47
47
4.3. Karakteristik Substrat
Karaketristik substrat yang diamati meliputi derajat keasaman pH, kadar C- organik dan fraksi substrat Tabel 5. Nilai pH pada setiap stasiun besarnya cukup
stabil yaitu 7,5 kecuali pada stasiun I sebesar 6,4. Berdasarkan nilai pH tersebut maka nilai keasaaman substrat
berkisar dari agak asam hingga agak basa. Notohadiprawiro 1979 in Samson 1999, mengungkapkan bahwa nilai pH pada
kawasan mangrove akan mudah berkembang menjadi tanah asam. Hal ini
disebabkan karena di bawah vegetasi mangrove terdapat bahan-bahan organik yang berasal dari akar, batang, maupun dedaunan mangrove. Oleh karena itu, rendahnya
nilai pH di stasiun I diduga dipengaruhi tingginya suplai bahan organik berupa serasah mangrove,
mengingat bahwa lokasi ini memiliki kerapatan jenis dan komposisi pohon yang tinggi daripada stasiun lainnya. Adapun keberadaan
pelabuhan atau pemukiman yang relatif padat di sekitar lokasi diduga ikut berperan sebagai pemicu lain
rendahnya nilai pH substrat di lokasi ini. Hal serupa diungkapkan oleh Hakim 1986 in Samson 1999, bahwa perombakan bahan-bahan
organik oleh kegiatan mikroorganisme akan mengasilkan senyawa asam organik yang berpotensi menurunkan nilai pH.
Tabel 5. Karakteristik fisika-kimia substrat Stasiun
pH C-Organik
Tekstur Tipe
substrat Pasir
Debu Liat
I 6,4
9,25 1,22
20,39 78,39
Liat II
7,5 5,42
3,88 27,20
68,92 Liat
II 7,5
3,68 2,88
28,7 68,42
Liat IV
7,5 3,51
2,28 34,69
63,03 Liat
V 7,5
4,75 4,29
35,90 59,81
Liat VI
7,5 3,51
1,08 18,84
80,08 Liat
Hasil analisis kadar C-organik berkisar antara 3,51-9,25. Kadar organik tertinggi ditemukan pada stasiun I sedangkan terendah pada stasiun VI. Tingginya
kadar C-organik
pada stasiun
I diduga terkait dengan tingginya kerapatan mangrove dibanding stasiun lainnya dan didukung oleh tekstur substrat berupa liat.
Hasil analisis tekstur substrat menunjukkan bahwa setiap stasiun memiliki komposisi fraksi debu, liat dan pasir yang tidak berbeda jauh. Fraksi pasir tertinggi
48
48 adalah di stasiun V sebesar 4,29 dan terendah di stasiun VI sebesar 1,08 . Di
stasiun V memiliki fraksi debu tertinggi mencapai 35,90 dan terendah di stasiun VI sebesar 18,84 . Untuk Fraksi liat komposisi tertinggi ditemukan pada stasiun
VI mencapai 80,08 dan terendah pada stasiun V sebesar 59,81 . Oleh karena itu, secara umum kawasan ini memiliki tekstur substrat bertipe liat. Hal ini
diperoleh dengan mencocokkan komposisi fraksi-fraksi substrat tersebut pada Segitiga Millar Brower et al. 1979 sehingga ditemukan titik perpotongan sebagai
indikasi tipe substrat yang dimaksud. Jenis substrat berkaitan dengan kandungan oksigen dan nutrien dalam
sedimen. Pada substrat berpasir terdapat pori-pori udara yang memungkinkan terjadinya pencampuran yang lebih intensif dengan air yang ada di atasnya, namun
nutrien yang terkandung cenderung lebih rendah. Pada substrat yang lebih halus memiliki kandungan nutrien yang lebih besar, namun kandungan oksigen
cenderung lebih rendah. Teksur substrtat liat seperti yang ditemukan di lokasi, memiliki kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara nutrien yang
lebih tinggi, namun kandungan oksigennya tidak begitu banyak, mengingat bahwa substrat berteksur liat ini mempunyai luas permukaan yang lebih besar daripada
tipe substrat lainnya Hardjowigeno 1987. Ukuran butiran tanah menentukan lamanya
peresapan air, tanah yang
berbutir kasar yang mengandung banyak pasir bila ada, air akan cepat meresap, sehingga
tempat ini merupakan
daerah yang kering dan kurang disukai
gastropoda. Dharma 1988 in Suwondo 2006, menyatakan bahwa daerah yang kering kurang disukai siput.
4.4 Keaneragaman Gastropoda 4.4.1. Komposisi dan kepadatan gastropoda