6
6 mengembangkan sistem akar nafas untuk membantu memperoleh oksigen bagi
sistem perakarannya. Mangrove dapat berkembang sendiri yakni tempat dimana tidak terdapat
gelombang, kondisi fisik pertama yang harus terdapat pada daerah mangrove ialah gerakan air yang minimal. Kurangnya gerakan air ini mempunyai pengaruh yang
nyata. Gerakan air yang lambat dapat menyebabkan partikel sedimen yang halus cenderung mengendap dan berkumpul di dasar. Hasilnya berupa kumpulan lumpur,
jadi substrat pada rawa mangrove biasanya lumpur. Substrat inilah yang nantinya bermanfaat bagi penambahan luasan suatu daerah.
Jenis-jenis pohon mangrove umumnya menyebar di pantai yang terlindung dan di muara-muara sungai, dengan komposisi jenis yang berbeda bergantung pada
kondisi habitatnya. Berdasarkan berbagai hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penyebaran jenis mangrove tersebut berkaitan dengan salinitas, tipe pasang, dan
frekuensi penggenangan.
2.2. Adaptasi Mangrove Terhadap Habitatnya
Tumbuhan pada
habitat mangrove
telah mengembangkan
beberapa penyesuaian sehingga dapat mempertahankan diri di dalam lingkungan yang
berkadar garam tinggi dan tergenang air, seperti:
2.2.1. Adaptasi terhadap konsentrasi garam tinggi
Dalam kaitannya dengan adaptasi terhadap kandungan garam, mangrove di kelompokkan menjadi: a salt-excreting mangrove Avicennia spp., Aegiceras spp.,
Aegialitis spp dan b non-salt excreting mangrove Rhizophora spp., Bruguiera spp., Sonneratia spp., dan lain-lain. Sehubungan dengan ini Hutching dan Saeger
1987 in Kusmana et al. 2003 mengemukakan tiga cara mangrove beradaptasi terhadap garam sebagai berikut.
a Sekresi Garam salt extrusionsalt secretion Tumbuhan mangrove menyerap air dengan salinitas tinggi kemudian
mengeksresikan garam dengan kelenjar garam yang terdapat pada daun. Mekanisme ini dilakukan oleh Avicennia spp., Sonneratia spp., Aegiceras spp., Aegialitis spp.,
Acanthus spp., Laguncularia spp., dan Rhizophora spp. melalui unsur-unsur gabus pada daun.
7
7 b Mencegah Masuknya Garam salt exclusion
Tumbuhan mangrove menyerap air tetapi mencegah masuknya garam melalui saringan ultra filter yang terdapat pada akar. Mekanisme ini dilakukan oleh
Rhizophora spp., Ceriops spp., Sonneratia spp., Avicennia spp., Osbornia spp., Bruguiera spp., Excoecaria spp., Aegiceras spp., Aegalitis spp., dan Acrostichum
spp. c Akumulasi Garam salt accumulation
Tumbuhan mangrove seringkali menyimpan Na dan Cl pada bagian kulit kayu, akar dan daun yang lebih tua. Daun menyimpan garam umumnya sekulen dan
pengguguran daun sekulen ini diperkirakan merupakan mekanisme mengeluarkan kelebihan garam yang dapat menghambat pertumbuhan dan pembentukan buah.
Mekanisme adaptasi akumulasi garam ini terdapat pada Excoecaria spp., Lumnitzera spp, Avicennia spp., Osbornia spp., Rhizophora spp., Sonneratia spp., dan
Xylocarpus spp. Berdasarkan salinitas dikenal zonasi mangrove sebagai berikut De Hann in
Russell dan Yonge 1968 in Bengen 2004: a Zona air payau hingga air laut dengan salinitas pada waktu terendam air pasang
berkisar antara 10-30 PSU: 1 Area yang terendam sekali atau dua kali sehari selama 20 hari dalam sebulan hanya
Rhizophora mucronata yang masih dapat tumbuh 2
Area yang terendam 10-19 kali per bulan, ditemukan Avicennia Avicennia alba, Avicennia marina, Sonneratia spp., dan dominan Rhizophora spp.
3 Area yang terendam kurang dari sembilan kali setiap bulan, ditemukan Rhizophora spp., Bruguiera spp.
4 Area yang terendam hanya beberapa hari dalam setahun, Bruguiera gymnorrhiza dominan dan Rhizophora apiculata masih dapat hidup.
b Zona Air Tawar hingga air payau, dimana salinitas berkisar antara 0-10 PSU: 1 Area yang kurang lebih masih dibawah pengaruh pasang surut, asosiasi Nipah
2 Area yang terendam secara musiman, Hibiscus dominan.
2.2.2. Adaptasi terhadap substrat lumpur dan kondisi tergenang