38
38 Gambar 17. Kadar nitrat perairan Teluk Banten
nitrat di lokasi penelitian pada saaat pasang berkisar antara 0,17 mgl – 0,44 mgl, sedangkan pada saat surut 0,12 mgl – 0,29 mgl Gambar 17. Menurut Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup KEP No.51MNLHI 2004, baku mutu nitrat untuk biota laut adalah tidak melebihi kadar 0,008 mgl. Berdasarkan data yang
diperoleh menunjukkan bahwa kadar nitrat di setiap stasiun pengamatan telah melampaui baku mutu yang disarankan. Kadar nitrat di perairan akan dimanfaatkan
produser primer
fitoplankton sebagai unsur
hara bagi petumbuhan dan
perkembangan selnya, sehingga dapat meningkatkan produktivitas primer perairan. Tingginya kadar nitrat di stasiun I, ditandai dengan melimpahnya bahan
organik yang diduga mengandung bahan-bahan nitrogen organik seperti organisme dan tumbuhan yang mati, eksresi organisme ataupun bawaan dari aliran sungai yang
mengandung limbah organik seperti pupuk pertanian, tinja, dan berbagai macam sampah organik, mengingat bahwa stasiun ini berada disekitar muara pelabuhan.
Dalam pembentukan nitrat ini terjadi proses nitrifikasi oleh bakteri tertentu dengan mengoksidasi senyawa nitrogen anorgaik yang terbentuk. Untuk kasus ini,
diduga proses nitrifikasi sudah mencapai tahap akhir yaitu terbentuknya nitrat, yang pada mulanya adalah ammonia. Hal ini terlihat dari tingginya nitrat disertai dengan
menurunnya kadar ammonia.
4.1.10. Fosfat
Kadar fosfat pada saat pasang berkisar antara 0,02 mgl – 0,07 mgl, sedangkan pada saat surut berkisar antara 0,03 mgl – 0,08 mgl Gambar 18. Keputusan
39
39 Gambar 18. Kandungan fosfat perairan Teluk Banten
Menteri Negara Lingkungan Hidup KEP No.51MNLHI 2004, baku mutu fosfat untuk biota laut adalah tidak melebihi kadar 0,015 mgl. Berdasarkan hasil
pengukuran, mengindikasikan bahwa kandungan fosfat di kawasan ini telah melebihi baku mutu yang disarankan.
Keberadaan fitoplankton dapat mempengaruhi kadar fosfat di perairan. Hal ini dipengaruhi karena fosfat merupakan salah satu bentuk nutrien yang diperlukan
produser primer
fitoplankton atau
makrofita untuk
pertumbuhan dan
perkembangan selnya Boyd 2001.
Di stasiun I, kadar fosfat pada saat surut diperoleh lebih tinggi, hal ini diduga pada saat surut
terjadi pencampuran air dari sungai Pelabuhan yang membawa sumber-sumber fosfat. Sebaliknya di stasiun V dan VI
pada saat pasang, kadar fosfat lebih tinggi, hal ini diduga pada saat pasang naik air dari laut cenderung
masuk menempati daerah intertidal, salah satunya mengalir melalui parit-parit tambak dan terjadi pencampuran dengan air yang bersumber dari tambak yang
masih aktif yang diduga menggunakan pupuk fosfat.
4.1.11. Arus
Kecepatan arus pada saat pasang berkisar antara 1,82 cms – 7,30 cms, sedangkan pada saat surut berkisar antara 1,76 cms – 5,46 cms Gambar 19.
Pergerakan arus pasang surut yang masuk dan keluar dari perairan teluk, berdampak terhadap bentuk morfologi dasar dari perairan ini. Di lokasi dasar perairan yang
dipengaruhi arus pasang surut yang cepat biasanya akan mengendapkan sedimen
40
40 Gambar 19. Arus perairan Teluk Banten
pasir dan sedimentasi umumnya rendah. Sebaliknya, pada lokasi dengan arus pasang surut yang rendah, dapat mengendapkan sedimen lumpur sehingga sedimentasi lebih
tinggi.
Di perairan Teluk Banten, pasang surut tertinggi dijumpai pada musim timur 0,55 m. Menurut WYRTKI 1961 in Sutomo dan Riyono 1990, kecepatan arus
pada puncak musim timur bulan Agustus di sepanjang pantai utara jawa berkisar antara 6-12 cmdtk.
Perairan Teluk Banten merupakan perairan yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa, sehingga kondisi oseanografi di perairan ini akan dipengaruhi oleh
dinamika laut-atmosfer di Laut Jawa, seperti munculnya arus musim yang secara dominan mempengaruhi variasi musiman suhu dan salinitas perairan, serta
timbulnya gelombang berpengaruh terhadap proses fisik di tepi pantai, misalnya proses abrasi pantai dan angkutan sedimen di pantai.
41
4.2. Kondisi Ekosistem Mangrove 4.2.1 Komposisi dan kerapatan jenis mangrove