26
26
A BA
Ci
n i
∑
=
=
1
100
1
× =
∑
= n
i
Ci Ci
RCi
RCi RFi
RDi IVi
+ +
=
e. Penutupan Jenis C
i
Penutupan jenis adalah luas penutupan jenis ke-i dalam suatu unit area :
Keterangan : Ci
= penutupan jenis ke-i BA
= ðDBH
2
4 dalam cm
2
ð = 3,14
DBH = diameter pohon jenis ke-i cm A
= luas total area pengambilan contoh m
2
f. Penutupan Relatif Jenis RCi
Penutupan relatif jenis adalah perbandingan antara luas area penutupan jenis ke-i dan luas total area penutupan untuk seluruh jenis :
Keterangan : RCi
= penutupan relatif jenis ke-i Ci
= luas area penutupan jenis ke-i Ci
= luas total penutupan seluruh jenis
g. Nilai Penting Jenis IV
i
Nilai penting jenis adalah jumlah nilai keraparan relatif jenis, frekuensi relatif jenis, dan penutupan relatif jenis.
Nilai penting suatu jenis berkisar antara 0-300. Nilai penting ini memberikan suatu gambaran mengenai perngaruh atau peranan suatu jenis tumbuhan mangrove dalam
komunitas mangrove.
3.4.2. Analisis deskripsi kondisi perairan
Analisis deskriptif kondisi perairan dilakukan dengan cara membandingkan nilai dari masing-masing parameter fisika dan kimia air dengan literature yang ada,
27
27
A Ni
D =
termasuk dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup KEP No. 51MNLHI2004 sebagai acuan baku mutu perairan laut untuk biota laut. Untuk mencari nilai rata-rata
dari masing-masing parameter, digunakan panduan formulasi dari Walpole 1995, berikut ini :
Keterangan : x
= rata-rata pengamatan n
= jumlah data xi
= data ke-i
3.4.3. Analisis Substrat
Tekstur substrat dianalisis berdasarkan perbandingan pasir, liat, dan debu pada Sigitiga Millar Gambar 5. Berikut ini adalah Langkah-langkah penentuan tekstur
substrat yaitu : 1. Menentukan komposisi dari masing-masing fraksi substrat. Misalnya, fraksi pasir
45, debu 30 dan liat 25. 2. Menarik garis lurus pada sisi persentase pasir dititik 40 sejajar dengan sisi
persentase debu, kemudian ditarik garis lurus pada sisi persentase debu di titik 30 sejajar dengan sisi persentase liat, dan tarik garis lurus pada sisi persentase
liat 25 sejajar dengan sisi persentase pasir. 3. Titik perpotongan ketiga garis tersebut akan menentukan tipe substrat yang
dianalisis, misalnya dalam hal ini adalah lempung liat.
3.4.4. Analisis Gastropoda 1 Komposisi dan kepadatan
Komposisi jenis makrozoobentos menggambarkan kekayaan jenis yang terdapat di lingkungannya. Kepadatan makrozoobentos didefinisikan sebagai jumlah
individu persatuan luas Krebs 1989.
Keterangan : D = kepadatan organisme indm
2
Ni = jumlah individu
A = luas plot pengambilan sampel cm
2
∑
=
=
n i
n xi
x
28
28
− =
∑
=
N ni
N ni
H
S i
2 1
log
2 Indeks keanekaragaman
Indeks ini digunakan untuk mengetahui keanerakaragaman jenis biota perairan termasuk makrozoobentos. Persamaan untuk menghitung indeks ini adalah
persamaaan Shannon-Wienner Brower et al. 1990.
Keterangan : H’ = indeks Diversitas Shannon-Wienner ni
= jumlah individu jenis ke-i N
= jumlah total individu S
= jumlah spesies Kriteria: H’ 1
= keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap spesies rendah dan komunitas biota rendah tidak stabil.
1 H’ 3 = keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap spesies rendah dan komunitas biota sedang.
H’ 3 = keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap
spesies tinggi dan komunitas biota tinggi stabil. Gambar 9. Tipe substrat berdasarkan Segitiga Millar
Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007
29
29
∑
=
=
S i
N ni
D
1 2
S Log
H H
H E
maks 2
= =
3 Indeks keseragaman
Indeks keseragaman menunjukkan pola sebaran biota, yaitu seragam atau tidak. Jika nilai indeks keseragaman relatif tinggi maka keberadaan setiap jenis biota
di perairan dalam kondisi seragam Brower et al. 1990. Indeks keseragaman ditentukan dengan formulasi berikut :
Keterangan: E = indeks keseragaman
H’ = indeks keanekaragaman
H’ maks = keanekaragaman maksimum S
= jumlah spesies Nilai indeks berkisar antar 0 – 1:
E 0, keseragaman antarspesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki
masing-masing spesies sangat jauh berbeda. E = 1, keseragaman antarspesies relatif seragam atau jumlah individu masing-
masing spesies relatif sama.
4 Indeks dominansi
Menurut Odum 1993 untuk mengetahui adanya dominansi jenis tertentu di perairan dapat digunakan indeks Dominansi Simpson dengan persamaan berikut :
Keterangan : D = indeks Dominansi Simpson
ni = jumlah individu jenis ke-i
N = jumlah total individu
S = jumlah spesies
Indeks Dominansi antara 0 – 1: D
0, tidak terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya atau struktur
komunitas dalam keadaan stabil. D = 1,
terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya atau struktur komunitas labil, karena terjadi tekanan ekologis stres
30
30 Gambar 10. Sebaran suhu perairan Teluk Banten
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Fisik dan Kimia Perairan 4.1.1 Suhu
Sebaran suhu menunjukkan nilai relatif merata. Pada saat pasang suhu berkisar antara 31,00-32,20
o
C, sedangkan pada saat surut suhu berkisar antara 31,00-31,50
o
C Gambar 10. Adanya perbedaan suhu pada saat pasang dan surut diduga dipengaruhi oleh cuaca dan waktu pengambilan sampel. Dalam hal ini pengambilan
sampel air pada saat pasang dilakukan pada waktu siang hingga sore hari, sementara untuk kondisi surut dilakukan pada waktu pagi hingga siang hari.
Pengaruh kedalaman perairan juga dapat menjadi pertimbangan sebagai faktor yang mempengaruhi distribusi suhu. Misalnya, pada stasiun V dan VI terukur suhu
pada saat pasang lebih tinggi daripada surut, hal ini dapat mengindikasikan bahwa pada kedalaman yang lebih rendah saat pasang lebih cepat mengalami pemanasan
daripada saat surut kedalaman tinggi. Hal serupa juga diungkapkan oleh Wijaya et al. 2007 bahwa distribusi suhu permukaan perairan Teluk Banten mengalami
peningkatan ketika mendekati tepian teluk dan seiring garis lintang yang cenderung dekat dengan garis ekuator Lampiran 14.
Suhu permukaan perairan mempunyai arti yang penting tidak hanya berkaitan sebagai basis parameter produktivitas primer tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk
mengkaji dan memperkirakan sumberdaya
hayati bio-resources, terutama