdapat area pertambakan.
V 06
01’ 35.4” LS 106
11’ 03.6” BT Ketebalan mangrove sedang, dekat kali Padek,
terdapat area pertambakan. VI
06 01’ 24.0” LS
106 11’ 27.4” BT
Ketebalan mangrove sedang, dekat dengan Cagar Alam Pulau Dua, terdapat area pertambakan.
3.2. Alat dan Bahan yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Bahan-bahan yang digunakan adalah bahan-bahan kimia untuk mengukur parameter
kimia perairan. Tabel 2. Daftar alat yang digunakan dalam penelitian
No. Alat
Fungsi
1. GPS Mengetahui posisi stasiun pengamatan
2. Meteran Membuat transek garis dan plot contoh
3. Refraktometer Mengukur salinitas
4. Termometer air raksa Mengukur suhu
5. Guntingpisau Mengambil sampel mangrove
6. Alat tulis dan label Mencatat data
7. Pipa peralon 4 inchi Mengambil sampel substrat
8. Kantong plastik Menyimpan sampel substrat dan gastropoda
8. Buku identifikasi Mengetahui jenis mangrove dan gastropoda
9. Botol sampel Mengambil sampel air
10. Indikator pH
Mengukur pH
1 9
1 9
Gambar 4. Lokasi penelitian dan stasiun pengamatan
20
20
3.3. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi kondisi mangrove struktur komunitas dan INP dan parameter
lingkungan perairan temperatur, salinitas, arus, kekeruhan, pH, kandungan oksigen terlarut, BOD, ammonia, nitrat, dan fosfat dan biota bentik gastropoda.
Kelengkapan data sekunder meliputi pasang surut dan sumberdaya udang.
3.3.1. Penentuan lokasi pengambilan contoh
Penentuan lokasi pengamatan dilakukan dengan metode penarikan contoh acak berlapis Stratified Random Sampling. Pembentukan strata ini berdasarkan
perbedaan karakteristik ketebalan mangrove dari garis pantai sehingga dapat dibagi menjadi 3 tiga strata, yaitu ketebalan mangrove tinggi tebal 100 m; sedang 40
m tebal 100 m; dan rendah tebal 40 m. Setiap strata diambil dua stasiun pengamatan, sehingga jumlah total adalah 6 enam
stasiun. Beberapa stasiun pengamatan yang mewakili area ketebalan mangrove tinggi diantaranya stasiun I dan II yaitu di dekat Pelabuhan Perikanan Karangantu
atau berada diantara dua muara sungai yaitu Sungai Pelabuhan dan Sungai Cengkok. Stasiun pengamatan yang mewakili area ketebalan mangrove rendah adalah stasiun
III dan IV yaitu di tepi muara Sungai Cengkok stasiun III dan di pesisir pantai yang masih berdekatan dengan muara Sungai Cengkok stasiun IV. Stasiun
pengamatan yang mewakili area ketebalan mangrove sedang adalah stasiun V dan VI yaitu di sekitar saluran kali Padek stasiun V dan di sekitar Kawasan Cagar
Alam Pulau Dua stasiun VI.
3.3.2. Teknik pengambilan contoh 3.3.2.1. Kondisi ekosistem mangrove
Pengamatan mangrove dilakukan dengan menggunakan metode jalur Line Transek dan kuadrat contoh yaitu dengan cara menarik garis lurus sejajar garis
pantai di setiap stasiun, kemudian di atas garis tersebut ditempatkan kuadrat berukuran 10 m x 10 m sebagai sub-stasiun contoh. Jarak antarkuadrat ditetapkan
berdasarkan perbedaan struktur vegetasi. Masing-masing plot replikasi berada di dalam transek kuadrat berukuran 10 m
x10 m. Pada plot yang berukuran 10 m x 10 m dilakukan penghitungan jumlah pohon atau tegakan. Di dalam plot replikasi dibuat petak berukuran 5 m x 5 m untuk
21
21 Gambar 5. Ilustrasi teknik pengambilan sampel mangrove
menghitung jumlah anakan dan petak berukuran 1 m x 1 m untuk menghitung jumlah semai Gambar 5.
Pengukuran diameter batang vegetasi dilakukan pada setiap individu dengan mengacu kepada English et al. 1994 Gambar 6. Disamping itu, terdapat
penggolongan tegakan berdasarkan ukuran diameter batang diantaranya: pohon diameter 4 cm, tinggi 1 m ; anakan diameter 4 cm, tinggi 1 m; dan
semai tinggi 1 m. Data yang diambil meliputi diameter batang, jenis dan jumlah vegetasi mangrove English et al. 1994. Jenis-jenis mangrove yang
ditemukan diidentifikasi dengan mengacu kepada Noor et al. 1999.
3.3.2.2. Biota akuatik
Biota akuatik yang dianalisis meliputi kelas gastropoda dan udang. Untuk sampel gastropoda diambil sebanyak 3 replikasi secara sistematis dengan
menggunakan transek berukuran 0,5 m x 0,5 m pada setiap plot mangrove yang berluasan 100 m
2
Gambar 7. Pengambilan sampel dilakukan pada saat kondisi perairan surut sehingga memudahkan pengambil sampel pada permukaan substrat
dan perakanan vegetasi mangrove dengan menggunakan tangan. Sampel yang
22
22 diperoleh dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk bahan identifikasi di
laboratorium. Buku identifikasi yang digunakan mengacu kepada Blatchford et al. 1977.
Sampel udang diperoleh dari hasil tangkapan nelayan dengan menggunakan alat tangkap Sero nelayan setempat di kawasan mangrove Teluk Banten. Data
produksi yang diperoleh adalah catatan produksi harian nelayan pengumpul khusus untuk alat tangkap Sero. Data tersebut dicatat sebagai dasar pengolahan data jenis
dan produksi sumberdaya perikanan tangkap khususnya sebagai informasi mengenai sumberdaya udang di sekitar kawasan lokasi penelitian.
3.3.2.3. Substrat
Sampel substrat diambil menggunakan pipa peralon 4 inchi. Proses ini dilakukan pada saat perairan surut bersamaan dengan pengambilan sampel
mangrove dan gastropoda Gambar 7. Pengambilan sampel ini dilakukan satu kali secara acak pada setiap stasiun pengamatan. Sampel yang diperoleh dimasukkan ke
dalam kantong plastik untuk dianalisis di Laboratorium. Beberapa karaketeristik substrat yang dianalisis meliputi nilai pH, C-organik, dan tektur substrat. Analisis
substrat ini dilakukan di Laboratorium Tanah, Departemen Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Gambar 6. Prosedur penentuan diameter batang English et al. 1994
23
23
3.3.2.4. Parameter fisika dan kimia perairan
Parameter fisika kimia perairan diukur di setiap stasiun pada saat pasang dan surut Gambar 9. Pengambilan sampel kondisi surut dilakukan pada rentang waktu
pukul 10.00-12.00 WIB, sementara kondisi pasang dilakukan sekitar pukul 16.00- 18.00 WIB. Pengambilan sampel dilakukan satu kali di setiap stasiun pengamatan.
Beberapa parameter fisika kimia perairan yang diukur dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Pengukuran parameter fisika dan kimia perairan
Parameter Satuan
Alat lokasi
Fisika : Suhu
o
C Thermometer
Insitu Arus
cmdtk Floating Droudge
Insitu Kekeruhan
NTU Turbiditimeter
Lab. Substrat
Pipa peralon 4 inchi, Lab
Kimia : Salinitas
PSU Refractometer
Insitu pH
-
Kertas pH Insitu
DO mgl
Titrasi Insitu
BOD
5
mgl Titrasi
Lab. Nitrat, ammonia
mgl Spektrometer
Lab. Fosfat
mgl Spektrometer
Lab. C-organik subsrat
o o
- Lab.
Gambar 7. Ilustrasi teknik pengambilan sampel substrat dan gastropoda
24
24
A Ni
Di =
3.4. Analisis Data 3.4.1. Analisis kondisi ekosistem mangrove
Analisis kondisi
ekosistem mangrove
dimaksudkan untuk
mengetahui persentase penutupan dan kerapatan pohon pohonm
2
. Analisis ini menggunakan data hasil pengukuran langsung di lapangan, berupa jumlah individu, diameter
batang, tipe substrat dan luas petak contoh yang diambil. Selanjutnya dilakukan analisis potensi, mengacu kepada English et al. 1994; Snedaker dan Snedaker
1984, diantaranya adalah :
a. Kerapatan Jenis Di
Kerapatan jenis adalah jumlah individu jenis ke-i dalam suatu unit area :
Keterangan : Di
= kerapatan jenis ke-i Ni
= jumlah total tegakan jenis ke-i A
= luas total area pengambilan contoh m
2
Gambar 8. Ilustrasi teknik pengambilan sampel air pada saat pasang dan surut Ekosistem Mangrove
25
25
100 ×
=
∑
= n
n i
n n
RDi
∑
=
=
n i
p pi
Fi
1
100
1
× =
∑
= n
i
F Fi
RFi
b. Kerapatan Relatif Jenis RDi
Kerapatan relatif jenis adalah perbandingan antara jumlah individu jenis ke-i dan jumlah total individu seluruh jenis :
Keterangan : RDi = kerapatan relatif jenis ke-i
ni = jumlah total tegakan jenis ke-i
n = jumlah tegakan seluruh jenis
c. Frekuensi Jenis Fi
Frekuensi jenis adalah peluang ditemukannnya jenis ke-i dalam petak contoh plot yang diamati :
Keterangan : Fi
= frekuensi jenis ke-i pi
= jumlah petak contoh tempat ditemukan jenis ke-i p
= jumlah total petak contohplot yang diamati
d. Frekuensi Relatif Jenis RF